Sinopsis How to Die Alone, Serial Tragikomedi Cerdas tentang Kesepian 

How to Die Alone mengisahkan kehidupan petugas bandara JFK Amerika Serikat, Mel (Natasha Rothwell) yang takut terbang. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah merasakan dicintai dengan tulus oleh seseorang. Namun, ia masih menyimpan perasaan terhadap mantan kekasihnya yang sudah mau menikah.

Mel tanpa sadar berjuang mengatasi rasa kesepian. Setiap hari, ia hanya fokus mencurahkan hidupnya sebagai pekerja bandara yang membosankan. Ia bahkan sudah melupakan bagaimana rasanya bermimpi dan lebih fokus menjalani kehidupan hari demi hari.

Semua itu berubah saat Mel mengalami near-death experience atau peristiwa nyaris meninggal dunia. Insiden itu menyentak hidupnya. Ia mulai menata hidupnya dan berusaha terbang dengan cara apapun.

Mel juga menyadari selama ini dialah yang menahan dirinya untuk meraih mimpi. Hidupnya selalu dilingkupi dengan perasaan ketakutan, insecure, dan kesedihan. Namun gara-gara kecelakaan yang mengancam jiwanya, Mel kembali mendapatkan semangat dan cahaya kehidupan.

How to Die Alone memiliki banyak momen sekaligus karakter lucu. Salah satunya terkait persaingan sengit antara Mel dan rekan kerjanya yang mirip Karen, Patti (Michelle McLeod). Persaingan keduanya dipastikan membuat ngakak.

Lalu kekonyolan teman-teman Mel di bagian pengangkut barang juga bakal membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. Mereka adalah DeShawn (Chris CP Powell), Shaun (Arkie Kandola), dan Terrance (KeiLyn Durrel Jones).

Serial ini juga menawarkan momen refleksi mendalam terkait kilas balik kehidupan. Dalam episode 3 contohnya, Mel merenungkan tahun-tahunnya di JFK dan persahabatannya dengan Rory. Alur serial ini bisa mengajak penonton untuk meniru instropeksi Mel, khususnya bagaimana bagaimana posisi kita dalam kehidupan orang lain.

Kemudian dalam episode 5, Mel akan mengunjungi rumah Brian untuk merayakan Thanksgiving. Sisi lain kehidupan Mel mulai terungkap seperti ketegangannya dengan saudara kandung di tengah kondisi sang ibu yang sedang kritis.

Lalu percakapan yang sulit di lingkup keluarga seolah mempengaruhi kondisi emosionalnya. Mel sangat manusiawi. Dan Rothwell berhasil menggambarkannya sebagai tokoh protagonis sekaligus antagonis dalam ceritanya sendiri.

How to Die Alone adalah serial yang menggambarkan dengan sempurna perbedaan signifikan antara kesendirian dan kesepian. Premis ini juga menjadi poin utama Natasha Rothwell untuk menciptakan serial tragikomedi ini. Dalam pemutaran film di New York, ia mengatakan bahwa ia ingin penonton memahami perbedaan itu.

Rothwell mengaku dirinya berusaha memahami perbedaan kesepian dengan kesendirian dari pengalaman dan terapi selama 20 tahun di hidupnya. Ia mengingatkan penonton bahwa mereka layak menjalani kehidupan yang diinginkan.

Menurutnya, Mel menunjukkan kepada penonton bahwa apabila kamu tidak bisa bergantung pada dirimu sendiri, maka jangan berharap kamu bisa bergantung dengan orang lain. Mulailah menata kembali hidup dan buang sifat-sifat yang menyabotase mimpi.

How to Die Alone bisa menjadi inspirasi bagi jiwa-jiwa tersesat atau orang-orang biasa yang takut bermimpi besar. Meski keseharian terasa berat, tetapi jangan menjadikan hal itu sebagai penghalang kamu untuk bebas meraih mimpi. Serial ini seolah menggambarkan salah satu kutipan terkenal Tony Morrison, "Jika kamu ingin terbang, maka kamu harus melepaskan beban yang membebani diri kamu."