Wakil Indonesia di Oscars, 7 Fakta Film "Kucumbu Tubuh Indahku"

Cerita berawal dari bocah bernama Juno (Raditya) yang harus bertarung melawan rasa kesepian sejak ditinggal oleh ayahnya. Di usia belia, Juno menjadi saksi rentetan kejadian traumatis mulai dari dihukum secara fisik oleh Bulik (tante) dan guru di sekolah, hingga menyaksikan tetangganya yang seorang Guru Lengger (Sujiwo Tejo) membantai selingkuhan sang istri secara brutal.

Setelah beranjak remaja, Juno akhirnya bekerja sebagai seorang penari lengger, namun trauma masa kecil tetap terbenam di dalam hatinya. Juno dewasa yang merasa kesepian akhirnya terlibat dalam konflik cinta dengan banyak orang, mulai dari seorang petinju (Randy Pangalila) hingga seorang Warok.

Tak hanya mengangkat cerita psikologis tentang bagaimana trauma masa kecil bisa terbawa hingga dewasa, film ini juga lekat dengan unsur budaya Indonesia, mulai dari memperkenalkan Tari Lengger asal Banyumas hingga kisah Warok dan Gemblak asal Ponorogo, Jawa Timur.

Tari Lengger sendiri merupakan tari tradisional yang memang biasanya dipentaskan oleh laki-laki. Tarian ini menggabungkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh dari sang penari. Sedangkan Warok dan Gemblak merupakan tradisi di mana seorang Warok (orang sakti) mengangkat bocah laki-laki sebagai Gemblak yang dipelihara olehnya.

Rilis tanggal 18 April 2019, sayangnya film "Kucumbu Tubuh Indahku" tidak mampu bertahan lama di bioskop. Begitu masa tayang dimulai, film ini meraih protes dan diboikot di Palembang, Padang, Depok, Semarang, dan beberapa kota lainnya.

Bahkan muncul sebuat petisi di change.org yang menuntut agar film besutan sutradara Garin Nugroho ini berhenti tayang.

Hampir semua pemerintah kota dari daerah yang melarang penayangan "Kucumbu Tubuh Indahku" memberikan alasan yang sama, yaitu film ini dianggap terlalu vulgar karena menampilkan unsur LGBT. Film ini juga dianggap bertentangan dengan nilai agama dan budaya ketimuran.

Sebelum tayang di Indonesia, mahakarya Garin Nugroho ini sempat wara wiri terlebih dahulu di beberapa festival film luar negeri. Film ini berhasil meraih Cultureal Diversity Awards di Asia Pasific Screen Award 2018, Bisato D'Oro Award di Venice Independent Film Critic 2018, hingga Best Film di ajang Festival Film di Perancis.

Bahkan media asing seperti The Hollywood Reporter juga turut menulis review untuk "Kucumbu Tubuh Indahku". Media tersebut memuji keunikan ide cerita serta kekuatan unsur budaya di dalam film.

Christine Hakim selaku ketua dari Komite Film Indonesia yang dibentuk khusus untuk persiapan menuju Academy Awards 2020 menggambarkan "Kucumbu Tubuh Indahku" sebagai paket film lengkap yang menampilkan bahasa oral, bahasa batin, dan rasa. Film ini juga mengangkat budaya tanah air sehingga bisa memperkenalkan kepada dunia tentang kekayaan budaya di Indonesia.

Tahap selanjutnya setelah dipilih sebagai wakil Indonesia adalah "Kucumbu Tubuh Indahku" harus bersaing dengan berbagai film luar negeri lainnya untuk bisa masuk dalam nominasi International Feature Film di ajang Academy Awards 2020 yang digelar di Los Angeles, 9 February 2020 mendatang.

Di kawasan Asia saja, pesaing terberat bagi film ini untuk tembus nominasi Oscars 2020 adalah film "Parasite" dari Korea Selatan dan "Weathering with You" dari Jepang. Kedua film ini menjadi fenomenal dan banjir pujian dari para kritikus film di Hollywood.

Kamu sendiri sudah nonton film "Kucumbu Tubuh Indahku", belum?