TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Saja Mitos Tentang Geisha di Jepang, Bukan Wanita Penghibur!

Penasaran dengan mitos seputar geisha? Simak artikel ini

ilustrasi geisha (pexels.com/Ivar Siarbolin)

Geisha, penghibur tradisional Jepang, telah menjadi ikon Jepang di seluruh dunia selama lebih dari satu abad. Terampil dalam seni tradisional, para penghibur ini terus tampil di Kyoto, Tokyo, dan pusat-pusat regional di Jepang lainnya. Geisha telah lama menjadi simbol Jepang, dan kata tersebut menjadi umum dalam bahasa Inggris sejak akhir abad ke-19.

Citra elegan para geisha telah menjadikan mereka fokus pada karya-karya budaya populer di Jepang dan mancanegara. Namun, terlepas dari popularitasnya, ada banyak mitos dan kesalahpahaman tentang geisha yang bertahan hingga saat ini. Artikel ini akan menjelajahi tiga mitos paling umum tentang geisha dan mengungkap kebenaran di baliknya.

1. Geisha merupakan pelacur

ilustrasi prostitusi (pexels.com/Kamaji Ogino)

Salah satu mitos paling umum tentang geisha adalah bahwa mereka adalah pelacur. Kesalahpahaman ini mungkin muncul karena geisha sering disamakan dengan courtesan, yang memang pelacur. Namun, geisha dan pelacur adalah dua kelompok wanita berbeda dengan peran berbeda dalam masyarakat Jepang. Geisha dilatih dalam seni tradisional Jepang seperti tarian, musik, dan upacara minum teh, dan peran utama mereka adalah menghibur pria dengan keterampilan mereka.

Mereka tidak diharapkan untuk terlibat dalam aktivitas seksual dengan klien mereka, dan faktanya, banyak geisha yang dilarang keras melakukannya oleh okiya, atau rumah geisha di mana mereka berasal. Meskipun benar bahwa beberapa geisha melakukan hubungan seksual dengan klien mereka, ini bukanlah kebiasaan semua geisha, dan bahkan dianggap sebagai pelanggaran perilaku profesional.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Mengenai Maiko, Calon Geisha di Jepang

2. Geisha penurut dan pasif 

geisha berjalan dengan payung (pexels.com/Satoshi Hirayama)

Mitos umum berikutnya tentang geisha adalah bahwa mereka penurut dan pasif. Mereka hidup hanya untuk menyenangkan pria. Stereotip ini diabadikan oleh penggambaran geisha dalam budaya populer, seperti dalam novel dan film Memoirs of a Geisha, yang menggambarkan geisha sebagai objek pasif hasrat laki-laki.

Pada kenyataannya, geisha adalah profesional yang sangat terampil dan dihormati yang memiliki banyak hak otonomi dan memilih. Mereka dilatih dalam seni percakapan dan diharapkan memiliki pengetahuan tentang berbagai topik, mulai dari politik, sastra hingga peristiwa terkini. Mereka juga negosiator terampil yang dapat meminta bayaran tinggi untuk layanan mereka dan dikenal karena pandai berbisnis.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Mengenai Maiko, Calon Geisha di Jepang

Verified Writer

Yohan

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya