Buku-buku Ini Pernah Dilarang Beredar di Dunia, Kenapa?

Lolita karya Vladimir Nabokov terbit pada tahun 1995 dan laku sebanyak 300.000 eksemplar dalam tiga minggu pertama. Buku ini menjadi kontroversial dan dilarang peredarannya terutama di Perancis karena pemeran utamanya adalah seorang pedofil yang jatuh cinta dengan seorang anak kecil berumur 12 tahun. Di buku ini dikisahkan Humbert kehilangan cintanya yaitu Annabel karena penyakit tifus dan kemudian ia menemukan Lolita dan jatuh cinta padanya. Terlepas dari dilarangnya peredaran buku ini di Inggris, Perancis dan negara lainnya nyatanya tetap ada unsur humor, sedih dan senang yang disisipkan dalam ceritanya.

Siapa yang tak tahu dengan Tetralogi Buru? Atau minimal tahu dengan Pramoedya Ananta Toer. Tetralogi Buru terfokus ke kisah pergerakan kebangkitan nasional pada tahun 1898-1918, cerita ini dibagi menjadi empat babak dimulai dengan Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Serial Buru ini sempat dilarang beredar selama 1-2 bulan oleh Kejaksaan Agung karena diindikasikan mengandung pesan-pesan Marxisme-Leninisme yang tersirat di dalam kisahnya.

Salman Rushdie seorang novelis India-Inggris yang terkenal karena karyanya yang kontroversial dan dibuat dengan gaya penulisan yang bersifat realisme magis dan diramu dengan fiksi sejarah. Satanic Verse adalah karyanya yang paling mengguncang dan menimbulkan kontroversi karena dugaan penghujatan atau ketidakpercayaan terhadap ayat-ayat Al-Quran yang menyatakan tentang adanya Ayat-Ayat Setan sebagai doa syafaat untuk tiga dewi Pagan Mekkah: Allāt, Uzza, dan Manat. Ancaman paling serius dari diterbitkannya buku ini adalah dikeluarkannya fatwa oleh Pimpinan Majelis Tertinggi Iran pada tahun 1989 yang memerintahkan umat muslim untuk membunuh Rushdie.

Di Bawah Lentera Merah atau judul lengkapnya Di Bawah Lentera Merah: Riwayat Sarekat Islam Semarang 1917-1920 adalah buku kedua ciptaan Soe Hok Gie yang didalamnya secara garis besar membawahi kisah mengenai terbentuknya organisasi PKI yang dikomandoi oleh orang-orang dari Sarekat Islam Semarang.

Hanya dalam jangka waktu yang tidak lama buku ini berhasil menarik kontroversi dan kritikan karena secara tidak langsung menyatakan kalau organisasi Sarekat Islam Semarang adalah awal mula penegakan kaum Marxisme di Indonesia dan sumbernya hanya dari wawancara dan surat kabar sehingga kurang dipercaya. Akhirnya, Kejaksaan Agung melarang peredaran buku ini pada 23 Desember 2009 dan Soe Hok Gie dianggap sebagai pemberontak.

"I start by skinning Torri a little, making incisions with a steak knife and ripping bits of flesh from her legs and stomach while she screams in vain, begging for mercy in a high thin voice."

Kutipan di atas sudah bisa mewakili apa isi dari buku American Psycho karangan Brat Easton Ellis ini. Dianugerahi sebagai "Novel Kunci diabad 20" nyatanya buku ini menuai kontroversi karena karena cerintanya mengenai seorang karakter bernama Patrick Bateman, seorang yang sukses tapi justru sakit jiwa dan menjadi pembunuh berantai pada malam hari dan membunuh setidaknya 20 wanita secara brutal. Buku ini dilarang peredarannya dan dilabeli "Restricted Only 18+" karena konten kekerasan grafis dan penyiksaan seksual yang ekstrim secara rinci.

Buku ini sejatinya adalah paper buatan Prof. Peter Dale Scott yang menyinggung masalah campur tangan Amerika Serikat dalam penggulingan pemerintahan Presiden Soekarno dengan cara kotor dan berdarah ditahun 1965-1967. Buku ini dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung pada tahun 1990 karena diduga memberi kesan provokasi dan kekerasan pada tahun 1965 dari militer Indonesia yang saat itu bekerja sama dengan Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang. Selain itu, ketidakjelasan catatan sejarah selama periode tersebut, fakta sesungguhnya yang tidak terdokumentasi dan beredarnya dokumentasi yang bersifat kotroversi dan tidak teruji faktanya menjadi alasan mengapa buku ini dilarang beredar.

The Da Vinci Code adalah novel bergenre misteri-aksi karangan Dan Brown yang menuai kontroversi karena ceritanya berkonspirasi bahwa Gereja Katolik sebenarnya selama ini telah menutup-nutupi kisah Yesus yang sebenarnya. Buku ini juga menyiratkan mengenai bahwa Vatikan juga mengetahui kebenaran tersebut dan menutupinya demi menjaga eksistensi dan kekuasannya. Terlepas dari kontroversi dan pelarangannya beredar di beberapa negara, The Da Vinci Code nyatanya berhasil terjual lebih dari 36 juta eksemplar dan diterjemahkan ke lebih dari 44 bahasa.