Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Harold and the Purple Crayon (dok. Sony Pictures Releasing)

Harold and the Purple Crayon (2024) adalah film keluarga yang diadaptasi dari "Top 100 Book for Children" versi National Education Association (USA) dengan judul serupa. Sejak tahun 1955, kisah Harold dan krayon ajaibnya telah meninggalkan kenangan di benak banyak orang.

Carlos Saldanha, sosok di balik film animasi favorit seperti Ice Age (2002) dan Rio (2011) didapuk untuk mengarahkan proyek ini. Tentu saja, ada kelebihan dan kekurangan di dalamnya. Apa saja? Mari simak review film ini versi IDN Times.

1. Menyajikan petualangan Harold versi dewasa

Harold and the Purple Crayon (dok. Sony Pictures Releasing)

Dalam bukunya, Harold adalah balita dengan krayon ajaib. Sedangkan di film, Harold diubah menjadi orang dewasa dengan tingkah balita. Ia ditemani oleh sahabat karibnya, seekor rusa jantan (Lil Rel Howery) dan landak betina kecil (Tanya Reynolds), yang juga tampil dalam bentuk manusia dewasa.

Bersama-sama, mereka mencari sosok ayah yang disebut sebagai "Old Man" di dunia nyata. Sepanjang 90 menit, kamu akan disuguhi oleh aksi kreatif Harold dengan krayon ungunya, serta ikatan persahabatan yang kuat dari ketiga sahabat ini.

2. Cerita yang stagnan dan terlalu template

Harold and the Purple Crayon (dok. Sony Pictures Releasing)

Meskipun sukses di beberapa film keluarga sebelumnya, nampaknya Carlos Saldanha kesulitan membawa "keajaiban" yang sama ke dalam adaptasi film ini. Alih-alih emosional dan membekas di hati, plotnya justru terkesan datar dan anti klimaks.

Film ini memperkenalkan subplot tentang Harold yang berteman dengan seorang anak bernama Mel (Benjamin Bottani) dan ibunya, Terry (Zooey Deschanel). Namun sayang, subplot ini tidak berhasil memberikan kesan emosional kepada penonton.

Sebagai antagonis, film ini berfokus pada pustakawan jahat bernama Gary (Jemaine Clement) yang memiliki obsesi aneh dengan novel fantasi yang ia tulis sendiri. Gary ingin menggunakan krayon ungu Harold untuk mewujudkan dunia fantasinya sendiri.

Persis seperti sebelumnya, subplot ini berpotensi menambah ketegangan di sepanjang film, tapi eksekusinya malah terburu-buru sehingga kurang menggigit. Meski memasukkan post-credit scene, rasanya adegan itu pun percuma dan terkesan sebagai "pemanis" saja.

3. Apakah Harold and the Purple Crayon recommended untuk ditonton?

Harold and the Purple Crayon (dok. Sony Pictures Releasing)

Harold and the Purple Crayon cocok ditonton oleh anak-anak yang masih menikmati elemen fantasi dan petualangan di dalamnya. Namun, bagi kamu yang mencari cerita yang lebih kompleks dan menggugah, film ini akan terasa kurang menggairahkan.

Jika kamu mencari film keluarga yang ringan dan tidak keberatan dengan plot film adaptasi yang template, film ini mungkin masih bisa dinikmati. Namun, untuk pengalaman sinematik yang lebih mendalam, kamu harus mempertimbangkan pilihan lain.

 

Editorial Team