5 Gejala Depresi Nam Ha Neul di Drakor Doctor Slump

Sejak kecil, Nam Ha Neul dikenal sebagai siswa genius. Ia menghabiskan masa mudanya untuk belajar sepanjang waktu. Sampai-sampai, ia lupa cara untuk membahagiakan dirinya sendiri. Ia pun cenderung lebih tertutup kepada teman sekelasnya.

Tak ada waktu luang untuk bermain, Nam Ha Neul hanya menghabiskan waktu untuk menambah ilmu. Ia juga kerap berkata ketus dan kasar kepada teman yang mencoba mengganggunya. Hal tersebut berlangsung lama bahkan hingga ia memasuki dunia kerja. Tak ayal, sikapnya itu membuatnya tidak memiliki banyak teman. Alhasil, karena minim tempat bercerita, ia merasa sedih dan kesepian.

Satu-satunya sahabat yang ia punya adalah Lee Hong Ran (Kong Seong Ha). Mereka saling kenal ketika belajar di sekolah kedokteran yang sama. Sayangnya, mereka bekerja di rumah sakit yang berbeda. Waktunya untuk hang out juga tidak banyak karena kesibukan masing-masing.

Beban yang dipikul Nam Ha Neul sangat berat. Ia berusaha untuk meraih cita-cita sebagai dokter demi membahagiakan sang ibu yang telah banyak berkorban untuknya. Di saat semuanya tercapai, justru lingkungan kerja yang toksik menjadi akar mula permasalahan yang terjadi.

Nam Ha Neul bekerja di Rumah Sakit Universitas Nasional Daehan sebagai dokter ahli anestesi. Atasannya merupakan seorang profesor bernama Kim Sang Geun (Oh Ryoong). Ia dikenal manipulatif dan sering melimpahkan kesalahan yang diperbuatnya kepada Nam Ha Neul. 

Kekerasan verbal serta nonverbal juga sering didapatkannya. Dokter sekelas Nam Ha Neul yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, dianggap memiliki kinerja buruk oleh Kim Sang Geun. Lingkungan kerja yang toksik membuatnya mudah emosional dan menangis. Terlebih karena tuduhan palsu dari Kim Sang Geun yang sama sekali tidak dilakukannya.

Selain karena tekanan pekerjaan, jam kerja yang terlalu berlebihan juga menjadi pemicu penderitaan yang dialami Nam Ha Neul. Ia bekerja selama 17 jam sehari dan rela mengenyampingkan kesehatannya sendiri demi keselamatan pasien. Namun, usahanya tersebut tetap tak ternilai di mata sang profesor.

Ia juga kerap melewatkan jam makan. Ditambah lagi kebiasaan buruknya menelan serbuk kopi sejak SMA membuat masalah pada kesehatan empedunya hingga harus mengalami pengangkatan organ.

Hari-hari Nam Ha Neul diliputi masalah serta kesedihan yang tak ada hentinya. Perjuangannya belajar selama bertahun-tahun ternyata tak menjadi tolak ukur kebahagiaan. Hingga ia berpikir bahwa yang terjadi selama ini hanya membuatnya semakin terpuruk.

Bila melihat ke masa lalu, Nam Ha Neul adalah pribadi yang sangat disiplin. Maka tak heran, teman-temannya beranggapan bahwa ia kelak akan mendapat kesuksesan dan kebahagiaan berkat usahanya itu. Namun keadaan justru malah sebaliknya.

Saking frustrasinya, Nam Ha Neul merasa akan lebih baik jika ia mengakhiri hidupnya. Momen itu terjadi saat ia hampir tertabrak truk saat terjatuh di zebra cross. Terlebih karena ia sedang sakit, sugesti yang diucapkannya seakan menantang maut. 

Karena merasa lelah dengan semua masalah yang terjadi, ia berpikir dengan mati semuanya akan selesai. Ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikolog agar dapat memastikan penyebab mengapa ia kerap berpikir demikian. Alhasil, hasil tes ringan mengatakan bahwa ia mengalami depresi.

Walau sempat menolak, akhirnya Nam Ha Neul menerima diagnosis bahwa dirinya mengalami depresi. Bahkan, ia rela meninggalkan pekerjaan demi mengutamakan kesehatan mentalnya. Jika kamu merasakan apa yang dialami Nam Ha Neul, sebaiknya jangan diabaikan, ya!

Segeralah mencari bantuan kepada psikolog atau setidaknya berceritalah kepada orang terdekat yang kamu percaya. Ingat, semua masalah pasti ada solusinya, kok. Kamu juga akan mendapatkan bahagiamu sendiri kelak. Jadi, jangan menyerah, ya.

Siapa saja bisa mengalami depresi, termasuk dirimu. Namun, ada baiknya untuk tidak menganggap bahwa bunuh diri bisa menjadi solusi atas permasalahanmu. Jika membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial, kamu bisa menghubungi nomor +628113855472 (Love Inside Suicide Awareness). Kamu juga bisa mengakses bagaimana menjaga kesehatan mental dan menghubungi layanan profesional di laman Pencegahan Bunuh Diri Into The Light Indonesia, www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri.