Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
poster serial Ironheart dan Squid Game. (dok. Disney+/Ironheart | dok. Netflix/Squid Game)

Intinya sih...

  • The Night Agent Season 2 mendapat skor rendah di Popcornmeter (38%) meskipun tinggi di Tomatometer (86%).

  • The Last of Us Season 2 memecah belah penggemar dengan keputusan kontroversial dan pergeseran fokus cerita.

  • You Season 5, Ironheart, dan Squid Game Season 3 juga menuai kekecewaan dari penonton karena berbagai alasan.

Artikel ini mengandung spoiler bagi yang belum menonton lima serial di bawah!

Rotten Tomatoes setiap tahunnya selalu merilis daftar tontonan terbaik yang menjadi panduan andalan para penonton dalam memilih film maupun serial. Pada 2025 ini pun tak berbeda, dengan banyak judul yang berhasil mencuri perhatian. Beberapa di antaranya adalah Adolescence, Andor Season 2, The Pitt, Daredevil: Born Again, dan Win or Lose. Menariknya, kelima serial tersebut tak hanya disukai kritikus, tapi juga berhasil merebut hati penonton. Hal itu tercermin dari tingginya skor Tomatometer (kritikus) dan Popcornmeter (audiens) yang mereka kantongi di platform ulasan terkemuka tersebut.

Namun, di tengah euforia tersebut, ada juga lima judul serial populer lain yang justru bernasib kurang mujur. Meskipun mendapat pujian selangit dari para kritikus, nyatanya pandangan penonton justru berbanding terbalik dan menuai banyak kekecewaan. Berikut ini daftar serial populer 2025 yang bikin fans kecewa berat!

1. The Night Agent Season 2

adegan dalam serial The Night Agent. (dok. Netflix/The Night Agent)

Skor: 38 persen (Popcornmeter) | 86 persen (Tomatometer)

Walau tahun lalu jadi salah satu serial terpopuler di Netflix, The Night Agent Season 2 ternyata tak mampu mempertahankan kualitas yang membuat musim pertamanya begitu digemari. Musim kedua ini membawa Peter Sutherland (Gabriel Basso) menjalani misi barunya sebagai agen lapangan di Bangkok, Thailand. Namun, setelah operasi itu gagal dan membuatnya menjadi buron, Peter, yang kembali dibantu sang kekasih, Rose (Luciane Buchanan), harus beroperasi sendiri untuk memburu sang penjahat.

Kritikus memang memberikan skor lebih tinggi untuk musim ini—musim pertama raih Tomatometer 74 persen dan Popcornmeter 78 persen—tetapi respons penonton di Rotten Tomatoes berkata lain. Beberapa penggemar menyebut naskahnya lemah, dialognya klise, dan pembangunan karakternya tidak konsisten, terutama pada sosok Rose yang tampak kehilangan arah. Penurunan ini pun memicu pertanyaan, apakah musim ketiga akan mampu mengembalikan kejayaan The Night Agent atau justru sebaliknya?

2. The Last of Us Season 2

adegan dalam serial The Last of Us. (dok. HBO/The Last of Us)

Skor: 37 persen (Popcornmeter) | 92 persen (Tomatometer)

Bahkan serial yang paling diantisipasi tahun ini seperti The Last of Us Season 2 sekalipun tak luput dari sorotan negatif penggemar. Setelah sukses besar di musim pertamanya, banyak yang berharap kelanjutan petualangan Ellie (Bella Ramsey) dan Joel (Pedro Pascal) akan menyuguhkan cerita yang lebih mengguncang. Sayangnya, musim kedua justru memecah belah penggemar, baik karena arah narasi maupun keputusan-keputusan kreatif yang dianggap terlalu berani.

Musim ini dibuka dengan kelanjutan dari kebohongan Joel kepada Ellie soal Fireflies, lalu melompat 5 tahun ke masa depan saat keduanya hidup dalam komunitas tertutup di Jackson, Wyoming. Fokus cerita perlahan bergeser dari hubungan Joel dan Ellie ke perkenalan karakter baru, seperti Abby (Kaitlyn Dever), dan membangun konflik yang lebih kompleks. Namun, keputusan untuk menampilkan kematian Joel di awal musim menjadi titik balik yang mengundang kontroversi besar.

Banyak penggemar yang kecewa karena kehilangan karakter favorit mereka terlalu cepat, apalagi Pedro Pascal sudah menjadi ikon dalam perannya sebagai Joel. Sementara itu, karakter Ellie versi serial dianggap terlalu "dilunakkan" dibanding versi game-nya yang lebih brutal dan kelam. Perbedaan ini dinilai fans membuat alur balas dendam Ellie terasa kurang emosional dan kehilangan bobot moral yang kuat.

3. You Season 5

adegan dalam serial You. (dok. Netflix/You)

Skor: 50 persen (Popcornmeter) | 81 persen (Tomatometer)

Selanjutnya, ada You Season 5 yang meraih skor Popcornmeter terendah sepanjang sejarah serial ini, yaitu 50 persen. Diatur sebagai musim penutup, musim kelima ini melanjutkan kisah Joe Goldberg (Penn Badgley) yang kini hidup bersama Kate (Charlotte Ritchie), istrinya yang menjadi CEO perusahaan keluarganya di New York. Sekilas tampak tenang, Joe justru kembali bergulat dengan "kebiasaan" lamanya saat rahasia masa lalu mereka mulai terancam terbongkar.

Meskipun dibuka dengan nuansa nostalgia ketika Joe kembali ke toko buku lamanya, musim ini justru terasa stagnan dan repetitif. Banyak penonton menilai alurnya terlalu lambat, dan ketegangan yang seharusnya dibangun malah tenggelam dalam monolog internal Joe yang mulai terasa membosankan. Penambahan karakter baru seperti Bronte (Madeline Brewer) pun gagal menyuntikkan energi baru. Akhir yang seperti ini tentu bukan yang diharapkan penggemar dari serial sepopuler You.

4. Ironheart

adegan dalam serial Ironheart. (dok. Disney+/Ironheart)

Skor: 50 persen (Popcornmeter) | 82 persen (Tomatometer)

Dibuka dengan cukup gemilang lewat Your Friendly Neighborhood Spider-Man dan Daredevil: Born Again, siapa sangka kalau tahun ini MCU justru tersandung di serial Ironheart? Kisahnya berfokus pada Riri Williams (Dominique Thorne), remaja genius yang mengembangkan armor canggih di MIT, sebelum dikeluarkan karena berbagai pelanggaran. Bertekad untuk terus maju, ia kembali ke Chicago dan tanpa sadar terseret ke dunia kriminal yang dikomandoi oleh Parker Robbins alias The Hood (Anthony Ramos), sembari membangun kembali suit miliknya.

Meski mengangkat konflik menarik antara sains dan sihir serta menampilkan debut Mephisto (Sacha Baron Cohen) yang sudah lama dinantikan, Ironheart justru terasa seperti produk yang setengah matang. Banyak penonton mengeluhkan kurangnya kedalaman karakter, efek visual yang tak konsisten, dan narasi yang terlalu terburu-buru memosisikan Riri sebagai pewaris Tony Stark (Robert Downey Jr.) tanpa fondasi emosi yang kuat. Tak sedikit pula yang merasa bahwa kehadiran Mephisto justru terkesan tempelan demi menarik perhatian fans lama MCU.

Di luar isi cerita, Ironheart juga dihantam gelombang review bombing bahkan sebelum episode pertamanya tayang. Kampanye kebencian ini, yang sayangnya menyasar identitas aktris utama sebagai perempuan kulit hitam, membuat diskusi soal kualitas serial jadi bias dan penuh sentimen. Namun terlepas dari itu, harus diakui kalau Ironheart memang belum mampu memberikan gebrakan yang diharapkan dari seorang penerus Iron Man.

5. Squid Game Season 3

adegan dalam serial Squid Game. (dok. Netflix/Squid Game)

Skor: 50 persen (Popcornmeter) | 78 persen (Tomatometer)

Tak hanya You Season 5, musim terakhir serial Netflix yang juga menuai banyak kekecewaan tahun ini datang dari Squid Game Season 3. Melanjutkan perjuangan Seong Gi Hhun (Lee Jung Jae) setelah gagal menggulingkan sistem, musim ini dibuka dengan permainan mematikan hide and seek yang lebih brutal dan personal. Meski tensinya tetap tinggi, banyak penonton merasa bahwa musim ketiga kehilangan orisinalitas dan daya tarik emosional seperti dua musim sebelumnya.

Alih-alih memberi penutup epik, kisah Squid Game Season 3 justru dinilai antiklimaks. Kematian Gi Hun sebagai karakter utama dianggap sia-sia oleh sebagian penonton, karena tak benar-benar menghentikan sistem kejam yang ingin ia hancurkan. Tak hanya itu, kemunculan karakter VIP baru dan kameo Cate Blanchett yang menggiring arah cerita ke versi Amerika dianggap sekadar menjadi jembatan menuju spin-off, bukan resolusi naratif yang kuat.

Masalah lain muncul dari karakter-karakter penting yang kurang dikembangkan secara emosional. Padahal, beberapa dari mereka, seperti trio Jun Hee (Jo Yu Ri), Geum Ja (Kang Ae Shim), dan Hyun Ju (Park Sung Hoon) punya potensi besar untuk membangun keterikatan penonton. Sayangnya, kematian mereka terasa tergesa dan kurang memberikan dampak emosional seperti yang diharapkan. Semua ini semakin memperkuat kesan bahwa musim ini terlalu fokus pada kejutan dan kekerasan, tapi lupa membangun cerita yang menggugah hati.

Ekspektasi memang kerap jadi pedang bermata dua, apalagi berkaitan dengan serial yang telah ditunggu-tunggu oleh penggemar. Semoga deretan serial di atas bisa jadi pelajaran berharga bagi para kreator untuk tak cuma sekadar memuaskan kritikus, tapi juga benar-benar mendengarkan suara penonton. Jadi, dari kelima serial yang disebut, mana, nih, yang paling bikin kamu kecewa berat?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team