Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Quo Vadis, Aida? (dok. Palace Films/Quo Vadis, Aida?)

The Zone of Interest (2023) tak henti-hentinya rebut perhatian. Setelah rebut dua piala Oscar 2024, Jonathan Glazer menggunakan momen pidato kemenangannya untuk menyuarakan pesan kemanusiaan dan antiokupasi di Gaza. Bermodal plot kuat dan perspektif unik The Zone of Interest bukan satu-satunya film yang berkaitan erat dengan situasi politik dunia saat ini. 

Bila mau mundur beberapa tahun, kamu bisa menemukan nomine Oscar lain berjudul Quo Vadis, Aida?  yang tak kalah relatable dengan agresi Israel di Gaza saat ini. Film berlatar Perang Bosnia 1995 ini dengan cermat mengulik sisi lain sebuah konflik yang mungkin tak pernah kita tahu. Apa itu? Simak ulasan filmnya berikut. 

1. Film yang coba jelaskan peristiwa nyata lewat perspektif tokoh fiktif

Quo Vadis, Aida? (dok. Palace Films/Quo Vadis, Aida?)

Quo Vadis, Aida? adalah tipe film yang menggunakan karakter fiktif untuk mereka ulang sebuah fenomena nyata. Dalam kasus ini, latarnya Srebrenica, sebuah kota di Republik Bosnia Herzegovina yang berbatasan dengan Republik Serbia. Konteksnya, Bosnia Herzegovina baru saja memisahkan diri dari Yugoslavia dan mendeklarasikan kemerdekaan pada 1991. Namun, deklarasi tersebut ditolak warga etnik Serbia yang tinggal di wilayah perbatasan itu.

Pada 1992, wilayah itu jadi lokasi pertempuran sengit saat militan dari etnik Serbia didukung oleh pemerintah Republik Serbia melakukan perlawanan. Tak hanya korban jiwa yang terdampak langsung oleh kontak senjata, blokade juga membuat banyak warga sipil meninggal karena kelaparan. Pada 1993, tentara penjaga perdamaian PBB berhasil menetralisasi wilayah itu dan menjadikannya zona aman. PBB juga mendirikan markas sementara untuk menjaga perdamaian. 

Di situlah, lakon film ini berada. Aida (Jasna Đuričić) adalah perempuan paruh baya beretnik Bosnia yang karena kemampuan bahasa Inggrisnya direkrut PBB jadi penerjemah. Satu hari, arus pengungsi membanjiri tempat kerjanya. Beberapa dari pengungsi itu adalah orang-orang yang Aida kenal, termasuk suami dan dua putranya. Konsentrasinya pun terbelah, antara menjalankan tugasnya dengan berusaha menyelamatkan orang-orang yang ia kenal.

Meski sudah sebisa mungkin membantu mereka, pengungsi yang terus berdatangan membuat PBB kehabisan logistik dan ruang. Banyak dari pengungsi yang kemudian dibiarkan berada di luar gerbang dan terlunta-lunta tanpa perbekalan memadai. Tak sedikit yang harus tidur beratapkan langit selama berhari-hari. 

2. Dengan gamblang tunjukkan limitasi PBB saat atasi konflik

Editorial Team

Tonton lebih seru di