The Conjuring kembali dengan franchise terbaru, The Conjuring: The Devil Made Me Do It (2021). Film ini masih melanjutkan kisah petualangan Ed dan Lorraine Warren, pakar paranormal legendaris asal Amerika Serikat.
IDN Times telah menyaksikan film horor terbaru ini dan menemukan sejumlah kelebihan dan kekurangan dari The Conjuring: The Devil Made Me Do It.
Peringatan: Artikel ini berisiko mengandung spoiler. Jika tak ingin terkena, hati-hati saat membaca ya.
The Conjuring: The Devil Made Me Do It masih diangkat dari salah satu kasus nyata yang pernah ditangani Ed dan Lorraine Warren. Kali ini, mereka berusaha memecahkan kasus paranormal yang menimpa keluarga Glatzel.
Dalam film-film The Conjuring sebelumnya kita dihadapkan pada sosok-sosok iblis yang punya karakter kuat. Sebut saja Annabelle dan Valak yang bahkan sampai punya spin-off-nya sendiri.
Kali ini, lawan utamanya justru bukan makhluk-makhluk tersebut. Namun, sesuatu yang lebih solid dan mengerikan yaitu kejahatan manusia. Seperti apa ya perjuangan Ed dan Lorraine menghadapi serangan ghaib dan nyata ini?
Kasus keluarga Glatzel terbukti tak mudah. Setelah usaha pertama pasangan Warren dalam membantu mereka, gangguan paranormal ini malah 'menular'. Arne Johnson, pacar putri keluarga Glatzel akhirnya melakukan pembunuhan yang di luar kontrolnya. Nama-nama dan kejadian pembunuhan tersebut beneran ada di kehidupan nyata lho!
Sudah jadi hal lumrah jika film horor disajikan dengan visual yang cenderung gelap. Akan tetapi menurut saya, The Conjuring: The Devil Made Me Do It sedikit terlalu gelap. Color grading dan sinematografi serba suram ini sempat bikin saya kesulitan menyaksikan detail yang terjadi di layar.
Bahkan saat adegan siang hari pun masih terasa terlalu remang. Rasanya sepanjang film hanya terjadi saat petang atau malam hari tanpa penerangan yang cukup. Mau ketakutan pun terkadang bisa bingung, karena figur seram yang ditakuti terlalu buram.
Ed dan Lorraine Warren pun punya misi baru yaitu membuktikan bahwa apa yang dialami Arne Johnson di luar kendalinya. Dari sana mereka menemukan lebih banyak fakta seram, bukti bahwa ada skenario jahat lebih besar di balik kejadian ini.
Seperti pada umumnya film horor, The Conjuring: The Devil Made Me Do It punya segudang trik klasik untuk menakuti penonton. Mulai dari jump scare, suara super keras, hingga tampang-tampang makhluk mengerikan.
Sayangnya, alur penceritaan yang naik turun dan tempo yang terkadang lamban, bikin momentum tiap kejutan ini gak meninggalkan kesan mendalam. Setelah beberapa waktu, penonton berisiko kebas dengan surprise elements tersebut.
Meski begitu, lagi-lagi ada hal yang unik dan berbeda di film terbaru The Conjuring franchise ini. Terdapat banyak sisi dramatis dan romantis, entah itu dari Ed dan Lorraine Warren sendiri atau tokoh Arne Johnson dan kekasihnya, Debbie Glatzel.
Seolah ingin membuktikan bahwa tak hanya iman saja yang bisa mengalahkan iblis dan kebatilan. Cinta murni dan kesetiaan juga berperan besar lho! Uwu banget ya buat ditonton bareng pasangan.
Sebagai salah satu film horor paling dinanti tahun ini, The Conjuring: The Devil Made Me Do It punya sejumlah kekurangan yang membuatnya kurang meninggalkan kesan. Banyak yang menghubungkan ini dengan posisi James Wan yang tak lagi menjadi pilot untuk proyek ini. Meski begitu, sang kreator masih menjadi penulis dan produsernya lho!
Di luar kekurangannya, The Conjuring 3 masih jadi salah satu film horor supranatural yang solid dan menghibur. Untuk itu IDN Times memberi skor 2,5/5 untuk The Conjuring: The Devil Made Me Do It.