Review Film Pabrik Gula, Adaptasi Thread Horor Viral Simple Man

Pabrik Gula (2025) menjadi salah satu film horor Indonesia yang paling dinantikan tahun ini. Diadaptasi dari thread viral karya Simple Man—yang sebelumnya sukses dengan KKN di Desa Penari—film ini mengangkat kisah horor yang berlatar di tempat pengolahan gula.
Dengan ekspektasi tinggi dari para penggemar kisah horor, apakah Pabrik Gula mampu memberikan pengalaman seram yang berkesan? Simak ulasannya berikut ini.
1. Sajikan ritual eksorsisme dengan kearifan lokal
Salah satu daya tarik utama dari film ini adalah penggambaran ritual eksorsisme yang kental dengan budaya lokal. Pabrik Gula menghadirkan prosesi pengusiran roh dengan adat khas Jawa Timur, termasuk penggunaan kuda lumping sebagai bagian dari ritual.
Pesta rakyat dan pagelaran wayang di dalamnya memberikan atmosfer seram sekaligus unik yang mengingatkan kita pada Exhuma (2024). Kehadiran unsur budaya lokal ini membuat film ini terasa otentik dan memberikan warna baru dalam genre horor Indonesia.
2. Efek suara dan color grading yang klop
Dari segi teknis, film ini patut diacungi jempol. Perpaduan sound design yang apik mampu membangun suasana menegangkan dari awal hingga akhir. Scoring ditaruh pada adegan yang tepat sehingga tak pernah gagal membuat buluk kuduk merinding.
Color grading film ini pun suram dan kelam, seolah membawa kita masuk ke dalam kerajaan demit yang dikuasai Maharatu. Tak heran kalau Pabrik Gula menyajikan opsi IMAX demi memberikan pengalaman sinematik yang lebih imersif kepada penonton.
3. Cerita antiklimaks, minim pengembangan karakter
Sayangnya, film ini memiliki kelemahan dalam pengembangan cerita dan karakter. Akhir film terasa antiklimaks, pun teror dari beberapa demit terkesan sebagai "pemanis" belaka. Tak hanya itu, karakter utamanya juga tidak mendapat back story yang memadai.
Tanpa latar belakang yang jelas, kita sebagai penonton akan sulit untuk benar-benar berempati terhadap mereka. Motivasi di balik tindakan mereka sepanjang film juga terasa kurang jelas, seolah hanya mengikuti plot tanpa alasan yang mendalam.
Banyak spekulasi yang muncul kalau akhir cerita yang kurang menggigit ini disebabkan oleh rencana sekuel atau sambungan ke film lain. Jika benar demikian, semoga kelanjutan kisah Pabrik Gula dapat memberikan resolusi yang lebih memuaskan bagi penonton.