Wajib Ditonton, 9 Film James Bond Terbaik dari Masa ke Masa

Penggemar James Bond mendapatkan lebih dari yang mereka harapkan pada tahun 1967, ketika dua film James Bond yang berbeda dirilis. Sementara salah satunya menjadi sebuah kegagalan (Casino Royale), yang lain sukses menjadi film klasik Bond (You Only Live Twice). 

Meskipun memiliki salah satu plot yang paling mustahil dari semua film Bond —  melibatkan pesawat ruang angkasa yang dibajak — daya tariknya yang besar tetap tidak dapat disangkal oleh para penggemar film James Bond.

Albert R. Broccoli dan Harry Saltzman layak mendapatkan pujian, tidak hanya karena memfilmkan cerita You Only Live Twice di Jepang, tetapi juga karena casting aktor dan aktris Jepang untuk banyak peran utama dan sekunder di dalamnya.

Soundtrack dari Nancy Sinatra juga tetap menjadi klasik, dan film ini dibuat dengan indah oleh sinematografer Freddie Young. Karena alasan ini, rasanya mudah untuk memaafkan skrip "halu" dan tempat persembunyian yang tidak masuk akal — di dalam gunung berapi — di dalamnya.

Meskipun Roger Moore seharusnya mengambil alih peran Bond dari Sean Connery di You Only Live Twice, masalah politik di Kamboja dan komitmen Moore sebelumnya pada serial The Saint mencegahnya memerankan peran James Bond sampai tahun 1973.

Sementara penggemar dari Moore dan Connery terus berdebat selama berjam-jam tentang versi James Bond yang lebih baik, tidak ada keraguan kalau Moore berhasil mengambil pendekatan yang jauh lebih ringan untuk karakter ini.

Meskipun sedikit lemah di bagian antagonisnya, Live and Let Die masih dianggap sebagai entri yang cukup layak ditonton dalam waralaba James Bond. Sosok Solitaire yang diperankan oleh Jane Seymour juga dianggap sebagai salah satu gadis Bond terbaik sepanjang masa.

Setelah menyiapkan dasar untuk memunculkan identitas organisasi bayangan SPECTRE di tiga film sebelumnya, audiens akhirnya disuguhkan dengan pertemuan antara Bond dengan grup dan pemimpinnya, Blofeld, di Spectre.

Terkadang, plot Spectre memang tampak sedikit dibuat-buat, seolah-olah memaksakan cerita asal yang tidak perlu ke dalam formula James Bond. Rupanya hal ini tidak cukup berhasil, jika tujuan mereka adalah mengikuti kesuksesan pendahulunya, Skyfall.

Terlepas dari hal itu, urutan aksi di dalamnya masih terhitung apik. Jangan lupakan juga performa menakjubkan Monica Bellucci sebagai Bond Girl, di mana saat itu ia sudah berusia 50 tahun. 

Meskipun bukan film Bond yang hebat, Roger Moore mulai menunjukkan kecocokannya sebagai sosok James Bond di film ketiganya, The Spy Who Love Me. Dalam film ini Moore lebih nyaman daripada dalam film Bond sebelumnya, dan chemistry di layarnya dengan Anya (diperankan oleh Barbara Bach) tidak dapat disangkal sangatlah apik.

Film ini dibuka dengan urutan aksi yang hebat, dan tampaknya para produser mempelajari satu atau dua trik sejak terakhir kali mereka melakukan bidikan bawah air untuk film Thunderball. Meskipun mengambil namanya dari novel Bond kesepuluh Ian Fleming, tidak ada plot novel yang digunakan di dalam film ini.

Sementara penjahat utama dan rencananya untuk mendominasi dunia agak kurang bersemangat, The Spy Who Loved Me berhasil memperkenalkan audiens ke salah satu antek Bond terbaik sepanjang masa: Jaws (Richard Kiel).

Film ini mungkin menjadi salah satu entri terbaik di waralaba James Bond dan mungkin menjadi penampilan terbaik Moore sebagai Bond.

Pada tahun 1995, banyak penggemar Bond bertanya-tanya apakah sebuah waralaba dapat mengubah dirinya untuk audiens modern. Film Bond yang rilis di tahun ini — GoldenEye — menjawab pertanyaan itu dengan tegas, "ya! tentu saja bisa."

Dalam film ini Pierce Brosnan mengambil alih peran Bond dan berhasil memenuhi semua ciri khasnya: berwajah tampan dengan kecenderungan kekerasan dan kecerdasan sinis seperti martini-nya. Dalam GoldenEye, kisah yang sepenuhnya orisinal juga berhasil membuatnya menarik dari awal hingga akhir film.

