Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
The Summer Hikaru Died
The Summer Hikaru Died (dok. CygamesPictures/The Summer Hikaru Died)

Intinya sih...

  • Cerita horor bergaya tradisional yang penuh misteri jadi suguhan utama.

  • The Summer Hikaru Died menghadirkan sentuhan mengenai isu queer dalam karakternya.

  • Di balik genre horor, anime ini justru punya animasi yang memberikan kenyamanan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah, gak, kamu membayangkan ada serial anime dengan genre horor yang memberikan kesan adem dan nyaman saat kamu tonton? The Summer Hikaru Died merupakan perwujudan dari bayangan tersebut. Anime adaptasi dari manga karya Mokumokuren ini punya atmosfer yang gak biasa sebagai anime bergenre horor. Ini menjadikannya sebagai anime yang gak pasaran dan patut diapresiasi lebih.

Gak cuma menghadirkan adegan teror yang dar-der-dor, tapi anime ini juga mampu menggugah rasa penasaran, melankolis, hingga empati penontonnya. Apalagi, genre horor yang disuguhkan berkaitan dengan kepercayaan masyarakat akan animisme yang dibarengi dengan suasana mistis tradisional Jepang pada era serbamodern ini. Penasaran sebagus apa? Simak review The Summer Hikaru Died yang telah penulis rangkum berikut ini!

1. Cerita horor bergaya tradisional yang penuh misteri jadi bintang utama

Entitas dalam diri Hikaru mulai menampakkan dirinya. (dok. CygamesPictures/The Summer Hikaru Died)

Anime ini dibuka dengan tragedi hilangnya Hikaru Indou di Gunung Nisayama yang masih menyisakan tanda tanya. Meski tubuhnya pulang secara utuh ia kembali beraktivitas seperti sebelumnya, Yoshiki Tsujinaka merasa ada yang berbeda dari sahabatnya tersebut. Namun, ia memilih untuk menyimpan keingintahuannya dan menerima kembalinya Hikaru.

Enam bulan berselang sejak itu, Yoshiki tiba-tiba menanyakan sebuah pertanyaan sederhana: “Siapa kamu sebenarnya?” Awalnya, Yoshiki merasa bahwa pertanyaannya itu adalah pertanyaan yang bodoh dan ia juga yakin bahwa Hikaru akan menjawab sambil tertawa karena tidak habis pikir dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Nahas, bukan apa yang ada di bayangannya yang jadi jawaban dari pertanyaan bodoh tersebut, melainkan pengakuan mengejutkan dari sosok misterius yang kini tinggal di tubuh Hikaru.

Kejadian itu tentu membuat Yoshiki terkejut. Di antara rasa bingung dan takut, Yoshiki memilih untuk merahasiakan hal tersebut dari orang-orang dan memulai kehidupan baru dengan Hikaru yang bukan lagi sahabatnya. Namun, sejak kembalinya Hikaru dari gunung, ada banyak sekali kejanggalan yang terjadi di Desa Kubitachi. Satu per satu insiden bunuh diri terjadi, belum lagi maraknya kerasukan dan fenomena penampakan yang begitu aneh serta menyeramkan. Sambil berusaha mencari tau jawaban atas misteri di balik kembalinya Hikaru, Yoshiki dan entitas tersebut menjalani hari-hari mereka sebagai remaja yang penuh canda tawa.

Anime dengan judul Jepang Hikaru ga Shinda Natsu ini mengangkat kisah horor yang menggabungkan antara era modern dan tradisional sehingga cerita di dalamnya begitu memikat penonton yang berasal dari luar Jepang. Anime ini juga menjadi semakin menarik karena gak hanya bermain dengan adegan yang menakutkan, tetapi juga membawa penonton menyelami suasana horor psikologis yang ngeri dan membuat tak nyaman. Uniknya, ia dikemas dengan suasana yang memberikan ketenangan. Hal ini tentunya terasa mustahil bagi tayangan bergenre horor, bukan? Namun, memang seperti itulah anime The Summer Hikaru Died disajikan.

Cerita misteri yang disuguhkan pada episode awal masih tergambar dengan abstrak sehingga membuat perasaan penonton campur aduk karena teka-teki yang tidak beraturan. Namun, seiring bergulirnya cerita, bak benang kusut yang perlahan terurai. Jawaban dari teka-teki membingungkan akhirnya tersingkap. Ide cerita di dalamnya juga gak pasaran dan terkesan orisinal. Mokumokuren selaku mangaka pun mengaku bahwa ide cerita dari The Summer Hikaru Died merupakan murni dari pemikirannya sejak kecil mengenai monster yang menggantikan sosok manusia.

2. Menghadirkan sentuhan mengenai isu queer dalam karakternya

kebersamaan Hikaru dan Yoshiki sebagai sahabat karib (dok. CygamesPictures/The Summer Hikaru Died)

Lebih uniknya lagi, anime ini menghadirkan kisah mengenai queer yang begitu tipis. Meski memang anime ini tidak secara resmi memiliki genre shounen ai atau boys' love (BL), hubungan yang dibangun antara Hikaru dan Yoshiki sudah mengisyaratkan ke arah tersebut. Tentu, ini menjadi hal yang baru mengingat The Summer Hikaru Died menjadi anime bergenre horor yang terindikasi menghadirkan kisah karakter queer di dalamnya.

Pengembangan karakter, khususnya Yoshiki dan Hikaru sebagai dua sorotan utama, digambarkan dengan sangat apik. Entitas dalam diri Hikaru yang semula gak tau apa-apa karena “kosong” akhirnya bisa mulai mengerti apa itu kehidupan, manusia, dan Yoshiki sang sahabat dekat sekaligus guru bagi kehidupan barunya. Dari yang semula hanya sebuah roh tanpa akal, ia menjadi sosok makhluk yang mampu berbaur dengan kehidupan manusia. Meski pada akhirnya kemampuannya melemah karena tercampur terlalu dalam menuju batas kehidupan antara manusia dan gaib, pengembangan karakter entitas dalam diri Hikaru tetap bisa disebut sebagai salah satu plot paling menarik dalam anime ini.

3. Di balik genre horor, anime ini justru punya animasi yang memberikan kenyamanan

Yoshiki dan entitas dalam diri Hikaru membuat janji untuk pergi ke laut bersama suatu hari nanti. (dok. CygamesPictures/The Summer Hikaru Died)

Punya genre horor suspense bukan hambatan bagi The Summer Hikaru Died untuk menghadirkan visual sekelas film animasi blockbuster seperti Your Name. Untuk kesan pertama saat menonton The Summer Hikaru Died, penulis sendiri merasa bahwa anime ini punya grafik jempolan yang layak masuk ke layar lebar. Anime ini jadi semakin menakjubkan jika mengingat bahwa horor merupakan genre utamanya.

Meski bergenre horor, anime ini punya visual yang terasa nyaman dan menenangkan. Sinematografi yang dihadirkan juga terasa begitu lembut, dengan suasana desa yang hening dan tenteram. Karena itu, penulis dapat mengatakan bahwa CygamesPictures berhasil membuat The Summer Hikaru Died sebagai bukti bahwa cerita bergenre gelap juga bisa disuguhkan dalam visual yang indah dan membuat nyaman penonton.

4. Lagu pembuka dan penutup hadir dengan suasana yang bertolak belakang

Lagu pembuka berjudul "Sakai" dalam The Summer Hikaru Died. (dok. CygamesPictures/The Summer Hikaru Died)

Anime yang juga disebut dengan judul Hikanatsu ini dibuka dengan OST dengan instrumen yang terasa suspense banget. Lagu tersebut berjudul "Saikai" yang dibawakan oleh Vaundy. Instrumen yang dihadirkan pada awal pembukaan lagu ini berhasil memberikan perasaan gak nyaman sehingga mampu merepresentasikan The Summer Hikaru Died sebagai anime horor. Lagu ini juga seolah menceritakan perasaan yang dialami oleh Yoshiki dan entitas dalam diri Hikaru setelah kematian Hikaru. Dalam lagu yang diproduksi sendiri oleh Vaundy ini dikisahkan bahwa seseorang berusaha untuk menggunakan sebuah sihir agar bisa bersama dengan orang yang telah mati walau hanya sebentar.

Sementara itu, episode ditutup dengan sebuah lagu berjudul "You Are Monster" yang dibawakan oleh TOOBOE. Beda dengan lagu pembuka, lagu penutup ini justru punya suasana yang lebih tenang dan adem. Hal itu makin didukung dengan visualnya yang menampilkan Hikaru dan Yoshiki dalam sebuah kereta yang melaju di jalanan desa nan indah. Menggambarkan cerita dalam The Summer Hikaru Died, lagu ini berkisah mengenai seseorang yang kehilangan sosok tercinta pada musim panas, seperti yang dialami oleh Yoshiki.

Selain kedua lagu tersebut, lagu yang diputar pada setiap adegan dalam anime ini juga layak disorot. Setiap soundtrack maupun ambience song yang disuguhkan gak pernah gagal mendukung suasana. Mulai dari perasaan nyaman, tenang, gelisah, hingga rasa takut, setiap suara yang dihadirkan mampu membuat setiap adegan terasa lebih menyatu dan hidup.

5. Bersama Ryohei Takeshita, anime ini berhasil membawa cerita dalam manga dengan lebih kuat dan berkesan

Hikaru tersenyum pada Yoshiki yang berada di hadapannya. (dok. CygamesPictures/The Summer Hikaru Died)

Bukan kaleng-kaleng, The Summer Hikaru Died langsung disutradarai oleh Ryohei Takeshita yang sudah berkecimpung di dunia anime sejak 2006. Dengan segudang pengalamannya, Ryohei mampu menulis ulang cerita dalam manga ke format animasi dengan lebih kuat. Ia sendiri menyebutkan bahwa dirinya memang bermaksud untuk menampilkan kengerian cerita yang lebih kuat dalam versi anime. Hal ini tentunya tanpa mengubah cerita orisinal dalam manganya.

Dengan atmosfer tradisional, adem, tetapi cerita intens, sutradara yang menjadi episode director Jujutsu Kaisen ini mampu memikat penonton. Cerita yang disuguhkan juga gak terkesan terburu-buru, malah cenderung lambat, tapi gak membosankan. Alhasil, anime ini mampu menampilkan dialog dengan mendalam hingga mampu menyasar kondisi psikologis penontonnya.

Gak cuma dari sudut pandang cerita dan visual, Ryohei juga turut andil di bagian musik. Karena itu, ada banyak soundtrack menarik dalam anime ini yang mendukung terciptanya suasana pada setiap adegan. Karena itu, penonton dapat merasakan kenyamanan dari visual dan dialog serta ketidaknyamanan dari kisah horornya sekaligus.

Secara keseluruhan, penulis sangat puas dengan anime The Summer Hikaru Died. Cerita yang disuguhkan benar-benar out of the box. Anime ini mampu mendobrak batasan dalam sebuah genre. Visual yang disuguhkan juga gak main-main dan bisa dibilang sudah selevel film anime yang tayang di layar lebar. Karena itu, penulis mantap untuk memberikan rating sebesar 5/5 untuk The Summer Hikaru Died karena penampilannya yang begitu memukau. Kalau menurutmu gimana? Kasih tau pendapatmu di kolom komentar, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