Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Review Film Fantastic Four (2025), Apakah Se-Fantastic Itu.jpg
Fantastic Four (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)

Setelah sekian lama menanti, reboot keluarga superhero pertama Marvel Cinematic Universe (MCU) akhirnya hadir. Berjudul The Fantastic Four: First Steps (2025), film ini diarahkan oleh Matt Shakman yang membawa latar retro futuristik tahun 60-an. Deretan aktor bintang mengisi antara lain adalah Pedro Pascal, Vanessa Kirby, Joseph Quinn, Ebon Moss-Bachrach, Julia Garner, dan Ralph Ineson.

Alih-alih membuka film dengan adegan perkelahian atau invasi alien, Fantastic Four justru dimulai dengan adegan yang cukup intimate, lalu beralih ke kilas balik perjalanan mereka selama empat tahun di acara TV. Lalu, bagaimana dengan keseluruhan film? Apa saja kelebihan dan kekurangannya? Yuk, simak di bawah inI!

1. Lebih fokus pada hubungan interpersonal ketimbang aksi

Reed, Sue, dan Franklin Richards (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)

Sebagai sutradara, Shakman mengambil langkah berani dengan menempatkan fokus utama pada hubungan antar karakter ketimbang aksi. Interaksi antara Reed dan Sue (yang akan menjadi orang tua) membawa sesuatu yang jarang ditemukan dalam film MCU sebelumnya. Hubungan Johnny dan Sue pun disorot, sementara Ben digambarkan sebagai teman setia yang tengah berdamai dengan kondisinya.

Alih-alih sekadar menyelamatkan dunia dari kehancuran, para anggota Fantastic Four dihadapkan pada dilema pribadi yang lebih membumi. Fokus ceritanya tentang bagaimana menjaga keluarga mereka tetap utuh di tengah teror kosmik, lewat sebuah pertanyaan dilematis "Apa yang rela kamu korbankan untuk Bumi?" Ketegangan dibangun dari percakapan, konflik batin, dan pilihan moral, bukan sekadar ledakan demi ledakan.

2. Visual cantik dan scoring epik dari Michael Giacchino

Galactus (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)

Visual film ini membawa kita ke dalam dunia yang unik dan penuh warna, seolah langsung masuk ke dalam komik Jack Kirby. Nuansa nostalgia berpadu dengan CGI modern menciptakan tampilan segar. Beberapa adegan luar angkasa tampak menawan. Galactus sangat besar di IMAX, begitu pun Silver Surfer yang mirip seperti komiknya. Walau begitu, tetap ada VFX yang terasa belum maksimal.

Namun, yang benar-benar menyatukan atmosfer film adalah musik dari Michael Giacchino. Komposisinya membuat kita kagum, tegang, sekaligus berharap dalam dosis yang pas. Skor yang megah tapi juga intim ini menjadi penopang kuat dalam menghidupkan drama emosional antar karakter. Tak sekali dua kali penulis merinding ketika mendengar suara "Fantastic Four" di bioskop. FAN-TAS-TIC SCORE!

3. Penampilan memikat Vanessa Kirby sebagai Sue Storm

Sue Storm (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)

Tidak diragukan lagi, Vanessa Kirby adalah jantung film ini. Aktris asal Inggris ini memberikan penampilan yang memikat, menjadikan Sue Storm sebagai karakter yang empatik, cerdas, tapi juga tangguh. Dalam banyak hal, ia mengingatkan kita pada superheroine Marvel sebelumnya seperti Wanda Maximoff, Natasha Romanoff, dan Yelena Belova.

Kirby tak hanya menjadi pemersatu tim, tapi juga simbol harapan di tengah keputusasaan. Sue bukan hanya pahlawan super, melainkan perempuan yang tabah di tengah cobaan. Tak heran, banyak penonton dan kritikus yang memujinya sebagai sorotan utama dalam film ini. Selain Kirby, Pascal juga sukses membawakan karakter Reed Richards yang selalu terlihat stoic.

Keduanya (Reed dan Sue) sukses membawakan dinamika khas orang tua baru. Mereka terlihat lebih tegang dan serius, ketimbang Johnny dan Ben yang seringkali bercanda. Bersama-sama, keempatnya membawa energi yang segar bagi semesta MCU.

4. Karakter Galactus yang terkesan disia-siakan

Galactus (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)

Sayangnya, film ini terkesan kurang "menggigit" ketika menyajikan karakter antagonis utamanya: Galactus. Sosok kosmik legendaris ini, yang dikenal sebagai The Devourer alias pemakan dunia, terkesan seperti datang dan pergi begitu saja. Meskipun memiliki skala ancaman masif, Galactus tak diberi cukup waktu dan kedalaman untuk membuat penonton benar-benar peduli atau takut padanya.

Hal ini membuat penonton bertanya-tanya, apakah sang penjahat memang hanya dijadikan sebagai pemanis cerita saja? Hal ini agak disayangkan, karena jika ditulis lebih kuat Galactus bisa jadi supervillain setara Thanos di MCU. Namun mengingat film ini merupakan "jembatan" ke Avengers: Doomsday (2026), aman jika menyatakan kalau Galactus akan kembali muncul di proyek film berikutnya.

5. Apakah The Fantastic Four: First Steps layak ditonton?

Silver Surfer (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)

Meski tidak sempurna, Fantastic Four (2025) tetap menawarkan sesuatu yang segar dan berbeda dari film Marvel lainnya. Film ini mengandalkan kekuatan naskah dan hubungan antar karakter alih-alih CGI atau plot twist semata. Meskipun klimaksnya terasa lemah, bagian awal film yang menyenangkan sekaligus emosional menjadi nilai lebih.

Film ini cocok bagimu yang mencari drama keluarga dan pengembangan karakter superhero. Bagi pencinta aksi dar der dor tanpa henti, mungkin akan terasa membosankan. Namun, Fantastic Four jelas merupakan langkah pertama yang menjanjikan dalam membangun ulang mitologi keluarga super ini di MCU. Film ini tayang di bioskop Indonesia mulai 23 Juli 2025.

Editorial Team