Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Paradise at Mother's Feet (dok. Feat Pictures/Paradise at Mother's Feet)

Paradise at Mother's Feet (2025) adalah drama perjalanan asal Kyrgyzstan yang sempat tayang di Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2024. Disutradarai oleh Ruslan Akun, film ini mengisahkan perjalanan seorang ibu dan anaknya menuju Makkah dengan berjalan kaki.

Mengangkat tema religi dan keluarga, film ini menawarkan pengalaman sinematik yang unik, tapi juga memiliki beberapa kelemahan di dalamnya. Apa saja? Simak di bawah ini!

1. Plot yang sederhana, tapi ngena

Paradise at Mother's Feet (dok. Feat Pictures/Paradise at Mother's Feet)

Cerita film ini berpusat pada Adil dan ibunya, Raikhan, yang sudah berusia 75 tahun. Setelah Adil mendengar kalau perjalanan haji dengan berjalan kaki dapat membawa orang ke dalam surga, mereka memutuskan untuk memulai perjalanan dari Kyrgyzstan menuju Makkah.

Namun, niat baik mereka tidak selalu berjalan mulus. Sepanjang perjalanan, mereka menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan fisik hingga konflik budaya dan politik di negara-negara yang mereka lewati, termasuk Suriah yang sedang dilanda perang.

Meski sederhana, kisah ini berhasil menyentuh emosi kita karena memperlihatkan perjuangan seorang ibu dan anak dalam menghadapi kerasnya perjalanan jauh. Hanya saja, konflik antar karakter terasa kurang kuat sehingga mengurangi dampak dramatisnya.

2. Sinematografi indah dengan warna ceria

Paradise at Mother's Feet (dok. Feat Pictures/Paradise at Mother's Feet)

Salah satu keunggulan Paradise at Mother's Feet adalah sinematografinya yang indah. Kanybek Kalmatov sebagai sinematografer berhasil menangkap keindahan alam pegunungan Asia Tengah dengan komposisi visual yang memukau.

Warna-warna ceria digunakan untuk menggambarkan lanskap Kyrgyzstan hingga Azerbaijan menciptakan kontras yang mencolok ketika film mulai memasuki wilayah Suriah yang penuh dengan ketegangan akibat perang saudara.

Transisi visual antara keindahan dan kengerian terasa mulus, membuat perjalanan mereka terasa lebih hidup. Sayangnya, eksplorasi budaya dari negara-negara yang mereka lewati kurang mendalam. Padahal, elemen ini bisa memperkuat plot film.

3. Durasi yang terlalu lama

Paradise at Mother's Feet (dok. Feat Pictures/Paradise at Mother's Feet)

Memiliki durasi hampir 2,5 jam, film ini terasa sedikit lambat di bagian awalnya. Selain itu, ada momen di pertengahan film ketika cerita terasa keluar jalur, seperti subplot tentang tiga pengemudi truk yang mencari Adil dan Raikhan di padang pasir.

Konflik antara Raikhan dan Adil yang seharusnya menjadi inti emosional film ini juga kurang terasa intens sepanjang cerita. Meski ada beberapa momen emosional, hubungan mereka bisa dieksplorasi lebih dalam untuk meningkatkan daya tarik dramatis.

Paradise at Mother's Feet adalah film yang menawarkan visual indah dan premis yang menyentuh. Bagi kamu yang menyukai kisah perjalanan dengan tema spiritual dan hubungan keluarga, film ini tetap layak ditonton meski perlu sedikit kesabaran dalam menikmatinya.

Editorial Team