Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Park Ju Hyun di Hunter with a Scalpel (instagram.com/xplusu.series)

Intinya sih...

  • Obsesi Seo Se Hyun untuk membalas dendam mengakibatkan tragedi dan konflik berbahaya, bahkan merusak karier ahli patologi forensik.

  • Yoon Jo Kyun terobsesi membedah manusia hidup-hidup dan melihat tubuh manusia sebagai objek seni yang bisa dibentuk sesuai keinginannya.

  • Jung Jung Hyun terjebak dalam konflik batin antara hukum dan hasil akhir, menyebabkan ia tidak menyadari dampak aksinya terhadap timnya.

Hunter with a Scalpel menyoroti sisi gelap psikologis karakter utama seiring bertambahnya episode. Semakin lama menonton, akan semakin banyak pula pertanyaan yang bermunculan tentang apa saja potensi hal buruk yang menimpa karakter utama karena obsesi mereka.

Obsesi ini akhirnya memicu keraguan tentang siapa sebenarnya yang pemburu atau siapa yang diburu sekarang. Setiap karakter membawa obsesinya sendiri, menciptakan aksi yang tak terduga dan lebih intens. Setiap obsesi berikut ini sukses memperumit hidup dan mengundang bahaya besar untuk para karakter drakor Hunter with a Scalpel. Lantas, apa saja jenisnya?

1. Obsesi balas dendam sebagai bentuk keadilan

Park Ju Hyun di Hunter with a Scalpel (instagram.com/xplusu.series)

Hal yang berlebihan memang tidak semuanya baik. Obsesi, misalnya, di mana dorongan terhadap sesuatu hal yang semestinya menjadi alasan bertahan hidup atau mencapai tujuan. Namun, di tangan Seo Se Hyun (Park Ju Hyun), obsesi berubah menjadi pisau bermata dua yang melukai dirinya dan orang sekitar.

Dari keinginan untuk membalas dendam, obsesi untuk mengendalikan kasus, hingga rasa protektif yang membutakan. Ketiganya menjelma menjadi sumber tragedi sekaligus konflik berbahaya. Itu juga akan mengakibatkan hancurnya karier Se Hyun sebagai ahli patologi forensik.

Hunter with a Scalpel tak hanya menghadirkan kisah pembunuhan penuh misteri. Namun, juga memperlihatkan bagaimana obsesi balas dendam atas nama keadilan dapat menuntun seseorang melampaui batas kemanusiaan. Saat menontonnya, penonton akan mempertanyakan sejauh mana obsesi dapat dibenarkan dan kapan harus dilepaskan.

2. Obsesi anatomi dan pembunuhan sebagai karya seni

Park Yong Woo di Hunter with a Scalpel (instagram.com/xplusu.series)

Yoon Jo Kyun (Park Yong Woo) bukan hanya berperan sebagai villain. Bisa dibilang ia adalah sosok yang benar-benar mengerikan, lantaran terobsesi pada manusia hingga mampu membedah manusia hidup-hidup. Ia melihat tubuh manusia bukan sebagai kehidupan, tapi sebagai objek seni yang bisa dibentuk sesuai keinginannya.

Bahkan dalam satu kasus, dia memotong tubuh korban dan memasangnya dengan benang layaknya boneka marionette, lalu menunjukkannya di depan umum. Setiap pembunuhan yang ia lakukan terasa seperti pertunjukan, lengkap dengan pola penuh teka-teki yang hanya bisa dimengerti oleh dirinya sendiri.

Yoon Jo Kyun tidak hanya ingin membunuh, tapi juga meninggalkan pesan. Bahkan anaknya sendiri ia libatkan dalam ritual tersebut, seolah sedang mewariskan warisan seni. Obsesi ini membawanya ke titik di mana nyawa manusia tidak lagi punya makna. Ia tidak punya rasa bersalah, melainkan hanya rasa puas ketika hasil karyanya sempurna.

3. Obsesi pada idealisme dan kebenaran mutlak

Kang Hoon di Hunter with a Scalpel (instagram.com/xplusu.series)

Jung Jung Hyun (Kang Hoon) selama ini menjadi detektif yang teguh memegang prinsip moral dan hukum. Baginya, benar adalah benar, salah pun sama dengan salah, tapi tak ada ruang abu-abu di antaranya. Namun, di Hunter with a Scalpel dengan kasus yang rumit, idealismenya diuji habis-habisan.

Jung Jung Hyun mulai curiga pada Seo Se Hyun yang terlalu cepat dan terlalu aktif dalam penyelidikan. Makin banyak ia menggali, makin banyak kejanggalan yang ia temukan. Namun, di saat yang sama, ia juga mulai merasa bahwa hukum yang ia bela sering kali kalah cepat dari kenyataan di lapangan.

Hal itu membuatnya terjebak dalam konflik batin, tentang apakah tetap berpegang pada hukum atau menutup mata demi hasil akhir. Obsesinya terhadap pandangan hukum dan kebenaran membuat ia jadi keras kepala, hingga tidak menyadari jika selama ini anggota timnya bisa saja hilang pekerjaan karena aksinya.

Ketiga obsesi yang tadi dibahas nyatanya lebih dari sekadar bumbu konflik. Mereka juga menjadi inti yang membentuk jalan hidup para karakter Hunter with a Scalpel. Di balik setiap tindakan mereka yang tampak kejam atau tak masuk akal, drama ini mengingatkan penonton bahwa obsesi sekecil apa pun bisa tumbuh menjadi sesuatu yang membahayakan bila dibiarkan tanpa kendali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorInaf Mei