Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

The Exorcist: Believer, Sekuel Horor Legendaris yang Kurang Maksimal

adegan dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)
adegan dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)

Lima dekade silam, para penggemar film berhasil dibuat ketakutan oleh film arahan William Friedkin, The Exorcist (1973). Film ini menampilkan upaya dua orang pendeta untuk mengusir iblis dari tubuh seorang gadis. Saking ikoniknya, adegan menyeramkan tersebut terus menginspirasi seluruh sineas dalam menghasilkan film horor berkualitas hingga saat ini.

Dari sekian banyak sineas, David Gordon Green (trilogi Halloween) mencuat sebagai sosok yang berniat melanjutkan warisan tersebut lewat film teranyar garapannya, The Exorcist: Believer (2023). Tak tanggung-tanggung, Green bahkan kembali menggandeng Ellen Burstyn, pemeran utama di film pertamanya, untuk membintangi sekuelnya ini.

Sayangnya, para kritikus berkata lain. Film yang tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (4/10/2023) ini hanya mampu meraih skor 23 persen di situs pengumpul ulasan film terpopuler, Rotten Tomatoes. Benarkah The Exorcist: Believer seburuk itu?

Agar lebih meyakinkanmu sebelum melangkahkan kaki ke bioskop, kamu wajib menyimak dulu review film The Exorcist: Believer di bawah ini. Meski memiliki beberapa kekurangan, film ini masih mempunyai sejumlah poin positif yang membuatnya layak untuk ditonton.

1. Tak cuma satu, The Exorcist: Believer hadirkan dua karakter anak yang kerasukan iblis

Ellen Burstyn dan Leslie Odom Jr. dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)
Ellen Burstyn dan Leslie Odom Jr. dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)

Penggemar horor di seluruh dunia tentu tak bisa melupakan sosok Regan MacNeil (Linda Blair) dengan segala ekspresi dan tingkah ekstremnya saat kesurupan dalam The Exorcist (1973). Terinspirasi dari situ, David Gordon Green mencoba melipatgandakan kengerian tersebut dengan menghadirkan dua karakter bocah kerasukan dalam The Exorcist: Believer.

Malapetaka dalam film ini bermula ketika Angela Fielding (Lidya Jewett) mengajak sahabatnya, Katherine (Olivia O’Neill), untuk melakukan ritual pemanggilan roh di hutan sepulang sekolah. Namun, keduanya tak kunjung kembali ke rumah masing-masings, ehingga membuat orangtua mereka khawatir dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.

Setelah sempat dinyatakan hilang, Angela dan Katherine ditemukan 3 hari kemudian dalam keadaan syok di sebuah peternakan yang jauh dari kota. Kepulangan mereka disambut gembira. Namun, kebahagiaan tersebut tak bertahan lama ketika keduanya mulai menunjukkan berbagai perilaku agresif, seperti mengumpat dan menghina tempat ibadah.

Atas saran Ann (Ann Dowd), tetangga sekaligus perawat di rumah sakit tempat Angela dirawat, ayah Angela, Victor Fielding (Leslie Odom Jr.), pergi menemui Chris MacNeil (Ellen Burstyn), ibu Regan yang kini meninggalkan status aktrisnya untuk belajar ilmu eksorsisme. Mampukah Chris membantu Victor menyelamatkan Angela?

2. Bertabur referensi adegan ikonik dari The Exorcist (1973)

Olivia O'Neill dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)
Olivia O'Neill dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)

Penghormatan David Gordon Green kepada The Exorcist (1973), selaku materi orisinalnya, tak hanya sebatas pada kehadiran “karakter anak kerasukan”. Jika kamu jeli, kamu akan menemukan segudang easter egg yang menarik dalam The Exorcist: Believer, terutama dalam hal penyusunan adegan.

Tak bisa dimungkiri, salah satu hal yang membuat film pertamanya menjadi unik adalah kepiawaian William Friedkin menyisipkan pesan subliminal berupa penampakan wajah iblis di setiap momen. Green juga melakukan treatment serupa di The Exorcist: Believer. Namun, alih-alih menghadirkan penampakan serupa, sang sineas memilih menciptakan wajah iblis versinya sendiri yang tak kalah mengganggu.

