Tak Lekang Waktu, 5 Pasar di Jakarta Ini Sudah Ada Sejak Zaman Belanda

Masih eksis hingga kini!

Selama 350 tahun menjajah Indonesia, tentu Belanda meninggalkan jejak peninggalan seperti gedung, jalanan maupun infrastuktur lainnya. Termasuk di Jakarta terdapat bukti jejak peninggalan di antaranya adalah pasar-pasar besar di Jakarta sudah berdiri dari zaman Belanda.

Beberapa di antaranya masih menggunakan bangunan aslinya. Namun, tentu sudah banyak dilakukan renovasi di beberapa area. Nah, berikut 5 pasar besar di Jakarta yang sudah ada sejak zaman Belanda. Kamu sering ke sini gak?

1. Pasar Baru

Tak Lekang Waktu, 5 Pasar di Jakarta Ini Sudah Ada Sejak Zaman Belandamegapolitan.kompas.com

Kalian pasti tahu dengan pasar yang satu ini yaitu, Pasar Baroe. Pasar tertua di Jakarta yang terletak di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Pasar ini di bangun pada 1820 di bangun untuk melengkapi dua pasar besar yang sebelumnya ada, yakni Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang yang sudah terlebih dahulu dibangun pada 1730.

Dahulu pasar ini di gunakan sebagai tempat penduduk pribumi berjualan hasil panennya. Lalu para penduduk Tionghoa juga ikut menjajakan dagangannya di pasar tersebut lantaran pasar ini di bangun di kawasan penduduk Tionghoa. Pasar ini semakin berkembang sejak di kembangkan oleh penduduk Hindia Belanda.

Pasar Baru dikenal sebagai daerah pertokoan elit karena lokasinya yang berdekatan dengan kawasan Rijswijk yang sekarang Jalan Veteran, Jakarta Pusat, sebuah kawasan orang-orang kaya di Batavia. Jika dibandingkan, kawasan ini pada zaman dahulu mungkin ibarat daerah Pondok Indah saat ini.

2. Pasar Jatinegara

Tak Lekang Waktu, 5 Pasar di Jakarta Ini Sudah Ada Sejak Zaman Belandacapangker.com

Pasar Jatinegara yang pada zaman Belanda bernama Meester. Pasar yang terletak di kawasan Jakarta Timur ini dahulu juga disebut Pasar Kamis karena hanya dibuka pada hari Kamis.

Pada zaman Belanda, Jatinegara merupakan pusat dari kabupaten yang dikenal sebagai Meester Cornelis yang meliputi Bekasi, Cikarang, Matraman dan Kebayoran. Nama Meester Cornelis diganti menjadi Jatinegara pada masa pendudukan Jepang sekitar tahun 1942.

Walau begitu, nama Jatinegara yang berarti ‘negara sejati’ itu sudah dipopulerkan oleh Pangeran Ahmad Jayakarta saat dia mendirikan perkampungan Jatinegara Kaum di wilayah Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Pada pertengahan abad ke-17, Belanda memberikan izin pembukaan hutan di sebuah kawasan yang jaraknya kira-kira 15-20 kilometer dari Batavia kepada Cornelis Senen (seorang guru agama Kristen). Cornelis Senen adalah seorang keturunan Portugis yang juga fasih berkhotbah dalam bahasa Melayu maupun Portugis. Hutan yang dia buka sekarang menjadi daerah padat penduduk yang dikenal sebagai Jatinegara.

Baca Juga: 6 Cara Habiskan Liburan Anak di Jakarta, Gak Melulu Belanja di Mall!

3. Pasar Senen

Tak Lekang Waktu, 5 Pasar di Jakarta Ini Sudah Ada Sejak Zaman Belandajakartakita.com

Pasar Senen di bangun pada 30 Agustus 1735 oleh tuan tanah yang juga seorang arsitek bernama Yustinus Vinck. Pasar tersebut di bangun dari lahan milik anggota Dewan Hindia bernama Corrnelis Chasteleindan dan dinamakan Vinck passer, karena berdasarkan nama arsiteknya yaitu Vinck Passer.

Pada awalnya pasar ini hanya dibuka pada hari Senin dan didominasi oleh masyarakat Tionghoa. Karena itulah pasar ini di namakan Pasir Snees yang lalu bernama Pasar Senen, Namun pada tahun 1766 pasar ini di buka selain hari senin.

4. Pasar Tanah Abang

Tak Lekang Waktu, 5 Pasar di Jakarta Ini Sudah Ada Sejak Zaman Belandathejakartapost.com

Pasar Tanah Abang juga termasuk pasar yang di bangun pada zaman Belanda, Pasar ini di bangun pada 1735. Yustinus Vinck, yang juga membangun pasar Senen atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Pasar ini juga di kenal sebagai Pasar Sabtu.

Nama Tanah Abang sendiri berasal dari kata De Nabang oleh pemerintah Belanda. Sebab, di tempat tersebut banyak pohon nabang atau pohon palem yang tertanam di sekitar kawasan tersebut. Kemudian masyarakat Batavia mulai merubah panggilan pasar tersebut menjadi Tenabang lalu menjadi Tanah Abang.

Pada tahun 1648, seorang kapitan China bernama Phoa Beng Gam meminta izin VOC untuk membuka lahan di Tanah Abang untuk dijadikan kebun tebu. Perekonomian di kawasan tersebut sempat terhenti sekitar abad 18-19 disebabkan oleh peristiwa kerusuhan yang mengakibatkan banyak kaum Tionghoa di bunuh oleh kaum Belanda.

Lalu, perekonomian kembali bangkit pada abad ke-20 dikarenakan banyak saudagar Arab dan Tionghoa yang mendiami wilayah tersebut dan Pasar Tanah Abang buka setiap hari Sabtu dan Rabu.

5. Pasar Rumput Manggarai

Tak Lekang Waktu, 5 Pasar di Jakarta Ini Sudah Ada Sejak Zaman Belandakompasiana.com

Salah satu pasar yang terletak di Jakarta Selatan ini, Pada zaman Belanda merupakan tempat perbudakan yang di datangkan dari Manggarai, NTT pada abad ke-17. Jaringan perbudakan ini berkaitan dengan Menteng Buurt, tempat orang Belanda mencari asisten rumah tangga.

Pada saat itu budak menjadi alat salah satu pengukur status sosial, Semakin banyak budak maka semakin tinggi pula status sosial orang tersebut. Umumnya para budak diambil secara paksa di daerah-daerah yang di kuasai VOC. Lalu, perbudakan tersebut di manfaatkan para pemilik kebun untuk mengelola tanah-tanah partikelir.

Saat praktik perbudakan sepi, aktivitas pasar ini tetap ramai. Namun, yang diperdagangkan bukan budak melainkan rumput sehingga pasar ini di namakan Pasar Rumput.

Itulah bangunan pasar yang kita kenal saat ini yang merupakan warisan peninggalan Belanda dan pasti ada jejak sejarah pemerintah Belanda di gedung tersebut. Namun, kini pasar-pasar tersebut telah berkembang pesat dan bahkan sudah menjadi pusat perekonomian di Jakarta.

Baca Juga: Wajib Mampir, 6 Pasar Ini Jadi Surganya Kuliner di Jabodetabek

Amanda R Putri Photo Verified Writer Amanda R Putri

23. Part time content writer and legal

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya