[REVIEW] The Colors Within—Karya Memukau dari Sutradara A Silent Voice

- Film anime The Colors Within telah hadir di bioskop Indonesia mulai 4 Desember.
- The Colors Within berfokus pada Totsuko Higurashi, siswi SMA yang punya kemampuan melihat warna perasaan orang lain.
- Sama seperti karya-karya Naoko Yamada sebelumnya, The Colors Within memadukan cerita bertema coming of age dan elemen musik.
Mulai 4 Desember, film anime The Colors Within telah hadir di bioskop Indonesia. Lahir dari tangan dingin seorang Naoko Yamada (A Silent Voice, Liz and the Blue Bird, K-On!) dan studio Science Saru (Dandadan, Tatami Time Machine Blues, Devilman Crybaby), apakah The Colors Within layak ditonton? Berikut review The Colors Within yang perlu kamu simak sebelum menonton!
1. Kisah coming of age dipadukan dengan elemen musik khas Naoko Yamada

The Colors Within berfokus pada Totsuko Higurashi, siswi SMA yang punya kemampuan melihat warna perasaan orang lain. Namun, ia tak pernah memberi tahu soal ini kepada siapa pun. Suatu hari, ia bertemu dengan Kimi Sakunaga, teman sekolahnya yang punya warna perasaan yang sangat indah.
Tertarik dengan Kimi, Totsuko lantas berteman dengannya. Dihubungkan dengan kecintaan mereka akan musik, mereka berdua juga berteman dengan Rui Kagehira, siswa seumuran mereka yang menggeluti musik. Mereka bertiga akhirnya membentuk band. Namun, masing-masing dari mereka sebenarnya memendam masalah pribadi yang tak dapat mereka ungkap.
Sama seperti karya-karya Naoko Yamada sebelumnya—seperti K-On! dan Liz and the Blue Bird—The Colors Within memadukan cerita bertema coming of age dan elemen musik. Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan anime coming of age lain, The Colors Within bukanlah sebuah cerita melodrama. Film ini justru punya cerita yang sangat membumi.
The Colors Within tak memiliki gimik-gimik seperti cinta segitiga antara ketiga karakter utamanya. Bahkan, karakter antagonis klise, seperti siswa perundung atau guru yang jahat, juga sama sekali tak ada. Konflik utama cerita ini berada di hati Totsuko, Kimi, dan Rui masing-masing.
Sederhananya, The Colors Within bercerita tentang tiga remaja yang mulai menemukan jati diri yang tak cocok dengan keyakinan para figur panutan mereka, seperti orangtua mereka. Pada saat bersamaan, mereka juga belum yakin sepenuhnya dalam menavigasi hidup mereka menuju tahap dewasa. Hasilnya, mereka kerap bertindak impulsif dan melanggar aturan.
Oleh karena itu, The Colors Within juga bukan cerita tentang tiga remaja yang berusaha menjadi band kenamaan. Jika berekspektasi film ini akan menunjukkan proses kreatif dalam menulis lirik lagu atau perjalanan Totsuko mempelajari piano, kamu akan kecewa. Musik hanya menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan terdalam mereka.
Akan tetapi, bukan berarti film ini tak punya kelemahan. Saking membumi ceritanya, terdapat beberapa momen dalam film yang terasa datar dan tak punya tujuan. Momen-momen kecil tersebut memang tetap terasa hangat dan nyaman untuk ditonton, tetapi pada saat bersamaan membuat pacing ceritanya menjadi lambat serta nanggung.
2. Tiga karakter utama yang masing-masing memiliki masalah pribadi menjadi bintang utamanya

Masing-masing Totsuko, Kimi, dan Rui memiliki penokohan yang cukup kuat dan berkesan. Meski memiliki kepribadian yang berbeda, interaksi dan perkembangan persahabatan mereka bertiga tetap terasa natural. Gerak-gerik dan tingkah laku mereka yang ditunjukkan secara halus juga menjadi cara yang baik untuk audiens mengenal mereka lebih dalam.
Mereka masing-masing memiliki masalah pribadi yang dipendam sendiri. Beban emosional yang mereka tanggung juga sangat terasa bagi audiens sepanjang film meski sama sekali tak ada unsur melodrama. Oleh sebab itu, perkembangan karakter mereka amat memuaskan, apalagi saat mereka melepaskan dan menyelesaikan beban tersebut.
Mereka bertiga merupakan remaja yang tengah menuju ke tahap dewasa. Dengan jati diri yang muncul perlahan, mereka kesulitan mengekspresikan karakter sejati mereka dalam lingkungan yang mungkin terasa tak cocok dengan karakter masing-masing. Oleh karena itu, meski di atas kertas masalah mereka terasa ecek-ecek, itu nyata dan relatable bagi banyak orang.
Namun, kepribadian Totsuko yang sangat ceria justru membuat perkembangan karakternya kurang berkesan. Konklusi dan penyelesaian masing-masing arc karakter Totsuko, Kimi, serta Rui juga terkesan buru-buru. Penggambaran masing-masing pun tak lengkap. Padahal, pembangunan cerita dan perjalanan mereka sangatlah bagus.
3. Visual dan animasi Science Saru sudah tak perlu diragukan lagi

Jika kita membicarakan soal visual, karya Science Saru sudah tak perlu ditanyakan lagi. Gaya warna yang diimplementasikan terasa hangat dan sangat memanjakan mata. Detail-detail kecil dalam kehidupan sehari-hari Totsuko, Kimi, dan Rui juga diperhatikan dengan sangat indah sehingga menambah kesan nyata serta intim bagi audiens.
Visual yang ditampilkan saat Totsuko melihat warna emosi orang lain juga amat indah. Bagaimana tidak? Science Saru memang dikenal sebagai sebuah studio yang ahli dalam menggarap visual yang abstrak dan surealis. Animasi yang mulus dan desain karakter yang unik juga patut diacungi jempol.
4. Musik Kensuke Ushio bener-bener gak ada obat!

Memercayai urusan musik dan soundtrack The Colors Within kepada Kensuke Ushio merupakan keputusan yang tepat. Ushio kembali unjuk gigi dan membuktikan bahwa ia memang merupakan salah satu komposer terbaik di industri anime. Alunan musik yang hangat dan ceria dalam karyanya kerap menemani audiens sepanjang film.
Ia juga menggarap tiga lagu yang Totsuko, Kimi, dan Rui bawakan dalam festival, yakni "Apology Letter - The Good, the True, and the Beautiful", "Walk", dan "Amen, I'm Going Somewhere". Ketiga lagu tersebut benar-benar terdengar seperti lagu buatan amatiran anak SMA ketimbang karya profesional sehingga menambah kesan realistis. Lagu favoritmu yang mana?
Pujian juga patut dikasih kepada Eriko Kimura sebagai sound director. Efek suara dan audio dalam The Colors Within juga sangat memanjakan telinga. Bahkan, efek suara simpel, seperti suara langkah dan background percakapan, pun memukau. Puncaknya ada saat adegan festival. Audio dari musiknya terdengar sangat menggelegar.
5. Debut proyek orisinal yang berkesan dari Naoko Yamada

Dikenal sebagai veteran Kyoto Animation yang melahirkan A Silent Voice dan Liz and the Blue Bird, Yamada kembali mengukuhkan dirinya sebagai salah satu sutradara terdepan dalam industri anime dengan The Colors Within. Menariknya, film ini merupakan karya orisinal pertamanya dalam 2 dekade berkarier. Patut ditunggu proyek selanjutnya, nih.
Dengan The Colors Within, Yamada berhasil membawakan cerita coming of age yang realistis dan relatable. Dengan kombinasi elemen musik, Yamada mampu menunjukkan taringnya dalam bidang yang sangat ia kuasai. The Colors Within juga tetap terasa segar dari karya-karyanya yang lain meski punya formula mirip.
Meski punya beberapa kelemahan, The Colors Within tetap menjadi film anime yang solid dan heartwarming. Film ini dapat menjadi pilihan tontonan yang menghangatkan untuk menutup tahun. Secara keseluruhan, penulis memberikan skor 4/5 untuk The Colors Within. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, tonton sekarang juga di bioskop kesayanganmu!