Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Film MUMU, Sajikan Emosi dengan Paket Lengkap

cuplikan Mumu (dok. IQIYI/Mumu)

MUMU dirilis di Indonesia pada Rabu (7/5/2025). Film ini telah lama dinantikan setelah trailer yang menampilkan Lay Zhang menjadi ayah tuli merawat anaknya dirilis.

Dengan cuplikan trailer yang menjanjikan, apakah film MUMU bagus? Klik artikel selengkapnya untuk baca ulasan IDN Times berikut ini!

1. MUMU menyajikan kisah sederhana yang dibalut realita

cuplikan Mumu (dok. IQIYI/Mumu)

Di awal, pace MUMU mungkin terasa sedikit lambat untuk sebagian penonton. Meski begitu, sebenarnya alur lambat di bagian permulaan ini dirasa perlu untuk mengenalkan karakter-karakter utama dan kondisi hidup Xiao Ma. Kisahnya juga sederhana dan sangat mungkin terjadi dalam kehidupan nyata sehingga menimbulkan rasa getir di hati.

Namun, intensitasnya meningkat menuju akhir film. Konflik yang dihadapi oleh Mumu sukses menguras perasaan. Setidaknya, ada suara isak tangis dari sisi kanan-kiri di bioskop saat adegan sedih muncul. Jadi, jangan lupa bawa tisu ketika akan menonton film ini.

MUMU memang memiliki tema emosional dan realistis. Gak selamanya penonton dipaksa menangis. Ada beberapa adegan yang menawarkan momen kocak sehingga membuat penonton tersenyum. Adapula bagian menegangkan yang gak bisa diceritakan di sini untuk menghindari spoiler. Bisa dibilang, film ini memberikan paket emosi yang lengkap.

2. Akting pemain totalitas didukung oleh permainan audio yang keren

cuplikan Mumu (dok. IQIYI/Mumu)

Salah satu hal yang membuat MUMU begitu memikat adalah akting luar biasa dari sang pemeran utama, Lay Zhang. Untuk penggemar KPop mungkin tak asing dengan sisi idola dari Lay ketika masih aktif di EXO.

Namun, citra tersebut sirna begitu saja. Bahkan akting ketika menjadi difabel bicara juga sangat meyakinkan. Gak kalah bersinar dari Lay, Li Luo An yang memerankan Mumu pun mampu memikat penonton. Momen ketika keduanya bersama benar-benar membawa penonton merasakan penderitaannya dengan lebih nyata.

Selain visual, nyatanya pendengaran penonton juga ikut dimainkan. Penonton diajak merasakan bagaimana Xiao Ma tidak bisa mendengar apa-apa dan tidak memahami apa yang lawan bicara omongkan. Lagi-lagi gak bisa spoiler, ada satu adegan yang benar-benar hening dan membuat penulis merinding. Sayang, sih, kalau melewatkan momen ini di bioskop.

3. MUMU memberikan ending yang menggantung

cuplikan Mumu (dok. IQIYI/Mumu)

Sayangnya, ending MUMU jadi titik kekecewaan terbesar penulis. Seharusnya masih bisa dijelaskan lebih detail, tim produksi malah menyampaikan ending lewat penjelasan teks belaka. Keputusan untuk tidak memberikan penutupan visual ini sedikit mengganggu alur cerita yang sudah terbangun dengan baik sebelumnya.

Film berdurasi 1 jam 52 menit sudah cukup bila kamu mencari hiburan ringan dan menyentuh. Gak perlu mikir saat menontonnya, tapi membutuhkan satu atau dua helai tisu untuk menghapus air mata.

Sudah siap menangis bersama di bioskop?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
Elizabeth Chiquita Tuedestin Priwiratu
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us