Review Film Rajah, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Rajah atau Edge of the World merupakan film petualangan sejarah yang diangkat dari kisah nyata Sir James Brooke. Ia adalah seorang penjelajah Inggris yang menjadi "Rajah Putih" atau pemimpin Sarawak pada abad ke-19.
Disutradarai Michael Haussman dan dibintangi Jonathan Rhys Meyers, film ini menampilkan keindahan alam Kalimantan yang belum terjamah. Juga, dilema moral seorang petualang yang harus bergulat di tengah intrik politik.
Penasaran apakah film ini layak ditonton? Simak ulasannya di bawah ini!
1. Sinematografi yang memanjakan mata

Salah satu kelebihan terbesar Rajah adalah sinematografinya yang memukau. Penggambaran alam Borneo yang asri dan eksotis menjadi daya tarik utama film ini. Karya sinematografer Jaime Feliu-Torres mampu menangkap keindahan alam Kalimantan secara epik, mulai dari hutan hujan lebat hingga perairan sungai yang misterius.
Visual ini bukan hanya sekadar latar belakang, tetapi juga menjadi elemen penting yang mendukung narasi film. Keindahan alam yang begitu nyata seolah mengajak penonton untuk ikut serta dalam petualangan Sir James Brooke di negeri yang penuh misteri.
Hal ini mengingatkan kita pada karya Terrence Malick, The New World (2005), yang juga memadukan kisah sejarah dengan keindahan alam Amerika. Meskipun tidak bisa menyamai pendahulunya yang liris, Rajah berhasil memberikan pengalaman visual yang menyegarkan.
2. Menyajikan akting apik dari para pemerannya

Daya tarik lain dari Rajah adalah penampilan para aktornya. Jonathan Rhys Meyers, yang dikenal lewat serial The Tudors (2007), memerankan Sir James Brooke dengan penuh intensitas. Meyers berhasil menampilkan kompleksitas karakter Brooke yang coba menolak imperialisme Inggris di tanah Kalimantan.
Dominic Monaghan, yang terkenal sebagai Merry di trilogi The Lord of the Rings, juga tampil solid sebagai Arthur, sepupu Brooke. Peran Monaghan menambah warna pada dinamika cerita, khususnya saat ia menghadapi bahaya bersama Brooke.
Tak ketinggalan, Bront Palarae, aktor asal Malaysia yang memukau dalam Pengabdi Setan (2007), memerankan Pengiran Indera Mahkota dengan karisma dan ancaman yang tajam. Ia berhasil memberikan lapisan emosi yang kuat pada konflik politik dalam film ini.
Atiqah Hasiholan yang tampil sebagai Fatimah, istri Brooke, juga tak kalah gahar. Namun yang paling mencuri perhatian adalah Samo Rafael sebagai Pengiran Badaruddin. Dengan nyentrik, ia menghadirkan nuansa baru sebagai teman sekaligus "love interest" dari Brooke.
3. Gagal menggambarkan narasi sejarah yang kompleks

Meskipun memiliki kelebihan di sisi visual dan akting, sayangnya Rajah kurang berhasil dalam menggambarkan narasi sejarah yang kompleks. Kisah James Brooke yang menginspirasi karya-karya besar, seperti Lord Jim dan The Man Who Would Be King, seharusnya menawarkan lebih banyak dilema moral dan politik dari seorang "penjajah."
Sayang, film ini cenderung memitologisasikan Brooke sebagai pahlawan. Ia seolah-olah datang sebagai juru selamat yang baik hati tanpa mengeksplorasi lebih jauh sisi gelap dari warisan kolonialnya. Brooke pun dipoles sebagai orang kulit putih yang berbeda hanya karena tidak bersikap rasis di depan teman-temannya.
Keputusan film untuk lebih fokus pada kisah romantis dan adat istiadat lokal yang "eksotis" juga memperkuat narasi penyelamat kulit putih, alih-alih memberikan penilaian yang adil terhadap sejarah kolonialisme Inggris ke Borneo.
4. Apakah Rajah recommended untuk ditonton?

Meskipun Rajah gagal memberikan kedalaman narasi sejarah yang kompleks, film ini tetap layak untuk ditonton. Khususnya, bagi kamu yang menyukai film petualangan abad ke-19. Jika kamu mencari visual memanjakan mata dan petualangan epik di alam liar Borneo, Rajah bisa menjadi pilihan yang tepat.
Namun, jika kamu menginginkan gambaran sejarah yang kritis, seperti Gandhi (1982) atau petualangan yang lebih ngena, seperti The Lost City of Z (2016), film ini mungkin terasa kurang memuaskan. Terlepas dari kekurangannya, film ini tetap menarik, karena berangkat dari kisah nyata yang jarang diangkat ke layar lebar.
Rajah berdurasi 104 menit atau 1 jam 44 menit, dengan kode R-rated atau bisa ditonton usia 17 tahun ke atas. Film ini akan rilis di bioskop Indonesia pada 9 Oktober 2024.