Sudah membaca novel Hujan Bulan Juni? Kalau belum, semoga sedikit ringkasan cerita ini dapat membantu memahami jalan ceritanya nanti. Dikisahkan seorang antropolog bernama Sarwono adalah sahabat karib dari Toar, kakak kandung Pingkan. Sarwono yang keturunan Jawa tulen dan beragama Islam taat ini, juga mahir menulis puisi dan sering dimuat di surat kabar. Ia mengenal Pingkan tentu saja dari Toar, dan makin lama makin mengangumi sosok dosen muda Bahasa Jepang ini.
Pingkan sebenarnya sudah mengetahui bahwa Sarwono menaruh hati padanya. Tapi ada perbedaan di antara mereka berdua yang agaknya menyulitkan untuk dapat bersatu. Pingkan adalah keturunan Manado-Jawa dan beragama Kristen, sementara Sarwono adalah pemuda Jawa tulen beragama Islam. Perbedaan keyakinan dan latar belakang adat ini cukup banyak menimbulkan konflik batin.
Perjalanan cinta Sarwono-Pingkan makin terjal dengan hadirnya Katsuo, yang disebut Sontoloyo oleh Sarwono. Katsuo adalah dosen Bahasa Jepang berkewarganegaraan Jepang yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia, tempat Pingkan mengajar. Sarwono was-was dengan keberadaan Katsuo, karena ialah yang akan mendampingi Pingkan selama mengambil studi di Jepang setelah mendapatkan beasiswa.
Novel Hujan Bulan Juni tak hanya mengisahkan romantisme Sarwono dan Pingkan, tapi juga beberapa pengetahuan tentang kebudayaan adat Minahasa, cerita rakyat pahlawan bernama Matindas, dan sedikit seluk-beluk antropologi.