potret di balik layar film The Girl with the Needle (dok. MUBI/The Girl with the Needle)
Salah satu orang yang jadi sumber kemalangan Karoline adalah si pembunuh berantai yang terinspirasi dari sosok nyata bernama Dagmar Overbye (Trine Dyrholm). Perempuan paruh baya itu diceritakan memberi Karoline kesempatan untuk menata hidupnya. Ia memberi perempuan muda itu pekerjaan dan rumah untuk tinggal sampai sebuah fakta mencengangkan terbongkar. Overbye seperti kita tahu adalah pembunuh berantai yang membunuh puluhan bayi di Denmark pada rentang tahun 1910—1920.
Hebatnya, ini adalah fase ketika von Horn memperkenalkan trope thriller ketiga, jalan pintas atas kemiskinan dan minimnya akses kesehatan pada masa itu. Overbye dalam pembelaannya berdalih melakukan itu semua untuk menuntaskan masalah orang-orang yang tak menginginkan anak karena alasan finansial.
Film secara tak langsung sedang mendemonstrasikan bagaimana kemiskinan struktural terjadi. Minimnya akses terhadap alat dan metode kontrasepsi misalnya, sampai krisis ekonomi akibat Perang Dunia I pada akhirnya mencekik orang-orang dari kelas terbawah.
Lewat tiga trope tadi, The Girl with the Needle berhasil menawarkan ketegangan dan ketidaknyamanan tanpa perlu adegan gore berlebih. Meski bergenre thriller, penonton sepakat adegan kekerasan dalam film ini masih di level sedang. Nyatanya, ketidakadilan dan kemunafikan masih jadi momok terburuk dalam hidup manusia.