The Little Prince, Sebuah Dongeng dengan Untaian Makna

Udah nonton The Little Prince? Ya, mungkin The Little Prince terdengar terlalu kekanak-kanakan ya untuk kita yang sudah melewati usia dini. Namun, sebenarnya film ini menyimpan pesan yang ditujukan untuk orang dewasa juga, lho. Secara keseluruhan, The Little Prince mengajak kita untuk tidak melupakan bagaimana dunia itu dari mata anak-anak. Maksudnya bukan untuk kita kembali jadi anak kecil lagi, melainkan agar kita tidak kehilangan elemen-elemen positif dari seorang anak kecil.
Jadi, inilah makna dan pelajaran hidup yang dapat kita serap dari The Little Prince:
1. Jangan menjadi orang yang terlalu saklek.

Ingat adegan awal dimana gadis kecil mengikuti seleksi masuk ke sekolah? Ibunya telah mempersiapkan segala macam jawaban atas pertanyaan yang mungkin diajukan oleh sekolah. Namun saat ia naik ke panggung, ternyata pertanyaannya tidak sesuai dengan prediksi dan akhirnya gadis tersebut salah menjawab. Hal sederhana ini mengingatkan kita untuk tidak menjadi saklek, tapi fleksibel dan menyesuaikan sikap kita dengan kondisi yang ada.
2. Terorganisir itu bagus, tapi jangan sampai kemanusiaan kita mati.

Tabel rutinitas yang diciptakan sang ibu untuk si gadis terlihat mematikan. Ibunya memiliki jadwal setiap setengah jam untuk gadisnya lakukan, mulai dari makan, gosok gigi, belajar, olahraga, dsb. Harapannya sih agar anaknya tumbuh sesuai dengan keinginan ibunya. Tapi bahkan, ibunya melupakan bahwa si gadis harus bersosialisasi dengan orang lain. Robot? Mirip sekali, ya. Didukung poin pertama, hal ini dapat mematikan kemanusiaan si anak. Terputus dengan realita yang ada di lingkungan hanya karena telah membuat rencana sebelumnya.
3. Jadilah diri sendiri, bukan diri yang diinginkan orang lain.

Alhasil, si anak akhirnya menyadari bahwa ibunya ingin anaknya menjadi “anak sesuai harapan ibu”, tetapi melupakan anak tersebut ingin menjadi apa untuk dirinya sendiri. Dalam adegan lain pun disiratkan bahwa manusia dewasa tertuntut menjadi apa yang diinginkan orang lain, seperti The Little Prince ketika beranjak dewasa yang hanya mengkhawatirkan apa yang dipikirkan bosnya tentang dirinya.
4. Jangan jadi angkuh dan merasa superior, karena sebenarnya dunia lebih luas dari apa yang kita ketahui.

Ingat ketika si raja berkata ia dapat memerintahkan apa saja di dunia ini? Ternyata, ketika si raja diminta untuk memerintahkan bintang-bintang, ia tidak dapat melakukannya. Mengapa? Karena bintang tersebut tidak berada dalam jangkauan planetnya yang sangat kecil. Mungkin kamu merasa berkuasa dalam salah satu bidang (duniamu), tetapi jangan lupa bahwa sejujurnya dunia lebih luas dari itu. Mungkin kamu pemimpin di suatu tempat, tapi bisa jadi kamu ekor di tempat lain.
5. Ketika dewasa, tuntutan dunia akan semakin keras mengarahkan kita melupakan masa kecil kita.

Di dunia orang dewasa, semua orang memakai baju hitam, bekerja, dan sangat teratur. Film ini mungkin ingin menyiratkan bahwa orang dewasa bergerak menuju arah yang sama, yaitu uang, ketenaran, dan kekuasaan (yang digambarkan juga oleh tiga karakter dari planet-planet lain), sehingga melupakan apa yang lebih penting dari itu.
6. Hal-hal yang penting tidak dapat dilihat dengan mata.

Ya, hal yang lebih penting itu pastinya tidak dapat terlihat oleh mata. Sesuai kata si rubah, kita hanya dapat melihat hal-hal tersebut dengan hati. Hal-hal tersebut adalah rasa cinta, waktu, hubungan dengan orang lain, dan penghidupan atas mimpi yang dimiliki. Mungkin ketika kita dewasa, kita akan dituntut berkarir (lagi-lagi digoda oleh kekayaan, ketenaran, maupun kekuasaan) dan harus menjauh dari mimpi kita saat kecil, namun ketika kita terjebak di dalamnya, bisa-bisa kita melupakan hal-hal terpenting dalam hidup kita.
7. Cinta itu tumbuh karena kita berkorban untuknya.

Dari sekian banyak mawar yang ternyata ada, mengapa The Little Prince mencintai satu mawar yang ada di planetnya? Karena ia menanamkan upaya untuk menghidupi mawar tersebut, menyiraminya, dan membuatnya tumbuh besar. Hal itulah yang membuat mawar tersebut spesial, berbeda dengan mawar-mawar lain yang secara fisik mungkin sama.
8. Jangan menghakimi orang lain berdasarkan penampilan luarnya.

Ketika The Little Prince bertemu ular maupun rubah, ia tidak berpikir apa-apa. Takut pun tidak, karena seorang anak kecil tidak menghakimi orang lain berdasarkan penampilan luarnya (kecuali diajarkan di televisi maupun oleh lingkungan). Ia bahkan mengajak si rubah, seekor binatang yang sarat dengan kata “licik”, untuk berteman dengannya.
9. Jangan semata-mata melihat orang lain “aneh”, tapi “unik”.

Bapak tua yang tinggal di rumah sebelah gadis kecil dianggap aneh oleh masyarakat, khususnya orang dewasa di sekitarnya. Tapi ternyata, ia dapat menghibur dan bahkan membuat gadis kecil merasa lebih hidup dan menjadi dirinya sendiri daripada saat ibunya mengaturnya. Bapak tua tersebut memiliki dongeng dan ia sendiri pun bahagia untuk menghidupi dongeng tersebut. Dari sini kita dapat belajar bahwa sesungguhnya orang-orang yang kita anggap “aneh” mungkin sebenarnya hanya unik, dan ketika bagi kita sikapnya mungkin tidak masuk di akal, ternyata dapat jadi berarti bagi orang tertentu.
10. Untuk mengetahui seseorang, kita harus “menjinakkan” dia.

Manusia adalah roh yang terperangkap dalam sebuah tubuh. Kita tidak dapat mengetahui seseorang hanya dengan penampilan luarnya, melainkan kita harus mengenal dia lebih dekat. Seperti rubah yang mengatakan bahwa jika The Little Prince ingin berteman dengannya, ia harus menjinakkan dia terlebih dahulu. Dengan menjinakkan dia, The Little Prince mengenal kepribadian si rubah dengan baik, bahkan mereka akhirnya saling menyayangi.
11. Terkadang kita perlu merelakan orang yang kita sayangi pergi, demi kebahagiaannya.

Nah, jangan mulai baper ya. hehe. Saat The Little Prince dan si rubah telah dekat, si rubah tetap mengingatkan The Little Prince akan rasa cintanya terhadap si mawar, bahkan mendukungnya untuk pergi meninggalkannya demi si mawar. Hal itu dilakukan si rubah karena ia tahu bahwa mawar tersebut sangat penting bagi The Little Prince, dan ia akan bahagia dengan si mawar.
Bagaimana menurut kamu? Apakah menjadi anak-anak lebih indah daripada menjadi orang dewasa?