Surat Terbuka untuk Islamophobic, dari Seorang Muslimah di London

Surat ini tercipta karena kamu membuatku marah

Dunia tempat kita tinggal ini diisi oleh orang-orang hebat. Orang-orang itu datang dari berbagai penjuru dunia dengan latar belakang suku, budaya dan agama yang berbeda. Sayangnya, banyak pula yang menganggap perbedaan itu tidak baik dan ingin merusaknya. Orang-orang seperti itu bukanlah pemberani atau hebat, tapi penakut yang bersembunyi di balik cemoohan.

Hal serupa terjadi pada teman-teman kita yang Muslim. Sebagaimana yang selalu ditekankan oleh teman-teman Muslim kita sendiri, Islam adalah agama yang damai. Sayangnya ada banyak kejadian baik di dalam ataupun di luar Indonesia yang menyebabkan Islam ditakuti hingga muncul istilah Islamophobia. Menurut lamanWikipedia.org, Islamophobia berarti ketakutan pada kaum Muslim dan Islam itu sendiri. Tentu saja, berbagai kejadian yang menyebabkan munculnya Islamophobia itu punya agenda lain di dalamnya. Apapun kepentingan yang terlibat, yang pasti beragam agenda untuk memecah belah umat manusia itu akan sukses kalau kita juga ikut terbawa arus mencemooh dan membenci perbedaan. 

Dikutip dari Metro.co.uk,  seorang wanita berhijab yang berusia 33 tahun di Inggris mengalami tindakan rasial beberapa kali, meskipun ia tak melakukan hal yang salah. Awalnya ia diam saja, tapi kejadian terakhir membuatnya buka suara.

Surat Terbuka untuk Islamophobic, dari Seorang Muslimah di LondonGilded Dunya via metro.co.uk

Hari itu, saat ia mengandung delapan bulan, wanita dengan nama pena Umm Yusra sedang di jalan dan tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sebelahnya. Pria dari dalam mobil berteriak dan menanyakan kenapa dia mengenakan hijab. Kemudian usai melahirkan, dirinya mengalami kekerasan rasial di jalanan lagi. Sepasang pengemudi mobil berhenti dan melihatnya sambil berkata, "Lihat wanita Paki (Pakistan) itu, dia ternyata bisa mengemudi juga!"

Bukan secara fisik, tapi mental. Sebuah ironi ketika para pemimpin dunia meneriakkan perdamaian, tapi kita sebagai warga justru melakukan hal yang bertentangan. Akhirnya, Umm Yusra pun menuliskan sebuah surat terbuka kepada mereka, para islamophobic.

Untukmu pengemudi mobil van putih,

Sebuah surat untukmu, karena kamu membuatku marah. Siapa kamu?

Kamu hanya seorang pria aneh yang rela berhenti di samping mobilku dan memberikan komentarmu terkait hijabku. Untungnya, saat itu aku sedang mendengar (kamu tidak akan suka hal tersebut) pembacaan ayat Quran, jadi aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas, tapi ketika aku sadar, aku tahu kamu sedang bertanya, "apa yang kamu pakai di kepalamu itu?"

Aku akan beri tahu. Itu adalah khimar atau lebih dikenal hijab, yang aku pakai sebagai wanita Muslim. Aku ingin bercerita lebih banyak, tapi aku kira kamu tidak akan tertarik. Namun, jika kamu benar-benar mau tahu, salah satu Masjid akan dengan senang menjelaskannya dan menjawab pertanyaanmu. Masjid terbuka setiap hari bagi orang-orang yang mau belajar. Tolong coba pelajari dan tinggalkan kata-kata kasarmu di rumah. Aku berharap kamu tidak melihat ini (tulisan) sebagai permintaan dari orang asing.

Kemudian, Umm Yusra pun melanjutkan suratnya bagi pria yang mengolok-oloknya saat mengemudi.

