5 Cara Hemat dan Gratis di Bulan Puasa ala Anak Kost
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Aku makan tiap hari
Kadang hanya makan mi
Gimana gak kurang gizi
Wesel datang tak pasti
Ibu kost tak mau mengerti
Nagih sewa bulan ini
Hidup sangat sedih ...
Uhh ... nasib anak kost, ya nasib anak kost
Petikan lagu "Nasib Anak Kost" yang dipopulerkan Padhyangan Project di tahun 1993, seperti mengingatkan kita betapa mirisnya kehidupan anak kost. Hidup mandiri memaksa anak kost belajar untuk mengelola uang kiriman bulanan dari orangtua secara bijak dan penuh perhitungan, termasuk selama bulan puasa.
Logikanya, bulan puasa adalah momentum terbaik bagi anak kost untuk berhemat, karena tidak perlu membeli makan siang. Namun ‘penyakit lapar mata’ tanpa sadar berhasil mempropaganda kita sebagai anak kost, untuk mengonsumsi menu berbuka secara berlebihan.
Sehingga justru menambah anggaran belanja. Lalu bagaimana cara anak kost berhemat di bulan puasa? Ini dia lima tipsnya!
1. Perlakukan ‘Saat Berbuka’ Seperti ‘Makan Malam’ Biasa
Peribahasa "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian" memang pantas menggambarkan kondisi tubuh kita selama menjalani puasa. Setelah 14 jam perut dan kerongkongan dibiarkan kosong, adalah wajar bagi kita mengganjal perut dengan sesuatu yang mengenyangkan dan melegakan, namun jangan berlebihan.
Pilih menu berbuka puasa dengan rentang harga yang tidak terlalu berbeda dari jatah makan malam di hari biasa. Jika harus mengonsumsi minuman manis seperti jus, carilah minuman dengan harga yang lebih murah.
Misalnya, jika lidah kita menginginkan jus rasa sirsak seharga Rp 5 ribu/ gelas, kita bisa menggantinya dengan minuman instan dalam bentuk sachet, dengan pilihan rasa yang sama. Sama-sama mengenyangkan dan melegakan, kan?
2. Masak Bareng
Masak dapat menghemat biaya hingga tiga kali lipat dibandingkan jika kita harus membeli makanan di warung. Apalagi jika masaknya bareng teman kostan. Sebagai perbandingan, makanan yang kita beli di warung harganya berkisar Rp 10 ribu/ porsi. Itu artinya, untuk menu berbuka puasa dan sahur, paling tidak kita harus mengeluarkan biaya Rp 20 ribu/ hari.
Namun dengan masak bareng teman kost minimal lima orang, kita hanya perlu mengeluarkan sumbangan Rp 5 ribu/ hari. Itu sudah cukup untuk mendapatkan menu lengkap seperti nasi, sayur, lauk, buah dan takjil.
Lebih-lebih jika kita mau terjun langsung ke pasar dan menawar. Meski menu sederhana, nikmatnya akan lebih terasa saat kita bisa masak dan berbuka bersama teman.
Editor’s picks
3. Rajin-Rajin Berburu Takjil Gratis
Sambil menunggu berbuka, kita bisa memanfaatkan waktu untuk berkeliling mencari takjil gratis. Biasanya di pertigaan lampu merah dan lorong-lorong kampus, banyak kelompok dermawan dan instansi pemerintah yang membagikan takjil gratis bagi pengguna jalan.
Tidak ada salahnya untuk menerima pemberian dari mereka. Bukankah itu bisa dikategorikan rejeki?
4. Memanfaatkan Undangan Ngabuburit Gratis
Banyak orang atau badan usaha yang memanfaatkan bulan ramadan sebagai momen untuk berbagi. Tidak jarang Kepala Daerah, rektor, dekan, pemilik kafe hingga radio lokal mengadakan acara ngabuburit gratis tanpa undangan resmi. Artinya terbuka untuk umum.
Tidak ada salahnya sebagai anak kostan kita memenuhi undangan tersebut. Lagi-lagi ini adalah peluang rejeki.
5. Rajin ke Masjid
Masjid adalah rumah Allah di mana bisa menemukan kedamaian, ketentraman batin, termasuk keberkahan rejeki selagi kita ikhlas. Sambil menunggu berbuka, kita bisa beritikaf atau membantu takmir masjid membersihkan karpet salat.
Selain menambah pundi-pundi pahala, faktanya tidak sedikit dermawan yang mencari keberkahan dengan berbagi makanan dan takjil untuk para muadzin, takmir, termasuk para jemaah. Halal-halal saja kita menerima sedekah dari mereka.
Tapi ingat jangan jadikan itu sebagai alasan kita untuk pergi ke masjid. Agar pundi-pundi pahala yang tadinya kita kumpulkan tidak berguguran. Diharapkan, kebiasaan beritikaf dan mengabdi di rumah Allah tetap akan berlanjut di luar bulan puasa.
Karena dalam teorinya, untuk menciptakan suatu ‘kebiasaan baru’ kita hanya perlu rutin melakukannya enam kali berturut-turut, dan selepasnya kita akan benar-benar menganggapnya sebagai rutinitas.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.