Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sukses Besar, Proses Pembuatan 7 Film Ini Dikenal Rumit dan Bermasalah

cuplikan Apocalypse Now (dok. Paramount Pictures/Apocalypse Now)

Kabar kurang mengenakan datang dari proyek film teranyar sutradara Francis Ford Coppola berjudul Megalopolis. Dilansir dari The Hollywood Reporter, Coppola telah memecat banyak orang dalam proyek ambisiusnya termasuk tim production designer, art director, hingga seluruh tim visual efek.

Coppola dikabarkan mengalami kesulitan finansial dalam membiayai proyek film yang saat ini tengah melakukan proses syuting di Atlanta. Bukan hal yang mengejutkan mengingat Coppola memutuskan untuk membiayai sendiri film dengan estimasi biaya produksi sebesar 120 juta dolar AS atau setara dengan Rp 1,9 triliun tanpa bantuan investor maupun sponsor. Ongkos produksi bisa saja lebih terjangkau jika Coppola bersedia memilih greenscreen ketimbang membangun set virtual yang dikelilingi oleh dinding terbuat dari layar LED.

Megalopolis bukanlah satu-satunya film yang memiliki banyak kendala dalam proses pembuatannya. Di balik kesuksesannya, 7 film berikut ini dikenal dengan proses produksi yang rumit dan bermasalah. Penasaran? Yuk, kita simak!

1. Jaws (1975)

cuplikan Jaws (dok. Universal Studios/Jaws)

Dikenal dengan tingginya efisiensi dalam menggarap suatu film, Steven Spielberg pernah menelan pil pahit ketika masih merintis kariernya sebagai sutradara. Spielgberg yang saat itu masih berusia 26 tahun menawarkan diri untuk menyutradarai film Jaws yang diadaptasi dari novel karya Peter Benchley. Produser Richard D. Zanuck dan David Brown yang sempat memilih untuk bekerjasama dengan sutradara pendatang membuat Spielberg nyaris keluar dari proyek tersebut.

Biaya produksi yang semula dianggarkan sebesar 4 juta dolar AS seketika membengkak ke angka 9 juta dolar AS karena Spielberg bersikukuh untuk melakukan proses pengambilan gambar langsung di laut ketimbang di dalam tank khusus. Proses syuting pun molor akibat kamera yang mengalami malfungsi, kru dan cast sakit, dan penataan ulang set yang memakan waktu tidak sebentar. Dari awalnya yang dijadwalkan selama 55 hari, proses syuting memakan waktu 159 hari.

Sempat khawatir dirinya tidak akan mendapatkan tawaran pekerjaan lagi, nyatanya Steven Spielberg telah melahirkan summer blockbuster pertama di sejarah perfilman Hollywood.

2. Apocalypse Now (1979)

cuplikan Apocalypse Now (dok. Paramount Pictures/Apocalypse Now)

Bisa dibilang Apocalypse Now adalah film dengan proses pembuatan paling runyam yang pernah ada. Mulai dari proses syuting yang berlangsung selama setahun penuh, angin topan menghancurkan set serta mengacaukan jadwal syuting, hingga sutradara Francis Ford Coppola yang nyaris mengalami kebangkrutan akibat menutupi biaya produksi yang membengkak dengan uang pribadinya termasuk pendapatan dari film The Godfathers.

Marlon Brando yang berperan sebagai Colonel Kurtz datang ke lokasi syuting tanpa persiapan sama sekali—kelebihan berat badan, tidak membaca material Heart of Darkness, dan tidak membaca naskahnya sama sekali. Lalu ada Martin Sheen yang mengalami serangan jantung hingga harus vakum selama sebulan penuh. Sheen yang juga diketahui memiliki kecanduan akan alkohol kerapkali mabuk selama proses pengambilan gambar.

Mendapatkan ulasan yang beragam, Apocalypse Now sukses memenangkan Palme d’Or di ajang Cannes Film Festival dan membawa pulang 2 piala Oscars untuk kategori Best Cinematography dan Best Sound.

3. Back to the Future (1985)

cuplikan film Back to the Future (dok. Universal Studios/Back to the Future)

Selama 4 tahun mengalami penolakan dari berbagai studio, Robert Zemeckis dan Bob Gale telah puluhan kali merombak naskah Back to the Future. Pihak studio menyebut bahwa naskah yang mereka tulis terlalu lemah dan tidak cukup ramah untuk bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Meskipun begitu, rumah produksi milik Steven Spielberg, Amblin Entertainment, menunjukan ketertarikannya untuk mendanai produksi film bergenre sci-fi tersebut bersama Universal Studios.

Michael J. Fox adalah pilihan pertama untuk memerankan karakter ikonik Marty McFly. Namun jadwalnya yang berbenturan dengan TV series Family Ties membuat Eric Stoltz mendapatkan peran McFly. Setelah memasuki proses syuting selama sebulan, Zemeckis memecat Stoltz karena tidak sesuai dengan keinginannya. Keputusan Zemeckis tentu membuat biaya produksi membengkak dan mengacaukan jadwal syuting yang telah ditetapkan.

Gayung bersambut, Michael J. Fox bersedia memerankan McFly. Fox melakukan proses syuting Family Ties di hari kerja pada siang hari dan di malam hari untuk film Back to the Future. Lalu di akhir pekan Fox akan melakukan proses syuting untuk adegan exterior atau di luar ruangan.

Kerja keras Zemeckis dan Gale terbayarkan ketika Back to the Future menghabiskan 11 minggu di box office dan memenangkan piala Oscar dalam kategori Best Original Screenplay.

4. Alien 3 (1992)

cuplikan film Alien 3 (dok. 20th Century Studios/Alien 3)

Sebelum diambil alih oleh David Fincher, Alien 3 awalnya ditangani oleh sutradara Vincent Ward. Saat set senilai $7 juta selesai dibangun dan proses syuting siap dimulai, petinggi 20th Century Studios meminta Ward untuk merombak naskah yang telah ditulisnya—upaya Ellen Ripley (Sigourney Weaver) bertahan hidup di sebuah planet yang dihuni oleh makhluk mengerikan pasca pod yang digunakannya untuk melarikan diri mengalami kerusakan. Menolak mentah-mentah permintaan pihak studio, Ward akhirnya memilih untuk mengundurkan diri.

Pihak studio lantas menunjuk Walter Hill dan David Giler untuk merombak naskah yang sudah ada. Sementara untuk posisi sutradara yang kosong diisi oleh David Fincher. Baru memasuki 2 minggu proses produksi, sinematografer Jordan Cronenweth terpaksa harus diganti oleh Alex Thomson akibat penyakit Parkinson yang dideritanya.

Tidak berhenti sampai di situ, Fincher kerap kali bertengkar dengan produser dan petinggi studio yang terlalu ikut campur. Hal tersebut pun berdampak pada proses penulisan naskah ulang yang tidak kunjung rampung dan menghambat proses produksi.

Perseteruan antara Fincher dan pihak studio berlanjut hingga post-production. Tim editor mengabaikan intruksi Fincher selama proses editing berlangsung dan lebih mendengarkan perintah petinggi studio. Hasilnya, Alien 3 mendapatkan ulasan negatif dan pendapatan yang kurang memuaskan. David Fincher sendiri menyebutkan bahwa tidak ada yang membenci film tersebut melebihi dirinya sendiri.

5. Titanic (1997)

cuplikan Titanic (dok. Paramount Pictures/Tiitanic)

Kesuksesan yang diraih oleh Titanic bisa dibilang tidak sebanding dengan apa yang harus dilalui oleh cast dan kru film selama proses produksi film berlangsung. Ditambah dengan James Cameron yang dikenal temperamental, tidak heran jika media memprediksi Titanic sebagai film gagal termahal yang pernah diproduksi.

Biaya produksi melambung hingga 200 juta dolar AS dan proses syuting yang molor dari 138 hari menjadi 160 hari. Kru dan cast yang terlibat dalam proses pengambilan gambar dalam tank air berukuran besar di Nova Scotia jatuh sakit hingga terkena infeksi ginjal akibat terlalu lama berada di dalam air. Kate Winslet sendiri sempat mengungkapkan ketakutannya akan tenggelam dan mengalami cedera di bagian sikunya.

Pihak studio--20th Century Studios dan Paramount Pictures—sempat bersitegang dengan James Cameron yang ngotot ingin merilis Titanic dengan durasi 3 jam karena khawatir tidak akan balik modal. Keraguan banyak pihak termasuk studio sendiri seketika dibungkam ketika Titanic sukses besar di pasaran. Titanic mengukuhkan diri sebagai film Hollywood dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa dan membawa pulang 11 piala Oscars termasuk Best Picture dan Best Director.

6. The Bourne Identity (2002)

cuplikan film The Bourne Identity (dok. Universal Studios/The Bourne Identity)

Perseteruan antara Doug Liman selaku sutradara dan Universal Pictures terjadi dari awal tahap produksi. Pihak studio tidak menyukai alur non-linear dan skala aksi yang terlalu kecil sehingga membuat Liman dan penulis Tony Gilroy menulis ulang naskahnya. Hal tersebut pun berdampak pada mundurnya perilisan film yang semula dijadwalkan pada September 2001 menjadi Juni 2002.

Situasi di lokasi syuting sangat kacau dan diluar kendali hingga produser Frank Marshall terpaksa harus menyutradarai langsung beberapa adegan. Keadaan semakin memanas ketika Universal Pictures meminta untuk memotong paruh ketiga durasi film—khususnya pada adegan di rumah pertanian. Setelah melalui perdebatan sengit antara pihak studio, Liman, dan Matt Damon, pada akhirnya paruh ketiga tersebut berhasil dipertahankan dengan penyesuaian naskah di beberapa adegan.

Sempat diprediksi akan gagal di pasaran, nyatanya The Bourne Identity laku keras hingga dinobatkan sebagai saga film aksi terlaris di abad 21. Meskipun begitu, hubungan antara Doug Liman dan Universal Pictures tidak membaik. Hal tersebut diamini dengan pihak studio yang menunjuk Paul Greengrass untuk menggarap sekuelnya, The Bourne Supremacy, yang dirilis pada 2004 silam.

7. World War Z (2013)

cuplikan World War Z (dok. Skydance Media/World War Z)

Selama proses pasca produksi, Brad Pitt yang kurang puas dengan paruh ketiga film World War Z mengundang Damon Lindelof untuk menonton hasil editing berdurasi 72 menit. Lindelof lantas mengusulkan ending baru—berpusat pada si karakter utama, sedikit dramatisir di sana-sini, dan menyisipkan sedikit saja final scene yang penuh aksi dan berdarah-darah.

Dengan bantuan Drew Godard, Lindelof menulis ulang naskah untuk paruh ketiga film sebanyak 60 halaman untuk membuat ending yang baru. Paramount Pictures, Brad Pitt, dan sutradara Marc Forster lantas melakukan reshoot untuk adegan klimaks yang kamu tonton di film dan memangkas adegan dimana si tokoh utama melawan pasukan zombie di Rusia dari film.

Kesuksesan yang didapat oleh film-film di atas paling tidak sebanding dengan proses produksi yang rumit dan bermasalah. Film-film di atas tayang di berbagai layanan streaming bagi kamu yang tertarik ingin menontonnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us