GoldenEye melibatkan mantan agen MI6 sebagai penjahat utama, Trevelyan (Sean Bean), dan memilih aktris wanita untuk memerankan sosok M (Judi Dench), sebuah keputusan paling berani yang mereka ambil demi kesuksesan film. Sama seperti film Bond terbaik lainnya, adegan aksi di dalamnya juga sangat menghibur.

Di tahun 2012, James Bond kembali ke dalam salah satu formasi terbaik mereka dalam waralaba ini lewat Skyfall. Disutradarai oleh Sam Mendes, film ini berhasil mengambil lompatan fantastis dengan menjelajahi masa lalu atasan Bond, M (Judi Dench), yang kembali menghantuinya dalam bentuk mantan agen MI6 yang menjadi teroris, Raoul Silva (Javier Bardem).

Skyfall juga mendapat catatan yang tepat untuk masuk ke dalam film Bond klasik, dari latar tempat yang eksotis sampai ke plot yang menarik dan penuh kejutan. Walau terlihat seperti film drama, bukan berarti Skyfall tidak memiliki banyak adegan aksi juga. Karena ini adalah film terakhirnya, sepertinya akan sulit untuk melepaskan peran M dari Judi Dench.

Kinerja Mendes juga pantas dipuji karena akhirnya memberikan karakter James Bond sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan daripada tugasnya. Selain kritikus, para audiens juga menyukainya — Skyfall meraup lebih dari US$1 miliar di box office global.

Terlepas dari kesuksesannya, Casino Royale pada awalnya dimaksudkan untuk menjadi reboot total dari waralaba James Bond yang ditetapkan pada awal karier agen rahasia 007. Hebatnya, film ini justru menjadi salah satu film terbaik James Bond, bahkan hampir berada di puncak dalam daftar film Bond terbaik sepanjang masa.

Alih-alih memperlakukan Bond sebagai seorang "tukang pukul" yang suka mematahkan rahang musuhnya — seperti yang telah ia lakukan sejak tahun 1960-an — tim produksi malah membuat pilihan bijak untuk membiarkan kepribadian dan masa lalu Bond tetap misterius.

Dalam posisi sulit dan penuh kontroversi, Daniel Craig akhirnya ditunjuk untuk mengambil peran Bond. Selain dirinya, ada Mads Mikkelsen yang memainkan sosok Le Chiffre yang menyeramkan. Performa Craig, Mikkelsen, serta penulisan apik dari adaptasi novel pertama Fleming ini menjadikan Casino Royale sebagai salah satu film terbaik dalam seri James Bond.

Dalam sebuah prestasi langka untuk setiap waralaba film, film kedua James Bond berhasil lebih baik film pertamanya. Terence Young kembali ke kursi sutradara dalam film ini, di mana visinya di Dr. No membantu membentuk tampilan keseluruhan seri ke depannya. Dalam From Russia with Love, Sean Connery kembali memerankan James Bond.

Adegan perkelahian di atas Orient Express adalah momen yang menonjol di film ini, menginspirasi banyak adegan kereta lainnya di film Bond berikutnya. Secara keseluruhan, film ini lebih berwarna, lebih menyenangkan, dan lebih penuh aksi dari film pertamanya.

Selain memakai beberapa kalimat yang mengesankan, Young juga menggunakan banyak lelucon visual yang lucu. From Russia With Love adalah salah satu contoh terhebat Bond dalam karya terbaiknya.

Meskipun margin antara empat film Bond pertama sangatlah tipis, Goldfinger berhasil keluar sebagai film Bond terbaik di masa itu, atau mungkin sampai hari ini.

Dari urutan pembukaan yang dramatis dan "mengejutkan" hingga gadget luar biasa yang digunakan Bond, ditambah dengan aksi sensual Shirley Eaton yang tak terlupakan (melukis ujung rambut sampai ujung kakinya dengan emas), Goldfinger menjadi film yang memukau penonton dan tetap menjadi bagian utama dari budaya populer kita.

Meja laser dan pertarungan klimaks di pesawat adalah salah satu adegan Bond terbaik sepanjang masa. Selain itu, Goldfinger juga menjadi film Bond pertama yang memasukkan kalimat "Shaken, not stirred," dan yang pertama menampilkan lagu tema, membangun tradisi untuk memainkan lagu tema di awal film Bond hingga hari ini.

Banyak film Bond lainnya yang ingin meniru formula dalam Goldfinger, tetapi sedikit dari mereka yang berhasil mendekati kesuksesan film ini.

Nah, itu tadi 9 film James Bond terbaik dari masa ke masa. Bagaimana, tertarik untuk meonton semuanya?