5 Teori Fisika yang Disinggung dalam Film Interstellar, Mindblowing!

- Relativitas waktu: Perbedaan waktu di dekat lubang hitam Gargantua, hasil dari Teori Relativitas Umum Einstein.
- Lubang hitam: Representasi realistis lubang hitam Gargantua berdasarkan perhitungan fisika aktual.
- Lubang cacing: Konsep wormhole sebagai gerbang perjalanan antargalaksi yang masih dieksplorasi dalam teori kuantum dan relativitas.
Interstellar (2014) karya Christopher Nolan bukan hanya sekadar tontonan fiksi ilmiah biasa. Film ini menyajikan narasi kompleks yang melibatkan cinta, keluarga, dan perjalanan lintas galaksi, tetapi tetap berakar pada landasan teori fisika yang nyata. Dengan bantuan fisikawan teoritis Kip Thorne, film ini berhasil menjembatani antara hiburan dan ilmu pengetahuan dengan cukup akurat.
Tak sedikit penonton yang merasa terpukau dan penasaran terhadap konsep-konsep ilmiah yang ditampilkan dalam Interstellar. Beberapa teori fisika yang rumit dijelaskan melalui visual yang mengesankan dan dialog yang penuh makna. Berikut lima teori fisika yang disinggung dalam film Interstellar, sehingga membuatnya berbeda dari film fiksi ilmiah lainnya, seperti dilansir Space.
1. Relativitas waktu

Salah satu aspek paling mencolok dalam Interstellar adalah perbedaan waktu yang dialami oleh karakter saat mereka berada di dekat lubang hitam bernama Gargantua. Ketika tokoh-tokohnya mendarat di Planet Miller, satu jam di sana setara dengan tujuh tahun waktu di Bumi. Fenomena ini dikenal dalam fisika sebagai dilatasi waktu, hasil dari Teori Relativitas Umum Einstein.
Gravitasi ekstrem di sekitar lubang hitam mempengaruhi waktu secara drastis, sehingga membuatnya berjalan lebih lambat dibandingkan daerah dengan gravitasi rendah. Fenomena ini tidak hanya sekadar bumbu fiksi, tetapi memiliki dasar ilmiah yang kuat dan telah dibuktikan dalam eksperimen modern. Visualisasi dan penerapannya dalam film memberi pemahaman baru tentang betapa relatifnya konsep waktu.
2. Lubang hitam

Lubang hitam Gargantua menjadi pusat penting dalam Interstellar dan ditampilkan dengan sangat realistis. Kip Thorne bekerja sama dengan tim visual efek untuk menghasilkan citra lubang hitam yang berdasarkan pada perhitungan fisika aktual. Hasilnya bahkan sempat digunakan oleh ilmuwan dalam penelitian mengenai visualisasi lubang hitam.
Lubang hitam dalam film digambarkan sebagai objek yang memengaruhi ruang dan waktu di sekitarnya, menciptakan distorsi besar yang terlihat seperti cincin bercahaya. Representasi ini membuka pemahaman tentang bagaimana benda langit tersebut dapat "membengkokkan" cahaya, sesuai dengan prediksi dari relativitas umum. Gambaran tersebut juga mendekati hasil foto lubang hitam pertama yang dirilis oleh ilmuwan pada 2019.
3. Lubang cacing

Lubang cacing atau wormhole menjadi gerbang perjalanan antargalaksi dalam Interstellar. Konsep ini berasal dari solusi teoritis atas persamaan Einstein-Rosen Bridge, yang secara hipotetik bisa menghubungkan dua titik ruang dan waktu yang berjauhan. Film ini menggambarkan wormhole sebagai bola transparan raksasa yang menghubungkan tata surya ke galaksi lain.
Meskipun belum ada bukti eksistensi wormhole di alam semesta nyata, para fisikawan terus menjelajahi kemungkinan ini dalam teori kuantum dan relativitas. Dalam konteks film, wormhole digunakan sebagai jembatan naratif yang memungkinkan karakter melakukan eksplorasi antarbintang tanpa melanggar hukum fisika secara mutlak. Konsep ini memperkuat kesan ilmiah film sekaligus menjaga daya tarik petualangannya.
4. Singularitas gravitasi

Saat karakter utama memasuki horizon peristiwa Gargantua, ia diduga berada dalam titik singularitas—sebuah kondisi di mana hukum fisika seperti yang dikenal berhenti berlaku. Singularitas gravitasi adalah pusat dari lubang hitam, di mana massa terkonsentrasi dalam volume sangat kecil dengan densitas tak terbatas.
Momen ini menggambarkan batas akhir pengetahuan manusia terhadap alam semesta dan hukum alam. Film memberikan interpretasi dramatis terhadap singularitas, di mana karakter dapat "menyentuh" waktu dan berinteraksi secara non-linear dengan masa lalu. Meskipun masih berupa spekulasi, pendekatan tersebut memicu diskusi menarik di kalangan ilmuwan dan penggemar fisika.
5. Dimensi kelima dan ruang-waktu nonlinear

Salah satu bagian paling abstrak dari Interstellar adalah representasi dari dimensi kelima di mana Cooper bisa berinteraksi dengn masa lalu melalui rak buku. Konsep ini menyentuh teori multidimensi seperti dalam teori string dan teori M, yang menyatakan bahwa alam semesta mungkin memiliki lebih dari empat dimensi yang dapat dirasakan secara langsung.
Ruang-waktu nonlinear dalam film memberi gambaran bahwa waktu bukan hanya garis lurus, tetapi bisa dilihat sekaligus dari berbagai perspektif dalam dimensi lebih tinggi. Gagasan ini memang sangat teoritis, namun memberi lapisan kedalaman dan kontemplasi pada cerita. Bagi sebagian penonton, pendekatan ini menjadi jembatan antara emosi manusia dan alam semesta yang misterius.
Interstellar berhasil menggabungkan sains dan seni dalam bentuk sinema yang mendalam. Film ini menjadi bukti bahwa sains tak harus kaku dan bisa menjadi landasan bagi cerita emosional dan epik. Bukan hanya menyajikan hiburan, film ini juga mendorong rasa ingin tahu terhadap alam semesta.