Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, banyak cowok menganggap berpacaran dengan cewek yang berprofesi sebagai jurnalis merupakan sebuah pencapaian tersendiri. Belakangan, tak hanya Amerika Serikat, di Indonesia pun begitu.
Meski demikian, rupanya pencapaian itu hanya sebatas impian. Nyatanya, banyak cowok yang malah gigit jari lantaran enggan, bahkan takut, mendekati para wartawati. Mengapa?
Barangkali, hampir semua cewek yang berprofesi wartawan jiwa independensinya sudah terasah. Bagaimana tidak, mereka terbiasa ke man-mana sendiri serta tak mengandalkan orang lain untuk membantunya. Cewek-cewek yang berprofesi sebagai jurnalis ini juga tak terbiasa bergantung kepada siapa pun, bahkan kepada laki-laki, untuk memudahkan hidupnya.
Namanya juga wartawan, bacaannya banyak, pengetahuannya pun luas. Meski sedikit-sedikit, tapi mereka tahu isu apa yang sedang berkembang. Nah, ini yang biasanya bikin cowok minder duluan.
Para cowok berprasangka kalau cewek yang berprofesi sebagai jurnalis punya kriteria pacar yang muluk-muluk. Gak salah dong kalau para cowok cenderung sungkan mendekatinya. Mereka takut tak memenuhi kriteria.
Tentu saja cewek-cewek ini ketemunya sama pejabat-pejabat atau tokoh-tokoh ternama, baik di Tanah Air maupun di luar negeri. Alhasil, hal itu membuat para cowok merasa rendah diri. Apalagi kalau si cowok belum mapan, bahkan masih mengenyam bangku pendidikan.
Kontrak kerja wartawan adalah siap bekerja 24 jam atau siap dipanggil sewaktu-waktu ada berita mendesak yang harus segera diliput. Nah, kebanyakan cowok ngeri duluan membayangkan hal ini terjadi, apalagi kalau mereka sudah menikah.
Wartawan juga pasti dihadapkan dengan medan yang berat, seperti daerah berkonflik. Tak khayal, banyak cowok tak tega melihatnya. Daripada sedih melepas kepergian ceweknya ke tanah perang, mending tak memacarinya sama sekali.
Inilah yang disusahkan dari wartawan. Kalau orang libur, mereka kerja. Kalau orang kerja, mereka libur. Begitu aja seterusnya. Nah, kebayang kan betapa sulitnya menyesuaikan waktu dengan para wartawan, apalagi untuk sekadar pacaran.
Kalau ditimbang, jumlah orang yang berprofesi sebagai wartawan lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Nah, inilah yang membuat para cowok khawatir. Daripada cemburu, mending mereka tak memacarinya.
Wartawan pasti sering bertanya. Apalagi sama pacar. Sekalinya bikin salah, si pacar akan diinterogasi habis-habisan. Banyak yang tak siap dengan kondisi semacam ini.
Wartawan itu kritis. Karenanya, para cowok enggan berdebat dengan wartawan. Daripada malu kalah debat, mending tak memacari mereka.
Meski demikian, cewek yang berprofesi sebagai wartawan punya karakter yang hangat, penyayang, dan tak menakutkan untuk dipacari. Siap berpacaran dengan wartawati?