Sekarang ini, Indonesia semakin banyak mengeluarkan film bergenre horror dengan berbagai tema cerita. Dengan premis yang bermacam-macam, sudah tidak ada lagi film horror bugil seperti tahun 90an dulu. Kamu sebagai pecinta film seram ini sedikit banyak juga sudah bisa menikmatinya.
Selain perkembangan cerita dan pastinya hantu yang bervariasi, ada hal klise lain yang pasti akan kamu temui di film horror Indonesia masa kini. Apapun judul filmnya, semua hal ini pasti gak ketinggalan, deh!
Kesamaan pertama dari setiap film horror Indonesia siapapun sutradara atau judulnya, adalah pemanggilan tokoh anak kecil yang template dan diulang-ulang. Kamu yang sudah keseringan nonton pasti hafal dengan cara hantu memanggil anak kecil di setiap film. Contohnya saja di film Sabrina, Tumbal maupun Kuntilanak yang tayang tahun 2018 lalu. Awalnya mungkin tampak menyeramkan, tapi karena sudah keseringan terluang di berbagai film, hal ini jadi klise dan membosankan.
Perkembangan video blog yang semakin pesat tidak jarang menjadi ide cerita dari berbagai film horror Indonesia. Nah, kebanyakan untuk menambah kesan horornya, sinematografi dari film dibuat goyang dan bergerak seperti vlog sungguhan. Bisa jadi ini memang cukup berpengaruh dalam memacu adrenalin penonton, tapi jika diulangi berkali-kali, jadinya malah pusing dan persis seperti sedang nonton vlog amatiran. Hal ini terjadi di beberapa film horror Indonesia seperti 7 Angels, Arwah Tumbal Nyai, Mata Batin, Tabu, 13 The Haunted dan Jailangkung 2.
Kalau kamu termasuk penonton yang suka memperhatikan jalan cerita film dengan seksama, kamu pasti akan mendapatkan pola pasti kemana arah cerita akan bermuara. Sekarang ini, film horror Indonesia tidak akan jauh-jauh dari tema santet, tumbal dan hubungan dengan makluk gaib. Di hampir semua film horror, pasti tema-tema itu saja yang akan dibahas. Ada banyak contoh, yaitu Sajen, Kafir, Tumbal, Arwah Tumbal Nyai, Perjanjian dengan Iblis, Sebelum Iblis Menjemput dan Santet.
Buat kamu yang gak terlalu suka nonton film horror, mungkin salah satu alasannya adalah karena latar belakang suaranya yang terlalu berisik. Skoring yang kelewat ‘lebay’ bisa membuat film horror yang harusnya menyeramkan jadi menyebalkan. Suara super keras diyakini bisa membuat jantung berdebar dan keringat dingin keluar, tapi film yang terlalu berisik justru malah jadi klise dan tidak lagi menarik untuk dinikmati keseramannya.
Coba deh kamu perhatikan seperti apa rupa para hantu yang muncul di film horror Indonesia. Apapun alasan kematian hantu tersebut, dia pasti direpresentasikan dengan wajah hancur penuh darah dan rambut berantakan. Ingin kelihatan seram, kebanyakan film masih menganut metode klise seperti ini. Buat yang takut nonton horror sih mungkin bakal ketakutan. Tapi untuk penonton yang membeli tiket untuk menikmati kesan seram, hal ini pasti jadi salah satu yang menjemukan.
Semua hal klise di atas membuat film horror Indonesia jadi jauh lebih mudah ditebak dan membosankan. Sekali ada satu film dengan premis yang mampu hasilkan jutaan penonton, hal itu langsung ditiru belasan film lainnya. Agak menyedihkan sih memang, tapi semoga hal ini bisa jadi pelajaran.
Semoga ke depannya film horror Indonesia bisa lebih variatif dan memiliki nilai horror yang fresh serta membekas di ingatan. Kamu sebagai penonton setia juga jangan lupa tetap dukung perfilman Indonesia dengan langsung menontonnya di bioskop, ya!