Ilustrasi kesenjangan sosial (unsplash.com/alexsl)
“Teknologi bagaikan pisau bermata dua.” Pepatah ini sudah pasti familier di kedua kuping kita. Pepatah ini memberi tahu kalau teknologi bisa membawa dampak positif dan negatif buat kita. Dampak positifnya, seperti adanya tradisi THR, komunikasi yang mudah dan murah, transportasi yang mudah diakses, dan pakaian yang serba bebas. Sisi lain, ada pula dampak negatifnya. Salah satunya adalah memperparah kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial artinya tidak seimbang. Maksudnya, ada suatu kondisi di masyarakat Indonesia yang membuat kondisi masyarakat kita tidak seimbang.
Zaman sudah berubah. Sekarang, masyarakat harus melakukan pengeluaran lebih, seperti menyediakan THR untuk saudara, membeli pakaian baru, dan keperluan lainnya. Sekarang coba pikirkan. Bagaimana kondisinya dengan masyarakat kelas menengah ke bawah? Apakah mereka mampu memenuhi kebutuhan sebanyak itu, padahal pendapatan mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok, bahkan ada yang hanya bisa membeli nasi dan lauk-pauk yang sederhana? Diperparah dengan banyak orang yang terkena PHK yang mengakibatkan pengangguran dan masyarakat berkehidupan sulit semakin bertambah banyak. Akibatnya, mereka tidak bisa merasakan momen lebaran yang meriah dan menggembirakan layaknya orang kelas menengah ke atas.
Segala sesuatu pasti ada baik dan buruknya. Tinggal bagaimana caranya kita bisa mem-filter sesuatu itu biar bisa lebih banyak mendatangkan kebaikan daripada keburukan. Kalian lebih suka lebaran zaman dulu atau zaman sekarang?