Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
poster film Sonic the Hedgehog 3. (dok. Paramount Pictures/Sonic the Hedgehog 3)

Dua tahun lalu, pengumuman produksi Sonic the Hedgehog 3 sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan penggemar. Mereka khawatir film ketiga ini akan mengalami penurunan kualitas, seperti yang sering terjadi pada sekuel dalam berbagai waralaba. Selain itu, penundaan produksi akibat pemogokan penulis dan aktor pada 2023 menambah keraguan akan hasil akhirnya.

Namun, kekhawatiran tersebut terbukti tak beralasan. Tayang sejak Rabu (25/12/2024) di bioskop Indonesia, Sonic the Hedgehog 3 mendapat respons positif dari penonton dan kritikus. Film ini meraih skor 88 persen di Rotten Tomatoes, melampaui dua film sebelumnya, dan berhasil mematahkan "kutukan film ketiga" dengan menghadirkan cerita yang lebih matang dan visual yang memukau.

Penasaran apa saja alasan yang membuat sekuel ini begitu istimewa? Yuk, simak review film Sonic the Hedgehog 3 berikut ini dan siap-siap terkejut dengan peningkatan kualitasnya dari segala sisi!

1. Dibuka dengan pengenalan Shadow yang begitu epik

adegan dalam film Sonic the Hedgehog 3. (dok. Paramount Pictures/Sonic the Hedgehog 3)

Kemunculan Shadow the Hedgehog memang sudah dinantikan oleh fans sejak penampilan singkatnya di post credit scene Sonic the Hedgehog 2 (2022). Karakter landak antihero berwarna hitam dengan garis merah ini dikenal sebagai rival abadi Sonic di berbagai gim. Sepak terjangnya di dunia gim pun tak main-main. Dengan kekuatan Chaos Control dan kecepatannya yang setara Sonic, ia selalu menjadi lawan yang tangguh.

Di Sonic the Hedgehog 3 (2024), pengenalan Shadow (Keanu Reeves) dibuka dengan adegan dramatis. Ia terbangun setelah "tertidur" selama 50 tahun di fasilitas penjara G.U.N. yang terletak di lepas pantai Jepang.

Kebangkitan Shadow langsung memicu kekacauan besar di tengah Kota Tokyo yang ramai dan memaksa Sonic (Ben Schwartz), Tails (Colleen O’Shaughnessey), dan Knuckles (Idris Elba)—yang sedang menikmati quality time bersama Tom (James Marsden) dan Maddie (Tika Sumpter)—untuk turun tangan.

Sebagai sutradara yang belajar dari kekurangan film sebelumnya, Jeff Fowler jelas semakin paham bagaimana membangun tensi dan ekspektasi penonton. Pertarungan Sonic dan Shadow di tengah gemerlap cahaya neon Tokyo dikemas dengan solid, bahkan memberikan nuansa pertarungan khas anime yang intens—bujet yang lebih besar dari pendahulunya, yakni 122 juta dolar AS, mewujudkannya. Bisa dibilang, pengenalan Shadow jauh lebih berkesan dibandingkan pengenalan Knuckles di film sebelumnya.

Kehadiran Keanu Reeves sebagai pengisi suara Shadow juga menjadi nilai tambah. Reputasinya sebagai aktor laga, terutama perannya sebagai badass lonewolf di seri John Wick, memperkuat image misterius dan berbahaya Shadow. Hebatnya lagi, lewat suaranya, Reeves juga mampu menggambarkan kerapuhan di balik kekuatan dan amarah yang membara dalam diri Shadow.

2. Jim Carrey dalam peran ganda: keseruan dobel!

adegan dalam film Sonic the Hedgehog 3. (dok. Paramount Pictures/Sonic the Hedgehog 3)

Salah satu keluhan yang diajukan oleh para penggemar dari film sebelumnya adalah porsi karakter manusia yang terasa terlalu dominan. Dalam Sonic the Hedgehog 3, beberapa penyesuaian dilakukan. James Marsden dan Tika Sumpter tetap lucu dan hangat sebagai Tom dan Maddie, namun dalam porsi yang tak berlebihan. Bahkan, Natasha Rothwell sebagai Rachel, kakak Maddie yang menjadi highlight komedi di film sebelumnya, hanya muncul sekilas dalam adegan yang efektif memancing tawa.

Sebagai gantinya, trio penulis naskahnya, Pat Casey, Josh Miller, dan John Whittington, memberikan panggung lebih besar kepada Ben Schwartz sebagai pengisi suara Sonic. Mereka memaksimalkan potensi Sonic dalam melempar jokes segar yang penuh dengan referensi kultur pop. Di luar dugaan, hasilnya sangat menghibur—bayangkan Deadpool, tetapi dalam versi yang lebih ramah keluarga!

Namun, jika ada karakter manusia yang lebih dominan dan malah menjadi scene stealer, itu adalah Jim Carrey sebagai Dr. Ivo "Eggman" Robotnik dan sang kakek, Prof. Gerald Robotnik. Carrey, sebagai aktor karakter ulung, tentu tak susah menghidupkan dua figur villain eksentrik tersebut secara bersamaan. Salah satu adegan terbaik "mereka" adalah ketika melintasi sensor laser markas G.U.N London diiringi lagu "Galvanize" milik The Chemical Brothers. Siap-siap dibikin sakit perut!

3. Tak hanya aksi dan komedi, drama juga menjadi highlight

adegan dalam film Sonic the Hedgehog 3. (dok. Paramount Pictures/Sonic the Hedgehog 3)

Deretan momen pertarungan yang bakal membuat fans anime shonen berteriak heboh hingga lawakan yang tak malu-malu untuk tampil absurd—dalam artian baik—memang menjadi "senjata" utama dalam Sonic the Hedgehog 3. Namun, film ini bukan hanya berisi pertempuran seru dan tawa lepas. Drama juga jadi elemen krusial yang menyentuh hati.

Hubungan Shadow dan Maria Robotnik (Alyla Browne), cucu Gerald yang muncul dalam adegan flashback, meskipun mengalami beberapa modifikasi dari versi gimnya, tetap menjadi inti emosional dari film ini. Kehilangan Maria menjadi motivasi utama Shadow, dan film ini berhasil menggambarkan kesedihan dan kemarahannya dengan meyakinkan. Hal ini menjadikan Shadow lebih dari sekadar karakter antagonis.

Hubungan Sonic dan karakter lainnya juga berkembang secara signifikan dalam film ini. Tak hanya sebagai sahabat, Sonic melihat Tom sebagai seorang ayah yang memberikan nasihat dan dukungan emosional. Begitu pula interaksinya dengan Tails dan Knuckles, yang semakin kompleks dengan munculnya konflik internal terkait kepercayaan dan pengambilan keputusan.

Bahkan, hubungan Eggman dengan Agen Stone (Lee Majdoub), anak buah setianya, yang selama ini lebih banyak diwarnai komedi, juga mendapat porsi yang cukup mengharukan. Semua selipan drama di atas memang tak akan sampai membuat Sonic the Hedgehog 3 mendapatkan "Oscar." Namun, sebagai tontonan semua umur, film ini jelas memberikan pengalaman yang lebih "kaya."

4. Apa yang menanti di Sonic the Hedgehog 4?

adegan dalam film Sonic the Hedgehog 3. (dok. Paramount Pictures/Sonic the Hedgehog 3)

Bagian ini mengandung spoiler bagi yang belum menonton film Sonic the Hedgehog 3! 

Seperti dua film sebelumnya, Sonic the Hedgehog 3 juga memberikan kejutan lewat dua post credit scene yang sayang untuk dilewatkan. Pertama, menampilkan Sonic yang dikepung oleh robot-robot mirip dirinya, yang ternyata adalah Metal Sonic. Namun, kejutan sebenarnya datang ketika Amy Rose—landak merah muda yang menjadi love interest Sonic dalam gim—muncul menyelamatkan Sonic dari kepungan robot tersebut.

Adegan post credit pertama ini sontak memunculkan pertanyaan, apa yang akan terjadi di sekuelnya, Sonic the Hedgehog 4? Dengan kematian Eggman di ending, Metal Sonic berpotensi menjadi antagonis utama di film keempat. Kemunculan Amy Rose juga memberi petunjuk kuat bahwa Sonic the Hedgehog 4 akan mengadaptasi elemen dari beberapa gim klasik, seperti Sonic CD, Sonic Advance, atau bahkan Sonic Heroes.

Di sisi lain, kembalinya Shadow di post-credit scene kedua juga membuka kemungkinan alur cerita yang lebih kompleks. Bisa jadi, Shadow akan menjadi sekutu Sonic dalam menghadapi Metal Sonic, atau justru menjadi musuh yang lebih tangguh. Semua kemungkinan ini semakin membuat Sonic the Hedgehog 4 layak dinantikan, bukan?

Sonic the Hedgehog 3 sukses membuktikan bahwa sekuel tak selalu mengecewakan, justru sebaliknya. Film ini tampil superior dari segala aspek, mulai dari pengenalan karakter Shadow yang epik, penampilan ganda Jim Carrey yang menghibur, hingga sentuhan drama yang menyentuh.

Mumpung libur Nataru masih berlangsung, ajak seluruh keluarga untuk menyaksikan petualangan seru Sonic dkk. di bioskop kesayanganmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team