Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[REVIEW] Good One, Hampir Tak Ada Tempat Aman buat Perempuan

Good One (dok. Toronto International Film Festival/Good One)
Good One (dok. Toronto International Film Festival/Good One)

Seperti Aftersun (2022), film Good One (2004) awalnya memotret hubungan ayah dan anak perempuannya. Namun berbeda dengan Aftersun, film karya India Donaldson yang tayang di Sundance dan Toronto International Film Festival 2024 itu sarat diskursus feminis.

Berlaju lambat dan berlatar alam bebas yang secara kasat mata tampak menenangkan, ada hal mengganggu yang bakal membuat kompas moralmu terasa diserang. Apa itu dan mengapa banyak yang sepakat kalau Good One adalah salah satu film indie terbaik 2024? Baca review film Good One ini, ya.

1. Film dibuka dengan rencana berkemah yang tak berjalan sesuai ekspektasi awal

Good One (dok. Toronto International Film Festival/Good One)
Good One (dok. Toronto International Film Festival/Good One)

Judul Good One sebenarnya merujuk pada sosok remaja perempuan alias anak baik bernama Sam (Lily Collias) yang cukup dekat dengan ayahnya, Chris (James Le Gros). Tidak seperti anak-anak broken home dan remaja seusianya yang biasanya enggan menghabiskan waktu bersama orangtuanya, Sam cukup dewasa untuk mengorbankan egonya dengan mengiyakan ajakan sang ayah untuk mendaki dan berkemah di alam bebas bersama sahabat sang ayah, Matt (Danny McCarthy) serta putranya. 

Namun, ternyata putra Matt tak jadi bergabung pada hari-H, meninggalkan Sam jadi satu-satunya anak di bawah umur dalam perjalanan tersebut. Sam pula satu-satunya perempuan di antara dua pria paruh baya. Tanpa basa-basi, Donaldson langsung menyuguhkan ketidaknyamanan lewat suasana hati Matt yang kurang baik gara-gara konflik dengan putranya.

Matt juga digambarkan punya kepribadian yang bertolakbelakang dengan Chris dalam banyak hal. Matt ceroboh, sementara Chris cukup perfeksionis. Tensi dan ego kedua pria ini cukup jelas tercermin lewat perspektif Sam yang sedari tadi lebih sering jadi pengamat. Namun, Donaldson dengan seksama membangun konflik dan ketegangan dengan amat perlahan. 

2. Posisi Sam sebagai minoritas dipertahankan sampai akhir film

Good One (dok. Visit Films/Good One)
Good One (dok. Visit Films/Good One)

Selama perjalanan menuju lokasi pendakian, Sam benar-benar digambarkan sebagai satu-satunya minoritas ganda. Anak di bawah umur dan perempuan. Ini sepertinya sengaja dilakukan Donaldson untuk memberi efek mengganggu dan meresahkan. Apalagi dengan kondisi kedua pria ini sering cekcok dan beda pendapat. Adegan di minimarket sebelum mereka benar-benar pergi ke alam bebas adalah momen terakhir ketika Sam bertemu dengan sesama perempuan. 

Status minoritas Sam kembali ditekankan selama pendakian. Ia harus beberapa kali mengganti tampon/pembalut di tengah hutan adalah salah satu adegan yang mengonfirmasi perbedaan Sam dengan dua rekan pendakiannya.

Saat mereka akhirnya bertemu sekelompok pendaki lain yang kebetulan juga laki-laki, Sam mulai menunjukkan rasa tak nyaman dan trust issues. Ini kontras dengan Chris dan Matt yang tampak rileks tanpa beban saat mereka berkemah di spot yang berdekatan. 

3. Twist-nya jadi konfirmasi bahwa hampir tak ada tempat aman buat perempuan

Good One (dok. Toronto International Film Festival/Good One)
Good One (dok. Toronto International Film Festival/Good One)

Pada hari kedua pendakian, Donaldson menyempilkan satu twist yang bikin penonton ikut merasakan ketidaknyamanan layaknya Sam. Mungkin dipengaruhi faktor perceraian orangtuanya, Sam punya kedewasaan berpikir di atas rata-rata remaja pada umumnya. Ini membuatnya jadi karakter yang menarik. Di satu sisi, ia menampakkan kerentanan, tetapi di sisi lain punya kemampuan survival dan keberanian yang tak bisa diremehkan.  

Bila menyangka Good One adalah film liburan berujung petaka, kamu salah besar. Sejak awal, Donaldson tidak pernah menunjukkan perubahan suasana secara drastis. Sampai akhir film, penonton disuguhi ketenangan yang konsisten. Tensi dan provokasinya dikemas sehalus mungkin, tetapi cukup nampol. Terutama untuk penonton perempuan yang lebih familier dengan mikroagresi yang diterima Sam. 

Ini mungkin salah satu yang bikin film debut India Donaldson mencuri perhatian. Ia tak perlu melakukan dramatisasi untuk mengonfirmasi bahwa ancaman terhadap perempuan bisa datang dalam berbagai bentuk, tetapi sayangnya tak sedikit yang menganggapnya sebagai reaksi berlebihan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us