Bahkan, sejumlah adegan kontroversial dalam The Exorcist (1973), seperti adegan Regan melakukan masturbasi dengan salib, berhasil dikreasi ulang oleh Green dengan mengganti unsur vulgarnya dengan sesuatu yang lebih mengejutkan. Yap, gabungkan semua itu dengan timing jumpscare yang tepat dan lagu tema klasik The Exorcist (1973), "Tubular Bells", yang menghantui. Kebayang, kan, gimana seramnya?

3. Akting dua aktris ciliknya total banget!

Lidya Jewett dan Olivia O'Neill dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)
Lidya Jewett dan Olivia O'Neill dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)

Lewat kehadiran dua karakter anak yang dirasuki iblis, naskah garapan Peter Sattler (Camp X-Ray, Broken Diamonds) dan David Gordon Green otomatis turut mengupas dilema batin yang dialami oleh para karakter orang tua. Memerankan ibu dan ayah Katherine, Jennifer Nettles (vokalis duo Sugarland) dan Norbert Leo Butz (Bloodline, Mercy Street), mampu menampilkan sosok orang tua religius yang imannya perlahan terkikis oleh tipu daya iblis.

Sedangkan aktor peraih nominasi Best Supporting Actor Oscar lewat One Night in Miami... (2021), Leslie Odom Jr., berdiri di sisi yang berlawanan. Karakter yang ia perankan, Victor Fielding, telah kehilangan kepercayaannya pada Tuhan bahkan sebelum Angela kerasukan. Namun, perlahan tapi pasti, Victor mendapatkan kembali keyakinannya lewat musibah yang menimpa keluarga kecilnya. Menurut penulis, Odom berhasil melakukan semua transisi tersebut dengan cukup meyakinkan.

Namun, bintang sesungguhnya dari The Exorcist: Believer adalah dua aktris cilik pemeran Angela dan Katherine, Lidya Jewett dan Olivia O'Neill. Sementara O'Neill tampil bak "reinkarnasi" Linda Blair, Jewett mencuri perhatian lewat chemistry-nya dengan Leslie Odom Jr., sebelum digantikan oleh senyum dan tatapan menakutkannya sebagai Angela yang kerasukan iblis.

4. Tampilkan klimaks yang lebih kompleks dari pendahulunya, efektif atau malah sebaliknya?

adegan dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)
adegan dalam film The Exorcist: Believer (dok. Universal Pictures/The Exorcist: Believer)

Sayangnya, di balik akting gemilang para pemainnya dan kesetiaannya terhadap materi asli, The Exorcist: Believer tak lepas dari sejumlah kekurangan. Salah satunya yakni minimnya pengenalan pada sejumlah karakter pendukung, seperti Ann, Beehibe (Okwui Okpokwasili), Don (Raphael Sbarge), Stuart (Danny McCarthy), dan Maddox (E.J. Bonilla).

Diceritakan berasal dari berbagai agama dan budaya yang berbeda, kelimanya berperan cukup penting dalam klimaks The Exorcist: Believer. Namun, karena tak punya narasi yang memadai, kehadiran mereka terasa dipaksakan. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan The Exorcist (1973) yang sangat pandai memperkenalkan karakternya satu per satu sebelum mengejutkan penonton dengan klimaks berupa rangkaian eksorsisme yang intens.

Selain ending yang kurang maksimal, pertanyaan lain yang mungkin muncul setelah ini adalah mengenai urgensi karakter Chris MacNeil. Pasalnya, sebelum The Exorcist: Believer dirilis, Chris digambarkan sebagai sosok pahlawan yang akan membantu Victor dkk.. Namun, melihat nasibnya di film ini, penulis pun jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang dipersiapkan David Gordon Green untuk sekuelnya yang bertajuk The Exorcist: Deceiver (2025) kelak?

Sebagai sekuel, The Exorcist: Believer memang belum mampu mengungguli kualitas pendahulunya, terutama dari segi eksekusi. Namun, sebagai sebuah film yang berdiri sendiri, film ini memiliki kelebihan yang jarang ditemukan dalam film bertema eksorsisme lainnya, yakni harmonisasi berbagai agama dan budaya.

Gimana, setelah membaca ulasan penulis di atas, kamu semakin tertarik menonton The Exorcist: Believer atau memilih untuk melewatkannya, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us