4 Film Romance Garapan Luca Guadagnino, Challengers Jadi Buah Bibir!

Mendefinisikan ulang genre romansa dengan gaya berkelas

Dalam dunia perfilman, genre romantis sering kali dianggap sebagai salah satu yang paling menantang. Alasannya sederhana: jika tak diolah dengan cermat, film romantis dapat dengan mudah terjebak dalam kisah yang monoton dan penuh dengan klise. Namun, ketika disajikan dengan sentuhan tepat, genre ini mampu menghasilkan karya yang selain menghibur, juga menggugah hati penonton.

Challengers (2024), yang tayang di bioskop Indonesia sejak Jumat (26/4/2024), merupakan contoh dari film romantis yang berhasil mengatasi tantangan tersebut. Film ini tak hanya menawarkan kisah cinta yang menarik, tetapi juga membawa penonton ke dalam dunia tenis profesional, sebuah latar yang jarang dijelajahi dalam genre ini. Dengan plot cerdas, Challengers berhasil menciptakan buzz di media sosial sejak hari pertama penayangannya.

Keberhasilan ini tak ayal menaikkan nama Luca Guadagnino, selaku sutradara, ke puncak daftar pembuat film romantis terkini. Dalam Challengers, sineas kelahiran Italia ini kembali membuktikan diri sebagai seorang maestro dalam meramu kisah romantis yang elegan dan penuh nuansa.

Yap, sebelum Challengers, Guadagnino telah menghadirkan film-film romantis yang mendapat pujian dari kritikus dan penonton. Termasuk Challengers, berikut rekomendasi film romance garapan Luca Guadagnino yang bakal membuatmu mendefinisikan ulang potret romantisme dalam sinema. Siap untuk terhanyut?

Baca Juga: 7 Cuplikan Challengers, Film Erotis Pertama Luca Guadagnino

1. I Am Love (2009)

4 Film Romance Garapan Luca Guadagnino, Challengers Jadi Buah Bibir!adegan dalam film I Am Love (dok. Mikado Film/I Am Love)

Sebelum hijrah ke Hollywood, Luca Guadagnino menciptakan I Am Love, yang merupakan bagian pertama trilogi Desire miliknya. Film ini membawa kita ke dunia aristokrasi Italia penuh drama dan keindahan visual yang menawan. Dengan latar belakang kehidupan mewah dan tradisional, I Am Love menggali lebih dalam tentang apa artinya mencintai dan dicintai.

Film ini mengikuti Emma Recchi (Tilda Swinton), wanita Rusia yang menikah dengan keluarga kaya di Milan, namun merasa tak utuh dan kesepian. Emma, yang awalnya terperangkap dalam kehidupan teratur, menemukan dirinya terlibat dalam asmara yang menggugah dengan Antonio, chef berbakat sekaligus teman anaknya. Tragedi yang tak terelakkan pun terjadi, menggoyahkan dunia yang selama ini dianggap sempurna oleh keluarga Recchi. 

2. Call Me By Your Name (2017)

4 Film Romance Garapan Luca Guadagnino, Challengers Jadi Buah Bibir!adegan dalam film Call Me by Your Name (dok. Sony Pictures Classics/Call Me by Your Name)

Diatur sebagai film terakhir dari trilogi Desire milik Luca Guadagnino—setelah I Am Love (2009) dan A Bigger Splash (2015)—Call Me by Your Name muncul sebagai karya yang menggugah. Film ini menceritakan Elio (Timothée Chalamet), remaja 17 tahun, yang jatuh cinta pada Oliver (Armie Hammer), mahasiswa tampan yang datang untuk magang musim panas bersama ayah Elio. Berlatar pedesaan Italia yang indah, film ini berhasil menangkap nuansa romansa yang subtil dan intensitas perasaan pertama kali jatuh cinta.

Tak hanya latar, suasana romantis juga tercipta berkat pengarahan ciamik dari Guadagnino dan akting para aktornya, khususnya Timothée Chalamet. Dari gestur ragu-ragu hingga mimik yang berbicara lebih dari kata-kata, Chalamet menangkap esensi dari kebingungan dan kegembiraan yang datang saat cinta pertama. Guadagnino berhasil menangkap performa brilian Chalamet, mempersembahkan kepada penonton sebuah potret yang tak terlupakan tentang kepolosan masa muda.

3. Bones and All (2022)

4 Film Romance Garapan Luca Guadagnino, Challengers Jadi Buah Bibir!adegan dalam film Bones and All (dok. Warner Bros. Pictures/Bones and All)

Di tangan Luca Guadagnino, tema yang sering kali dianggap tabu, seperti kanibalisme, mampu disulap menjadi sebuah kisah romantis penuh nuansa dan keindahan. Bones and All mengisahkan petualangan Maren (Taylor Russell), gadis yang sedang mencari jawaban dari hasrat gelap yang tak bisa ia kendalikan. Dalam perjalanannya, Maren bertemu dengan sesama “pemakan”, Lee (Timothée Chalamet), dan belajar tentang eksistensi mereka yang tersembunyi dan aturan-aturan tak tertulis yang mengikat mereka.

Film ini tak hanya menggugah rasa ngeri, tetapi juga simpati, saat kita mengikuti perjalanan Maren dan Lee dalam mencari tempat bagi hasrat yang mereka anggap sebagai kutukan. Guadagnino berhasil menciptakan sebuah dunia di mana cinta dapat tumbuh di tempat yang paling tak terduga, bahkan di tengah kegelapan yang paling pekat. Dengan pendekatan yang berani dan tak konvensional, Bones and All menjadi karya yang menantang persepsi dan menawarkan perspektif baru tentang cinta dan kemanusiaan.

4. Challengers (2024)

4 Film Romance Garapan Luca Guadagnino, Challengers Jadi Buah Bibir!adegan dalam film Challengers (dok. Warner Bros. Pictures/Challengers)

Challengers mempunyai semua elemen yang biasa muncul dalam sinetron, opera sabun, atau drama Korea sekalipun, yakni berupa intrik cinta segitiga, persaingan sengit, dan momen dramatis yang memuncak. Namun, film ini membawa keunikan tersendiri dengan latar belakang tak biasa, yakni dunia tenis profesional. Dengan konsep segar, Challengers berhasil mengangkat semua keklisean tersebut ke dalam sebuah cerita yang menarik, di mana setiap pukulan bola menjadi metafora dari dinamika hubungan antar karakter.

Film ini menyoroti perjalanan Tashi (Zendaya), mantan atlet tenis yang bertransformasi menjadi pelatih untuk suaminya, Art (Mike Faist), seorang juara Grand Slam yang kariernya sedang terpuruk. Dalam prosesnya, ia harus menghadapi Patrick (Josh O'Connor), mantan kekasih sekaligus sahabat lama, yang kini menjadi rival di lapangan hijau.

Luca Guadagnino, dengan kepiawaiannya, mengarahkan Challengers menjadi lebih dari sekadar kisah cinta dan persaingan. Penggunaan alur cerita non-linier, dentuman musik elektronik, dan sinematografi yang dinamis, berperan penting dalam memperkuat emosi dan estetika film ini. Di sisi lain, Zendaya, Mike Faist, dan Josh O'Connor mempersembahkan penampilan yang layak disebut fenomenal, membuktikan bahwa tema-tema yang sering dianggap receh bisa menjadi berkelas jika digarap dengan penuh totalitas.

Bahkan setelah kesuksesan Challengers, Luca Guadagnino tak berhenti mengeksplorasi dan menghadirkan kisah romantis yang mendalam. Film terbarunya, Queer (2024), siap melanjutkan tradisi sutradara dalam menceritakan kisah-kisah yang kuat dan emosional.

Bertempat di Mexico City tahun 1940-an, Queer menceritakan kisah seorang ekspatriat Amerika yang diasingkan (Daniel Craig) dan perjalanan emosionalnya yang intens saat ia jatuh cinta dengan seorang pria muda (Drew Starkey). Sambil menunggu rilisnya, yuk selami dunia romansa yang diciptakan dengan indah oleh Guadagnino dalam empat judul di atas, yuk!

Baca Juga: Challengers, Lebih dari Sekadar Tenis dan Cinta Segitiga

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movie and series enthusiast. Please, visit my IG: @satriaphile90 or my Letterboxd: @satriaphile to see my other reviews. Gracias!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya