The Marvels, Bukti MCU Telah Masuki Era Superhero Fatigue?

Meski gak perfect, chemistry para pemainnya juara!

Setelah memanjakan penonton dengan Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023) dan Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023), Marvel Studios kembali menghadirkan judul terbaru untuk menutup paruh pertama Phase 5 Marvel Cinematic Universe (MCU) di tahun ini. Bertajuk The Marvels (2023), film superhero arahan Nia DaCosta (Little Woods, Candyman) yang tayang sejak Rabu (8/11/2023) di bioskop Indonesia ini adalah suguhan yang spesial.

Selain menjadi film solo kedua Carol Danvers alias Captain Marvel (Brie Larson) setelah Captain Marvel (2019), film ini juga menjadi film perdana bagi kedua karakter serialnya, yakni Monica Rambeau (Teyonah Parris, WandaVision) dan Kamala Khan alias Ms. Marvel (Iman Vellani, Ms. Marvel). Dalam The Marvels, ketiganya terlibat dalam petualangan seru untuk menyelamatkan galaksi dan mencari tahu penyebab fenomena swap places yang mereka alami.

Sayangnya, tak semua kritikus puas dengan The Marvels. Hingga tulisan ini dibuat, film ini mendapat ulasan beragam yang dibuktikan dengan skor sebesar 61 persen yang diraihnya di Rotten Tomatoes. Bahkan, sejumlah fans yang telah menontonnya mengatakan kalau The Marvels adalah perwujudan fenomena superhero fatigue yang santer terdengar belakangan ini.

Meski demikian, bukan berarti The Marvels menjadi tontonan yang buruk secara keseluruhan. Masih ada sejumlah poin positif yang membuat film ini layak untuk masuk watchlist-mu di bulan November ini. Semoga review film The Marvels ini bisa membantumu sebelum menontonnya di bioskop, ya!

Baca Juga: 10 Fakta Aladna, Bangsa yang Dipimpin Park Seo Joon di The Marvels

1. Chemistry ketiga superheroine yang memikat, fun abis!

The Marvels, Bukti MCU Telah Masuki Era Superhero Fatigue?Iman Vellani, Brie Larson, dan Teyonah Parris dalam film The Marvels (dok. Marvel Studios/The Marvels)

Menyatukan banyak pemeran ansambel dalam sebuah film bukanlah tugas yang mudah bagi filmmaker. Khususnya dalam MCU, dibutuhkan chemistry antar pemain yang solid agar para protagonisnya mudah meraih simpati penonton. Setelah tahun ini ada Ant-Man and the Wasp: Quantumania dan Guardians of the Galaxy Vol. 3 yang super heboh itu, apakah The Marvels mampu menampilkan euforia serupa?

Percayalah, The Marvels tak hanya berhasil mengingatkan penulis akan alasan penulis jatuh cinta dengan konsep shared universe ala MCU. Namun, juga sukses membuat penulis, atau bahkan semua penonton, terpikat dengan "geng baru" bentukan Marvel Studios tersebut, yakni The Marvels.

Yap, tak bisa dimungkiri, Brie Larson, Teyonah Parris, dan Iman Vellani adalah "jantung" dari The Marvels. Larson sebagai Carol Danvers yang cuek dan badass, Parris sebagai Monica Rambeau yang genius namun awkward, dan Vellani sebagai Kamala Khan yang naif dan kelewat periang, ketiganya berhasil membentuk ikatan yang pesonanya sulit untuk ditolak. Namun, bukan berarti pemain lainnya tak mampu mengimbangi trio superheroine tersebut.

Zenobia Shroff, Mohan Kapur, dan Saagar Shaikh, selaku keluarga Kamala, menampilkan kelucuan dan kehangatan sebagaimana yang mereka pernah tampilkan dalam Ms. Marvel (2022). Samuel L. Jackson, seperti biasa, adalah Nick Fury yang dicintai fans, tegas dan penuh sarkasme.

Begitu pula dengan Park Seo Joon, sang Prince Yan, yang bersinar di tengah screentime yang tak banyak. Tambahkan semua itu dengan karakter kucing "menggemaskan" seperti Goose, maka tak berlebihan rasanya jika menyebut The Marvels sebagai salah satu film dengan ensemble cast terbaik tahun ini.

2. Meski aksinya canggung, The Marvels tetap suguhkan visual kelas wahid

The Marvels, Bukti MCU Telah Masuki Era Superhero Fatigue?Brie Larson dalam film The Marvels (dok. Marvel Studios/The Marvels)

Jika boleh diringkas, alur cerita The Mavels sebenarnya hanya sebatas upaya Carol Danvers, Monica Rambeau, dan Kamala Khan dalam menghentikan penjajahan Dar-Benn (Zawe Ashton) di galaksi sembari mencari tahu anomali yang mereka alami. Seakan sadar bahwa ceritanya setipis kertas, Nia DaCosta langsung menggenjot The Marvels dengan rentetan adegan aksi sejak menit-menit pertama.

Terkait aksi, sejujurnya The Marvels menghadirkan sejumlah sekuen aksi yang variatif. Film ini memiliki segalanya, dari pertarungan di ruang tertutup, seperti adegan pertempuran antara The Marvels dan prajurit Kree di rumah Kamala, hingga pertarungan dalam lanskap luas, seperti ketika di planet Aladna. Namun, penyusunan koreografinya terasa artifisial. Ditambah dengan penyuntingan yang buruk, aksi The Marvels jelas di bawah kualitas film MCU lainnya.

Meski begitu, harus diakui kalau bujet sebesar 247,8 juta dolar AS yang digelontorkan berbanding lurus dengan kualitas CGI yang dihasilkan. Entah itu berupa pameran kekuatan para tokoh, pemandangan luar angkasa, maupun arsitektur planet Aladna, semua mampu tergambar estetik lewat bidikan lensa kamera Sean Bobbitt (12 Years a Slave, Judas and the Black Messiah), selaku sinematografer.

Baca Juga: 4 Fakta Peran Park Seo Joon di The Marvels, Pacar Captain Marvel?

3. Durasinya yang singkat bak pisau bermata dua, efektif atau malah sebaliknya?

The Marvels, Bukti MCU Telah Masuki Era Superhero Fatigue?Zawe Ashton dalam film The Marvels (dok. Marvel Studios/The Marvels)

Dengan durasi 105 menit yang dimilikinya, The Marvels resmi menjadi film MCU dengan durasi terpendek—sebelumnya, rekor ini dipegang oleh The Incredible Hulk (2008) dan Thor: The Dark World (2013) yang sama-sama memiliki durasi 112 menit. Sayangnya, durasi yang singkat tersebut membawa poin positif dan negatif bagi The Marvels.

Positifnya, alur cerita The Marvels memang cenderung simpel, mudah dipahami, dan tak melebar kemana-mana. Namun, hal itu malah menyebabkan pacing-nya jadi terasa terburu-buru. Padahal, naskah garapan Nia DaCosta bersama Megan McDonnell (WandaVision) dan Elissa Karasik (Loki) menyimpan banyak isu menarik bagi eksplorasi karakternya.

Pasca aksinya menghancurkan Supreme Intelligence di Captain Marvel (2019), Carol Denvers dihantui rasa bersalah atas perang saudara yang timbul di antara bangsa Kree. Kamala Khan, yang semula idealis, mulai menerima "kenyataan pahit" dari tindakan kepahlawanan. Begitu pula dengan Monica Rambeau yang masih menyimpan kekecewaan kepada Carol.

Akibat durasi yang singkat, hal-hal emosional di atas, termasuk penokohan Dar-Benn dan worldbuilding planet Aladna, jadi terkesan "numpang lewat" dan nihil signifikansi. Andai saja durasinya lebih panjang, mungkin The Marvels akan tampil lebih solid, baik dari segi aksi maupun kedalaman emosi. Buat yang sudah nonton, kamu juga sependapat dengan penulis, gak?

4. Adegan post-credit scene The Marvels semakin mempertegas masa depan MCU

The Marvels, Bukti MCU Telah Masuki Era Superhero Fatigue?Brie Larson dan Iman Vellani dalam film The Marvels (dok. Marvel Studios/The Marvels)

Bagian ini mengandung spoiler bagi yang belum menonton The Marvels.

Meski kekurangan-kekurangan di atas nyaris membuktikan kalau MCU sedang berada di titik nadir, The Marvels menghadirkan satu post-credit scene yang berpotensi membangkitkan kembali harapan fans akan masa depan franchise superhero ini. Seperti kabar yang berembus di media sosial sebelum perilisannya, film ini rupanya benar-benar menampilkan karakter X-Men. Tak cuma satu, melainkan dua sekaligus!

Alkisah, setelah terjebak karena menutup "titik lompat" yang diciptakan Dar-Benn, Monica Rambeau terbangun di sebuah rumah sakit. Namun, sang superheroine segera menyadari kalau tempat tersebut bukan dunianya ketika melihat sang ibu, Maria Rambeau (Lashana Lynch), yang seharusnya sudah meninggal, masih hidup dan tak mengenalinya. Sosok yang menyerupai Maria itu tak sendiri. Ia didampingi oleh Beast (Kelsey Grammer), mutan legendaris yang muncul dalam seri film X-Men.

Post-credit scene tersebut sontak memunculkan spekulasi di kalangan fans. Sebagian yakin kalau Maria Rambeau yang dilihat Monica adalah alter ego dari Captain Marvel di Earth-838 yang muncul di Doctor Strange and the Multiverse of Madness (2022), yakni Binary, sementara lainnya percaya kalau sosok tersebut adalah varian lain dari Maria Rambeau yang eksis di semesta X-Men. Bahkan, tak sedikit pula yang menduga kalau rumah sakit tersebut adalah markas X-Men alias X-Mansion.

Tak hanya post-credit scene tersebut, sebelumnya, ada sebuah adegan yang tak kalah mencuri atensi, yakni ketika Kamala Khan datang ke New York City untuk merekrut Kate Bishop (Hailee Steinfeld). Apakah hal ini merupakan pertanda kebangkitan dari Young Avengers? Jika benar, maka banyak sekali "pekerjaan rumah" yang harus diselesaikan oleh Marvel Studios, nih!

Sebagai suguhan blockbuster, The Marvels memang jauh dari kata sempurna. Namun, di antara jajaran film MCU lainnya, The Marvels termasuk salah satu yang menghadirkan chemistry antar pemain yang paling solid dan menghibur. Menurut penulis, hal tersebut sudah cukup menjadi alasan untuk kamu menyaksikan film arahan Nia DaCosta ini di layar seluas mungkin, lho!

Baca Juga: Ada Berapa Post-Credit Scene Film The Marvels?

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movies and series enthusiast. Feel free to read my reviews on Insta @satriaphile90 or Letterboxd @satriaphile. Have a wonderful day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya