Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mike Wiluan Adaptasi Folklore Indonesia dalam Film Orang Ikan.jpg
Mike Wiluan di konferensi pers "Orang Ikan" di CGV Grand Indonesia, Senin malam (7/7/25) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Intinya sih...

  • Mike Wiluan terinspirasi dari film monster klasik Creature from the Black Lagoon dan folklore Melayu tentang makhluk setengah manusia setengah ikan

  • Film Orang Ikan menggabungkan folklore dengan kisah tragedi Perang Dunia II, menjelma menjadi kisah konflik dan pertemanan yang tak terduga

  • Orang Ikan diproduksi dengan kerja sama lintas negara antara Jepang, Singapura, dan Inggris namun hampir 96 persen berasal dari Indonesia

Jakarta, IDN Times – Film terbaru besutan sutradara Mike Wiluan, Orang Ikan, akan tayang di jaringan bioskop CGV Indonesia mulai 11 Juli 2025. Mengusung tema monster horor berlatar sejarah, film ini menyajikan kisah penuh lapisan emosi, persaudaraan, dan kemanusiaan yang bersumber dari mitologi lokal.

Tayang perdana di berbagai festival film mancanegara, Orang Ikan menandai babak baru bagi genre horor Indonesia yang menggabungkan budaya dan sejarah. Lalu, dari mana inspirasi Mike Wiluan untuk membuat film ini?

1. Mike terinspirasi dari Creature from the Black Lagoon

Mike Wiluan di konferensi pers "Orang Ikan" di CGV Grand Indonesia, Senin malam (7/7/25) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Mike mengaku bahwa Orang Ikan merupakan bentuk kecintaannya terhadap genre monster klasik. Namun, ia ingin menciptakan sesuatu yang lebih dekat dengan budaya Indonesia sendiri.

"Saya sebagai salah satu fans ya, fans of creature, film creature. Kayak Creature from the Black Lagoon, Alien, Predator, dan fans of Indonesian horror juga. Tapi bagaimana saya bisa find something new, ya. Cari yang original, yang baru, yang berhubungan dengan folklore juga," ujarnya di acara press screening & press conference Orang Ikan di CGV Grand Indonesia, Senin (7/7/2025).

Inspirasi itu ia temukan dalam folklore Melayu tentang makhluk setengah manusia setengah ikan, yang konon pernah dilihat oleh tentara Jepang di era Perang Dunia II. "Ada beberapa cerita dari perang dunia ya, kedua ya, Perang Dunia Kedua. Ada beberapa tentara Jepang yang melihat Orang Ikan di beberapa pulau-pulau," lanjutnya.

Menurut Mike, makhluk semacam itu cukup universal. Bahkan, sudah pernah diadopsi oleh sutradara Guillermo del Toro dalam film The Shape of Water dan Hellboy. "So, bagaimana kita bisa cari ide di Indonesia, soalnya kita adalah satu negara archipelago (kepulauan) dengan banyak air. Kenapa nggak ada Orang Ikan juga di sini?" tutur Mike.

2. Padukan folklore dengan kisah tragedi Perang Dunia II

Ninin Musa di konferensi pers "Orang Ikan" di CGV Grand Indonesia, Senin malam (7/7/25) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Film berdurasi 85 menit ini mengambil latar sebuah pulau terpencil tempat dua tawanan Perang Dunia II, seorang tentara Jepang dan seorang tentara Inggris, harus bertahan hidup. Namun, keduanya menemukan mereka tidak sendiri di pulau itu.

Daripada sekadar horor penuh teriakan, Orang Ikan justru menjelma menjadi kisah tentang konflik, pertemanan yang tak terduga, serta cara bagaimana trauma perang dapat melahirkan "monster" secara harfiah maupun metaforis.

"Kisah asal muasal tentang monster, yang lahir dari tragedi kemanusiaan Perang Dunia II," tambah produser film Orang Ikan, Ninin Musa.

Berbeda dari makhluk dalam film-film barat, Orang Ikan dalam film ini bukanlah makhluk dengan kekuatan super, melainkan entitas mitologi lokal yang memiliki sisi kemanusiaan. Bahkan, hidup berkelompok seperti keluarga.

3. Hasil kerja sama dengan Jepang, Singapura, dan Inggris

Mike Wiluan, Ninin Musa, dan Hiroaki Kato di konferensi pers "Orang Ikan" di CGV Grand Indonesia, Senin malam (7/7/25) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Meski diproduksi dengan kerja sama lintas negara antara Jepang, Singapura, dan Inggris, Orang Ikan adalah karya yang sangat Indonesia. Dari tema, lokasi, hingga kru yang terlibat hampir 96 persen berasal dari dalam negeri.

"Saya paling bangga dengan kru Indonesia. Berapa kali kita ke festival, banyak yang nanya produksinya dimana? 'Di Indonesia'" jawab Mike.

Film ini bukan hanya mencoba menghadirkan kembali kisah mitologi Indonesia ke layar lebar, tapi juga menjadi media penyembuhan luka sejarah sekaligus perayaan horor lokal yang di panggung global.

Orang Ikan sendiri sudah ditayangkan dalam ajang bergengsi seperti Tokyo International Film Festival 2024, Singapore International Film Festival 2024, dan Trieste Science+Fiction Festival 2024. Film ini juga diputar dalam Overlook Film Festival 2025 (US Premiere), Fantasy Filmfest Nights 2025 (German Premier), dan Neuchatel International Fantastic Film Festival 2025 (Swiss Premiere).

Orang Ikan mendapat pujian dari kritikus film saat ditayangkan di festival-festival film luar negeri. ​​​​​​​Wiluan berharap Orang Ikan juga bisa menarik minat penikmat film horor di Indonesia.

Editorial Team