Baca Juga: Surat Untuk Para Teroris, dari Seorang Muslim yang Mengharapkan Kedamaian

Kemudian untuk kamu pria yang ingin tampak hebat di depan kekasihnya. Aku ingin sekali membalas kata-katamu soal aku yang mampu mengendarai mobil. Namun, saat itu aku baru saja melahirkan dan terlalu lelah untuk berurusan dengan orang sepertimu.

Dari mana ya aku mulai untukmu? Mungkin sebuah pelajaran sejarah dan geografi singkat? Begini, tidak semua orang dengan kulit cokelat datang dari satu negara ya sama! Asia Tenggara adalah area yang besar. Dan kamu memanggilku "Paki" yang mampu mengendarai mobil, aku paham, tapi aku tahu kamu tidak paham dengan kondisi sekarang. Mari aku bantu Arab Saudi (negara yang tidak izinkan wanita mengendarai mobil) bukanlah Pakistan dan negara lain. Ayo ke perpustakaan dan orang Inggris yang ramah akan memberikanmu pelajaran tentang Kerajaan Arab Saudi.

Surat Terbuka untuk Islamophobic, dari Seorang Muslimah di LondonGilded Dunya via metro.co.uk

Terakhir, Umm Yusra mengutarakan kekecewaannya terhadap orang-orang di luar sana yang masih Islamophobia.

Aku merasa kasihan pada orang-orang yang tidak peduli dan terbuka terhadap orang lain, tapi aku juga duduk di rumah dan bertanya-tanya hal serupa terhadap sistem politik serta pakaian model sekarang. Bagaimana bisa orang-orang yang berpikiran sempit tentang bisa tahu tentang status quo dan hal-hal baru tentang dunia politik?

Menurutku, orang-orang ini menggunakan apa yang mereka dengar, terutama dari pemerintah dan media. Aku tidak berusaha untuk jadi stereotip. Kondisi politik dan cara media 'berbicara' sekarang seolah menjadi "hentikan para imigran dan Muslim untuk menguasai Inggris" (atau seluruh dunia Barat) dan hal itu berkumandang di mana pun. Sayangnya, banyak orang yang menelan mentah-mentah, tanpa memikirkan secara logis maksud hal tersebut.

Surat Terbuka untuk Islamophobic, dari Seorang Muslimah di Londonhuffingtonpost.co.uk

Umm Yusra ingin tulisannya menjadi perwakilan orang-orang yang terkena kekerasan rasial. Dirinya ingin semua orang di dunia tahu kalau Xenophobia (ketidaksukaan dan stereotipe terhadap sesuatu yang asing) sudah berkembang terlalu jauh.

Tulisan Umm Yusra di atas dapat jadi pembelajaran buat kita sendiri. Sadar atau tidak Indonesia dengan negara muslim terbesar masih saja terjadi Xenophobia, baik terhadap kelompok tertentu, atau bahkan dalam kelompok yang sama. Bukankah seharusnya kita sadar bahwa perbedaan itu yang menyatukan kita? Suka atau tidak, kita sudah terlahir sebagai warga negara Indonesia, sebuah negara yang menekankan pluralisme, Bhinneka Tunggal Ika. Sebuah negara yang menekankan bahwa perbedaan justru jadi modal penting bagi bangsa. #SatuIndonesia

Mengutip Umm Yusra, seperti inilah rasanya menjadi mereka yang terkucil dan dicemooh, hanya karena orang-orang seperti aku dan kamu memilih "takut" atau "benci" pada perbedaan.

Aku tidak takut, justru aku sedih dengan semua ini. Aku mendengar dan membaca tentang warga Muslim yang diminta untuk aktif dalam politik, media dan komunitas. Namun, aku tidak paham maksud 'peran aktif' itu. Aku bingung apa yang harus aku lakukan.

Baca Juga: Bagaimana Sih Jadinya Kalau Dunia Gak Ada Umat Muslim?

Topik:

Berita Terkini Lainnya