The Nun 2, Sekuel Horor dengan Cita Rasa Film Blockbuster

Sejak pertama kali muncul di The Conjuring 2 (2016), penggemar film, khususnya horor, pasti hafal dengan sosok iblis berpenampilan suster bermata kuning menyala dan gigi tajam seperti belati ini. Yap, saking ikoniknya, Valak sampai mendapatkan treatment khusus dari sang empunya The Conjuring Universe, James Wan, berupa spin-off berjudul The Nun (2018).
Meski sukses dari segi komersial, sayangnya film arahan Corin Hardy tersebut gagal memenuhi ekspektasi para kritikus (di Rotten Tomatoes, The Nun hanya mampu mengumpulkan skor 24 persen). Lima tahun berselang, tepatnya pada Rabu (6/9/2023), sebuah sekuel bertajuk The Nun 2 (2023) pun diluncurkan dengan harapan dapat menebus segala kekurangan di film pertamanya.
Mengoper peran sutradara ke Michael Chaves (The Curse of La Llorona, The Conjuring: The Devil Made Me Do It), apakah film ini mampu mengobati kerinduan fans akan keseraman sosok Valak? Sebelum menontonnya di bioskop, simak lebih dulu review film The Nun 2 berikut ini, yuk. Ternyata, lebih bagus dari pendahulunya!
1. Berlatar empat tahun setelah film pertama, The Nun 2 hadirkan kembali teror Valak di Eropa

Bagi kamu yang telah menonton The Nun (2018), tentu sadar kalau Valak (Bonnie Aarons) belum sepenuhnya hilang ketika iblis tersebut diam-diam merasuki Frenchie alias Maurice (Jonas Bloquet) di akhir film. Rupanya, selama empat tahun setelah kejadian mengerikan di biara Saint Cartha, Valak menebar teror ke seantero Eropa dengan menggunakan Maurice sebagai inangnya.
Sementara itu, Suster Irene (Taissa Farmiga) memilih tinggal di biara yang jauh sambil menyembunyikan identitasnya sebagai suster pahlawan di Saint Cartha. Di sana, Irene menjalin persahabatan dengan Debra (Storm Reid), seorang suster problematik yang masih ragu dengan jalan yang diambilnya.
Namun, kehidupan Irene yang tenang harus terusik ketika petinggi Vatikan datang dan memerintahkannya untuk menyelidiki kejadian aneh yang terjadi di Tarascon, Prancis. Bersama Debra, Irene pun berpacu dengan waktu untuk menghentikan Valak sebelum semakin banyak korban berjatuhan.
2. Deretan jumpscare-nya dikemas secara kreatif, lebih intens dari The Nun (2018)!

Tak bisa dimungkiri, salah satu kelemahan The Nun (2018) dibandingkan film The Conjuring Universe lainnya, khususnya seri film The Conjuring dan Annabelle, adalah penyajian terornya yang generik. Namun, jangan khawatir, hal semacam itu tak akan kamu temukan dalam sekuelnya ini.
Selaku sutradara, Michael Chaves berhasil membuktikan bahwa pengalamannya mengarahkan The Curse of La Llorona (2019) dan The Conjuring: The Devil Made Me Do It (2021) membuatnya semakin peka dalam mengemas adegan horor.
Jika The Nun (2018) cenderung asal-asalan dalam memunculkan sang iblis, maka The Nun 2 menampilkan sosok Valak dan hantu-hantu lainnya—yap, ada lebih dari satu hantu yang akan kamu temukan di sini—dengan super dramatis (baca: memanfaatkan properti di sekitar, seperti majalah dan patung, dan tak pandang bulu dalam membantai para korbannya).
Deretan jumpscare kreatif tersebut semakin terasa solid berkat dukungan camerawork yang apik dari Tristan Nyby. Nyby, yang sebelumnya terlibat dalam salah satu film horor terbaik tahun 2020, The Dark and the Wicked (2020), mampu membingkai sejumlah disturbing imageries dari sudut yang tak biasa. Bikin gak nyaman!
3. Sayangnya, naskah The Nun 2 cenderung membosankan!

Meski mengalami peningkatan pesat dalam hal penyajian teror, sayangnya The Nun 2 memiliki permasalahan yang sama dengan pendahulunya, yakni naskah yang lemah. Padahal, sejak awal penonton sudah dibuat terikat dengan latar belakang Irene dan Debra. Namun, karena minimnya eksplorasi naskah, penokohan keduanya jadi terasa dangkal.
Selain karakterisasi, naskah lemah garapan Ian Goldberg, Richard Naing, dan Akeela Cooper tersebut juga berdampak pada hampir keseluruhan isi cerita, termasuk momen investigasi Irene dan Debra terkait sejarah sosok suci bernama Santa Lucia. Andaikan tak diungkapkan dengan terburu-buru, tentu poin ini berpotensi memperluas mitologi dalam The Conjuring Universe. Sayang banget!
4. Klimaks yang epik mampu menambal segala kelemahan The Nun 2

Seolah menyadari kalau The Nun 2 memiliki alur cerita yang setipis kertas, Michael Chaves pun menebusnya dengan babak ketiga yang layak disebut spektakuler. Dengan bujet yang lebih besar dibandingkan pendahulunya, yakni sekitar 35—40 juta dolar AS, seperti dilansir Screenrant, film ini menampilkan cita rasa khas film blockbuster yang begitu kental.
Coba tengok pertarungan antara Irene dan Valak di klimaks. Bermodalkan visual gedung yang hancur lebur, tubuh yang terbakar, akting kuat dari Taissa Farmiga dan Bonnie Aarons, serta CGI solid yang mampu memaksimalkan kekuatan Valak, momen tersebut tersaji layaknya sebuah film action kelas satu. Penasaran seepik apa? Kamu wajib menontonnya sendiri di bioskop.
Meski tersandung penulisan naskah yang dangkal, The Nun 2 membuktikan kalau sekuel film horor tak selalu lebih buruk. Bahkan, film ini tampil lebih superior dibanding pendahulunya berkat jumpscare kreatif dan klimaks yang epik. Jadi, buat kamu yang masih ragu, segera pesan tiketnya dan nikmati keseruan dalam The Nun 2, yuk!