Srimulat: Hil yang Mustahal, Tak Sekadar Bikin Penonton Ngakak!

Tidak terlepas dari era 80-an, film ini mampu menghadirkan nuansa vintage semi modern. Beberapa lokasi syuting akan tampak sangat jadul dan kejawenm terlabih bahasa yang digunakan juga hampir sepenuhnya bahasa Jawa. Namun, adegan ketika grup Srimulat menginjakkan kaki di Jakarta, pakaian mereka sudah semi modern mengikuti tren.

Seperti pada salah satu adegan yang menampilkan kemeja slim suit yang dikenakan Dimas Anggara, ia tampak necis sebagai Timbul. Selain itu, ada beberapa hal lainnya yang telah disesuaikan dengan gaya dan suasana pada 2022 ini. Kombinasi suasana antara budaya Jawa dan Betawi juga tak kalah menarik.

Beberapa adegan menampilkan potret Jakarta pada 80-an. Secara keseluruhan, suasana tahun 80-an baik di Solo maupun di Jakarta feel-nya sangat terasa. Begitu juga dengan soundtrack dan tata suara yang sesuai dengan jalan cerita.

Tak mengurangi gaya lelucon khas Srimulat, film ini berhasil menghadirkan banyak adegan menggelitik perut penonton. Sebagian besar guyonannya terlihat pada tingkah laku keseharian para anggota Srimulat.

Skenario tentang guyonan dalam film ini sudah dipadukan dengan candaan zaman sekarang. Dengan begitu, Gen Z tak perlu bingung apalagi merasa jayus. Tentunya, lawakannya masih bisa diterima tanpa merusak esensi lawakan Srimulat yang asli.

Setiap momen dalam film komedi ini terbilang sempurna. Tokoh dengan guyonan paling khas antara lain Asmuni dengan gaya bahasa yang dibolak-balik seperti mustahil menjadi mustahal, Tarzan dengan nada kata "hallaahh"-nya, Tessy dengan guyonan kemayunya dan berbagai guyonan lain yang sudah disesuaikan. Film ini sukses mengocok perut dari awal sampai akhir.

Dari sekian nama pemeran anggota Srimulat, yang memiliki karakter kuat antara lain adalah Gepeng (Bio One), Timbul (Dimas Anggara), Basuki (Elang El Gibran), Tessy (Erick Estrada), Tarzan (Ibnu Jamil), Asmuni (Teuku Rifnu) dan Nunung (Zulfa Maharani). Tiga anggota Srimulat lainnya masih terbilang minim dialog. Namun, mereka tetap melengkapi satu sama lain. Bisa dibilang pembagian karakter pemainnya sudah sesuai.

Para artis dan aktor sukses memerankan tokohnya masing-masing dari segi perawakan, gaya bicara, gaya bahasa, ciri guyonan sampai penampilan pun bisa dibilang mendekati 90 persen.Tentu saja pemeran akan menjadi poin utama untuk menilai sebuah film.

Lebih banyak pemain utama diambil alih oleh Asmuni, Gepeng, Tarzan, dan Basuki dengan durasi dialog yang lebih lama. Lainnya mengisi bagian pemain pembantu dan pemain yang paling menarik perhatian. Namun, masing-masing tetap memiliki peran yang penting.

Alur ceritanya terasa ringan, mengalir, dan mengandung beragam emosi. Dari segi percintaan, persahabatan, kekeluargaan, persaingan, ketakutan, diremehkan, sampai dengan konflik yang cukup mengecewakan banyak pihak dikemas menjadi satu dengan alur beruntun dan mudah dipahami.

Momen kekeluargaan terasa sangat kental dalam film ini. Konfliknya berawal dari Gepeng dan diakhiri juga oleh Gepeng. Kita akan mendapatkan fokus kita dalam film ini. Semuanya masih berkesinambungan dari awal cerita sampai akhir cerita.

Menariknya, ada alur cerita dalam film ini tak terduga. Ada pemeran lain yang turut berperilaku konyol dan membuat suasana bioskop menjadi pecah dengan tawa. 

Tak hanya itu, bumbu-bumbu horor komedi pun juga terselip sedikit dalam alur film ini menjadikan film ini terasa realistis dan Indonesia banget. Penyelesaian konfliknya juga sangat masuk akal dan menyeluruh, tidak setengah-setengah!

Banyak kisah Srimulat yang bisa diambil sebagai pelajaran dalam film ini. Seperti awal cuplikan trailer film ini, "urip ning dhuwur panggung mung sementara, lek kowe podo keblinger, kowe dikalahke (Hidup di atas panggung hanya sementara, kalau kalian terlena, akan tersingkir)."

Memiliki makna yang dalam, tak hanya soal di atas panggung, tapi di manapun kita berkompetisi, berkontribusi, dan berkarya adalah tempat yang sementara. Kalau tidak memiliki improvisasi dan inovasi, kita bisa dikalahkan dan digeser dengan yang lain.

Secara menyeluruh, Srimulat: Hil yang Mustahal sangat direkomendasikan untuk ditonton agar tau proses Srimulat bisa menjadi grup lawak yang besar itu tidaklah instan. Selain itu juga akan ada Srimulat babak kedua karena memang akhir ceritanya bersambung.

Fajar Nugros berhasil menciptakan film yang sukses membuat penontonnya terbahak-bahak dan keluar dari ruangan bioskop dengan mood yang baik. Kalau kamu berniat menonton Srimulat: Hil Yang Mustahal, jangan lupa ajak keluarga, sahabat, dan pasangan, ya!