Suasana kota Bandung pada tahun 1990 terasa kembali di awal 2018. Dilan, seorang pemuda Bandung yang pada tahun 1990 masih duduk di bangku kelas 2 SMA, kembali jadi idola di tahun 2014.
Tahun di mana seorang Pidi Baiq mengemasnya menjadi sebuah cerita panjang di blog pribadi, kemudian dibuat versi novel dan sudah cetak ulang beberapa kali. Tak puas hanya memesona dalam buku, Dilan merambah layar lebar. Diputar serentak di bioskop-bioskop Tanah Air mulai Kamis (25/01) kemarin.
Hari pertama penayangan, saya sengaja menonton di jam kerja dengan harapan studio tidak terlalu ramai. Rupanya saya salah sangka, studio justru nyaris penuh kecuali dua baris terdepan dekat layar.
Mayoritas penontonnya adalah kaum hawa, yang barangkali tengah bermimpi menjadi Milea. Diperjuangkan sebegitu manisnya oleh Dilan.
Film yang diadaptasi dari novel sering diragukan kualitasnya. Kebanyakan memang gagal memuaskan penonton, yang sudah memegang interpretasinya masing-masing saat membaca novel.
Lalu bagaimana dengan Dilan? Review di bawah ini dijamin membuatmu ingin segera menontonnya langsung.