Review Keadilan (The Verdict), Film Thriller Indonesia Rasa Korea

Keadilan (The Verdict) mengisahkan tentang Raka (Rio Dewanto), seorang petugas keamanan pengadilan yang dikenal jujur, tapi gelisah melihat hukum begitu mudah dipelintir oleh uang, koneksi, dan kebohongan. Kegelisahan Raka semakin memuncak ketika istrinya, Nina (Niken Anjani), seorang pengacara muda yang tengah hamil menjadi korban kejahatan brutal yang dilakukan anak seorang konglomerat. Ironisnya, pelaku dilindungi oleh Timo (Reza Rahadian), pengacara licik yang memanfaatkan celah hukum demi menyelamatkan kliennya.

Karena terjebak dalam sistem yang korup dan tak memihak pada korban, keyakinan Raka terhadap hukum pun runtuh. Pada akhirnya, ia mengambil keputusan ekstrem, mengkudeta jalannya persidangan demi menuntut keadilan untuk istrinya.

Cuplikan Keadilan (The Verdict) (2025)

Pengaruh Lee Chang Hee sebagai salah satu sutradara Keadilan (The Verdict) terasa sangat kentara. Sejak memasuki babak kedua, tensi film ini mulai berubah signifikan. Berbagai treatment sinematografi, seperti pergerakan kamera saat menyorot emosi karakter antagonis, pemanfaatan set yang maksimal, transisi yang presisi hingga scoring yang intens, langsung mengingatkan saya pada visual khas K-thriller. Adegan kejar-kejaran hingga kecelakaan pun digarap cermat ala produksi Korea, menyisakan rasa familier yang identik dengan film-film atau drama-drama thriller Korea.

Nah, menariknya, akar lokal film ini tetap kuat. Set Indonesia yang autentik, dialog yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, dinamika hukum yang relevan, hingga komedi tipis-tipis khas lokal membuat film ini tetap terasa “Indonesia banget.”

Film ini tidak hanya mengandalkan courtroom thriller yang jarang diangkat ke film Indonesia, tetapi juga menghadirkan penceritaan yang kuat. Baik pengembangan cerita maupun karakternya terasa digarap secara maksimal, semuanya saling terhubung dengan benang merah yang jelas sehingga membuat film ini semakin menarik untuk diikuti.

Bahkan, tak sedikit juga plot twist yang menjadi “gong” dalam alur ceritanya. Kejutan demi kejutan akan membuat penonton terkesima. Saat press screening di XXI Epicentrum, Kuningan, Rabu (12/11/2025), deretan plot twist tersebut sukses memancing tepuk tangan berulang kali dari para penonton, menandakan bahwa setiap momennya meninggalkan kesan yang kuat.

Film ini juga dipenuhi dengan adegan ruang sidang yang sarat manipulasi dan ketidakadilan. Dinamika tersebut membuat penonton ikut terbawa emosi, seolah berdiri di sisi sang karakter utama untuk ikut menuntut keadilan.

Akting para pemain Keadilan (The Verdict) juga patut mendapat apresiasi lebih. Rio Dewanto menampilkan berbagai lapisan emosi yang membuat penonton mudah bersimpati pada karakter yang ia perankan. Sementara itu, Reza Rahadian kembali menunjukkan kelasnya. Kali ini, ia memancing emosi penonton melalui perannya sebagai pengacara yang licik dan manipulatif.

Tak ketinggalan juga Elang El Gibran yang tampil memukau sebagai karakter antagonis. Lewat ekspresi, gestur, hingga intensitas yang konsisten, ia mampu menghadirkan sosok yang terasa mengancam. Dipadukan dengan gaya pengambilan gambar khas Lee Chang Hee, penampilan Elang terasa semakin kuat, bahkan mengingatkan pada karakter psikopat di berbagai film ataupun drama Korea.

Ending film ini juga memancing suasana haru lewat hadirnya soundtrack “I’d Like to Watch You Sleeping” dari Sal Priadi. Alunan lagunya memperkuat emosi yang dibangun di akhir cerita dan meninggalkan nuansa sendu yang masih membekas, bahkan setelah layar gelap.

Secara keseluruhan, Keadilan (The Verdict) recommended untuk ditonton karena menunjukkan kualitas yang solid, baik dari segi penceritaan maupun eksekusi visual. Film ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa kolaborasi dua negara bisa menghasilkan karya yang kuat dan berkesan.