6 Parenting Keliru dalam KDrama The Sound of Magic, Hindari!

Na Il Deung (Hwang In Yeop) ketika mengutarakan pendapatnya dari lubuk hati terdalam, tidak dapat ucapan manis dari orangtua melainkan tamparan. Ia merasa tidak bahagia dengan apa yang dijalankan saat ini.

Sebagai orangtua hendaknya memahami emosi sang anak meski usianya bukan anak kecil lagi. Hal ini karena kepada siapa lagi tempat berkeluh kesah sang anak kalau bukan ke orangtuanya.

Ayah Na Il Deung adalah seorang jaksa terpandang. Kariernya melejit sehingga ia diakui oleh semua orang. Sang ayah berharap pada Il Deung agar mengikuti jejak kariernya.

Begitu ia menyimpan perlengkapan sulap, orangtuanya berang bukan main. Orang uanya beranggapan bahwa menjadi pesulap tidak mempunyai masa depan dan jaksa adalah pilihan yang tepat dalam jenjang karier.

Pergolakan batin orangtua Na Il Deung sebagai tanda bahwa mereka menganut gaya helicopter parenting. Semuanya diatur oleh orangtua tanpa memberikan kebebasan si anak dalam mengambil keputusan. Akhirnya, anak tidak tahu apa yang diinginkan.

Rasanya tentu sakit apabila diungkit, bukan? Apalagi kalau yang mengungkit itu adalah orangtua sendiri. Ada adegan di mana Na Il Deung berbicara dengan orangtuanya di ruang wali kelas, membuat dirinya shock.

Disulut oleh api dan tanpa berpikir panjang, sang ayah bilang pada Na Il Deung bahwa ia bukan siapa-siapa jika tidak terlahir dari rahim istrinya. Sebuah fakta yang menyakitkan bagi Na Il Deung ketika ingin memilih jalannya sendiri.

Anak adalah titipan Tuhan dan bukan kemauannya untuk terlahir dari rahim siapa. Sementara orangtua berharap dan memanjatkan doa pada Tuhan untuk dianugerahi anak. Ketika dikabulkan oleh Tuhan, sudah sewajarnya untuk tidak mengungkit apa yang telah diberikan ke anak.

Janji adalah sebuah ucapan yang harus ditepati dan ini berlaku bagi semua. Jadi, jangan sembarangan mengumbar janji yang belum pasti apalagi kepada anak. Hal ini bisa menjadi luka tersendiri bagi anak jika janji tak ditepati.

Seperti contoh Yoon Ai yang dijanjikan oleh ayahnya untuk segera pulang. Sayangnya, Yoon Ai harus berhadapan dengan setumpuk utang yang ditinggalkan oleh ayahnya. Sementara ayahnya tak kunjung pulang.

Begitu juga dengan ibunya yang pernah mengatakan bahwa jika tersesat tidak menemukan sang ibu, maka Yoon Ai harus menunggu di depan komidi putar. Yoon Ai pun melakukan itu saat ibunya pergi meninggalkan dirinya. Berhari-hari, ibunya pun tak datang padanya.

Ia pun masih berharap janji yang telah dibuat oleh ibunya, jika Yoon Ai ulang tahun maka ibunya akan mengajak dirinya ke pantai. Namun, semua hanya ilusi.

Na Il Deung menjadi tumpuan harapan besar bagi ayahnya yang seorang jaksa terkenal. Hal ini bisa menjaga citra baik keluarganya. 

Lee Eul, pesulap yang masa remajanya dididik harus mendapat nilai yang bagus. Tiada hari tanpa belajar agar orang uanya bisa bahagia. Hal ini karena Lee Eul terlahir dari keluarga profesor.

Bahagia sejatinya adalah tanggung jawab masing-masing, bukan orang lain. Hal ini juga membuat anak tertekan apabila dituntut mencapai standar bahagia orangtua.

Cemas masa depan anak memang wajar bagi orangtua. Namun, jika pilihannya bukan hal negatif, alangkah baiknya sebagai orangtua mendukung, memantau, dan mendoakan anak atas pilihannya supaya selalu di jalan-Nya.

Ayah Yoon Ai pergi meninggalkan dirinya dan sang adik. Sayangnya, ayahnya pergi meninggalkan utang. Hal ini membuat kehidupan Yoon Ai merasa berat atas utang yang ditinggalkan oleh ayahnya.

Beralasan supaya Yoon Ai tumbuh dewasa, kenyataannya malah membuat ia tertekan akan berbagai masalah yang datang padanya. Penting bagi orangtua, jika mempunyai masalah pribadi jangan libatkan anak secara tiba-tiba. Jika ingin melibatkan, cobalah untuk bertanya.

Melalui KDrama The Sound of Magic kita bisa belajar, bahwa menjadi orangtua memang tidak gampang. Dibutuhkan latihan berkali-kali untuk tidak menciptakan luka batin pada anak. Seringkali orangtua menganggap bahwa anak adalah milik sendiri. Padahal anak butuh ruang untuk menemukan siapa dirinya.