6 Alasan Tonton Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood di Netflix

Salah satu film animasi terbaik tahun ini!

Sebagai salah satu platform streaming terlengkap, Netflix senantiasa menyediakan berbagai macam program bagi penonton setianya. Salah satunya yakni film animasi yang selalu ditunggu-tunggu oleh keluarga di rumah.

Pada 1 April lalu, Netflix telah merilis film animasi teranyar mereka yang berjudul Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood. Bertema coming-of-age, film ini berkisah tentang Stanley (Milo Coy), bocah yang direkrut menjadi astronot NASA.

Sinopsisnya saja sudah cukup membuatmu penasaran, bukan? Biar makin kepo, yuk, simak ulasan mengenai Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood di bawah ini. 

1. Disutradarai oleh sineas kelas Oscar, Richard Linklater

6 Alasan Tonton Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood di Netflixadegan dalam film Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood (dok. Netflix/Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood)

Penggemar film Hollywood pastinya sudah akrab dengan nama Richard Linklater. Yap, sebelum membuat Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood, Richard Linklater telah menelurkan sejumlah film berkualitas.

Judul-judul seperti Before Sunset (2004), Before Midnight (2013), dan Boyhood (2014) sukses membawanya ke dalam nominasi Best Director Oscar. Kamu sendiri sudah menyaksikan karya-karya beliau tersebut, belum?

2. Dibuat dengan teknik animasi yang unik

6 Alasan Tonton Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood di Netflixadegan dalam film Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood (dok. Netflix/Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood)

Perilisan Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood disambut antusias oleh penggemar, mengingat absennya Richard Linklater di ranah animasi pasca A Scanner Darkly (2006). Sama seperti film tersebut, film ini pun memakai teknik rotoscoping dalam pembuatannya.

Sekadar informasi, rotoscoping merupakan teknik di mana pembuat film mengambil gerakan nyata dari aktornya, secara frame by frame, untuk diubah ke dalam format animasi. Teknik ini juga berguna untuk memperkuat kesan retro dalam film, lho.

3. Terinspirasi dari masa kecil sang sutradara

6 Alasan Tonton Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood di Netflixadegan dalam film Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood (dok. Netflix/Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood)

Lewat Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood, Richard Linklater membawa penonton kembali ke era 60-an, tepatnya di Houston, Texas, Amerika Serikat. Pemilihan setting tersebut bukanlah tanpa alasan, sebab di kota tersebutlah sang sutradara menghabiskan masa kecilnya.

Dilansir dari Collider, film ini terinspirasi dari pengalaman Linklater tumbuh besar di Texas, Amerika Serikat. Saat itu, beliau yang masih berusia 9 tahun tinggal tak jauh dari NASA Johnson Space Center, tempat misi Apollo 11 berlangsung. Bisa dibilang, film ini merupakan karya paling personal dari Linklater setelah Boyhood (2014).

Baca Juga: 5 Film Animasi Bertema Luar Angkasa, Ada BoBoiBoy Movie 2!

4. Sinopsis Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood yang bikin penasaran

6 Alasan Tonton Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood di Netflixadegan dalam film Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood (dok. Netflix/Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood)

Dinarasikan oleh Jack Black (Stanley dewasa), Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood berfokus pada bocah bernama Stanley (Milo Coy) yang hidup bersama keluarganya di Houston, Texas, Amerika Serikat. Tinggal di dekat pangkalan NASA di era 60-an menjadi keistimewaan tersendiri bagi Stanley.

Selain memiliki ayah yang bekerja di sana, misi Apollo 11 yang dikembangkan oleh NASA pun sedang menjadi sorotan dunia pada masa itu. Namun, bocah tersebut sedikit kecewa dengan posisi ayahnya yang pegawai biasa alih-alih astronot.

Suatu hari, hidupnya berubah ketika dua staf NASA, Bostick (Glen Powell) dan Kranz (Zachary Levi), merekrutnya dalam sebuah misi rahasia ke bulan. Berhasilkah Stanley menjalani serangkaian tes dan menjadi orang pertama yang mendarat di sana?

5. Kisah imajinatif berbumbu coming-of-age dan drama keluarga

6 Alasan Tonton Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood di Netflixadegan dalam film Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood (dok. Netflix/Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood)

Tentu saja, hal yang disebutkan dalam paragraf terakhir di atas merupakan imajinasi Stanley yang menjadi bumbu dalam alur cerita Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood. Menariknya, Richard Linklater tetap menyajikannya secara serius tanpa kehilangan sentuhan playful.

Sebagian besar durasi filmnya pun bahkan tak berfokus pada upaya Stanley untuk menjadi astronot. Justru, keseharian Stanley bersama orang tua dan kakak-kakaknyalah yang menjadi daya tarik sesungguhnya dalam Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood.

Sebagai contoh, berbagi kamar tidur dan berebut channel televisi dengan saudara. Dalam kesempatan lain pun diperlihatkan keluarga Stanley sedang berlibur di pantai dan taman ria yang sedang hits pada masa itu.

Justru, hal-hal yang tampak sederhana tersebut sangat relate dengan penonton. Pokoknya, childhood memories banget, deh!

6. Menampilkan budaya pop dan peristiwa penting yang terjadi pada era 60-an

https://youtube.com/embed/Dzuz5s_Qk-A

Selain keseharian Stanley yang bikin hati hangat tersebut, hal lain yang membuat Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood semakin menarik adalah kultur pop era 60-an yang ditampilkan. Mulai dari mode, film, musik, hingga isu penting sukses disajikan oleh Richard Linklater dalam film ini.

Khususnya film, dalam suatu adegan, diperlihatkan keluarga Stanley pergi ke bioskop untuk menyaksikan film yang sedang booming pada saat itu. Sungguh, sangat menyenangkan melihat Sound of Music (1965) dan 2001: A Space Odyssey (1968) tampil dalam bentuk animasi.

Bahkan, wawancara antara Janis Joplin dan Dick Cavett dalam sebuah talk show pun turut diselipkan Linklater sebagai detail menarik. Namun, puncaknya adalah ketika keluarga Stanley menyaksikan detik-detik pendaratan Apollo 11 di bulan.

Momen bersejarah dalam kehidupan umat manusia tersebut mampu dirangkai Linklater dengan indah dan magis. Uniknya, semua itu terasa realistis berkat tangan dingin sang sutradara.

Overall, Apollo 10 1/2: A Space Age Childhood adalah film animasi dengan sentuhan fantasi, slice of life, dan budaya pop era 60-an yang memikat. Kamu sendiri tertarik menontonnya setelah membaca ulasan di atas, gak? Kalau iya, yuk, langsung tancap gas ke Netflix.

Baca Juga: 10 Film Animasi Dewasa, Banyak Adegan Erotis dan Vulgar 

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movies and series enthusiast. Feel free to read my reviews on Insta @satriaphile90 or Letterboxd @satriaphile. Have a wonderful day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya