Review Film Biasa Terjadi di Kota Besar

AX Entertainment menggelar nonton bareng pemain Biasa Terjadi di Kota Besar (2025) pada Rabu (28/5/2025) di Flix Cinema, Mall of Indonesia, Jakarta Utara. Dibintangi Anjasmara Prasetya, film ini mengemas isu urban dalam drama-komedi yang ringkas.
Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan film ini? Seberapa menarik Biasa Terjadi di Kota Besar untuk ditonton? Mari simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
1. Kemas isu terkini dalam balutan drama-komedi

Film ini mengangkat isu-isu hangat seperti social climbing, sugar dating, dan perselingkuhan dalam balutan komedi. Setiap adegan seolah-olah menyentil penonton yang mungkin pernah melihat atau merasakan pengalaman serupa di kota besar Indonesia.
Elemen komedi di sepanjang film berhasil menyeimbangkan nada serius, membuat isu berat terasa ringan. Film ini seperti cermin kehidupan kota besar. Lucu, tapi nyata adanya.
2. Banyak adegan tanpa scoring dan suntingan yang patah

Dengan durasi hanya sekitar 60 menit, film ini terasa singkat dan terkesan terburu-buru. Banyak adegan mengandalkan dialog tanpa scoring, menciptakan suasana yang monoton. Suntingan yang patah-patah, terutama pada transisi antaradegan, membuat alurnya kurang mulus.
Meski demikian, pendekatan minimalis ini memberi kesan seperti film indie, memperkuat kesan "kota besar" yang penuh dengan ilusi. Mirip seperti The Room (2003) dengan nuansa Jakarta.
3. Seberapa recommended Biasa Terjadi di Kota Besar untuk ditonton?

Biasa Terjadi di Kota Besar adalah tontonan yang direkomendasikan bagimu yang menyukai drama-komedi dengan latar perkotaan Jakarta. Kekurangannya terletak pada editing dan pacing. Juga, durasinya yang terlalu singkat untuk sebuah film panjang.
Singkatnya, Biasa Terjadi di Kota Besar cocok untuk penonton dewasa yang sedang mencari refleksi tentang kehidupan urban. Atau, siapa pun yang mencari tontonan ringan.