7 Proses Peradilan An Yun Su yang Keliru di The Price of Confession

Perjalanan hukum An Yun Su (Jeon Do Yeon) dalam The Price of Confession menjadi salah satu gambaran paling kelam tentang bagaimana sistem peradilan dapat gagal menjalankan fungsinya. Kasus yang seharusnya ditangani dengan objektif justru berkembang menjadi rangkaian kekeliruan yang menjerumuskan seorang janda berduka ke dalam lingkaran tak berujung antara prasangka, bukti palsu, dan investigasi sepihak.
Berikut tujuh proses peradilan yang jelas-jelas menunjukkan betapa sistem telah berlaku tidak adil terhadap An Yun Su. Simak selengkapnya!
1. Keyakinan yang salah dan fatal

Kekeliruan paling mendasar adalah wrongful conviction, ketika seseorang dijatuhi vonis bersalah atas kejahatan yang tidak ia lakukan. Inilah inti tragedi An Yun Su. Tanpa bukti kuat dan tanpa proses penyelidikan menyeluruh, ia dinyatakan sebagai pembunuh suaminya sendiri.
Padahal, dari awal tidak ada jejak bahwa An Yun Su memiliki motif, kecenderungan kekerasan, atau akses logis terhadap eksekusi pembunuhan brutal tersebut. Vonis ini bukan hanya kesalahan teknis, tetapi kegagalan fundamental sistem peradilan.
2. Penyalahgunaan proses (abuse of process)

Perkara An Yun Su juga menunjukkan elemen abuse of process, yakni ketika prosedur hukum digunakan dengan tujuan yang menyimpang. Baek Dong Hun (Park Hae Soo) dan beberapa pihak kepolisian terkesan memaksakan arah penyelidikan, bukan untuk menemukan kebenaran, melainkan untuk membenarkan dugaan awal. Proses hukum dijadikan alat menekan dan menggiring An Yun Su menjadi tersangka, bukan sebagai jalur mencari fakta.
3. Malpraktik peradilan (judicial malpractice)

Kesalahan terjadi bukan hanya dalam penyelidikan, tetapi juga dalam proses peradilan. Baek Dong Hun gagal menjalankan tugas investigatifnya secara objektif dan menyeluruh. Hakim dan tim pengadilan pun tidak menguji bukti dengan standar ketat, seolah lalai membedakan antara rekonstruksi yang dipaksakan dan fakta nyata. Kealpaan ini memperparah ketidakadilan yang dialami Yun Su, membuatnya tak lagi memiliki ruang untuk membela diri secara proporsional.
4. Hipotesa kacamata kuda, investigasi tanpa perspektif alternatif

Baek Dong Hun memegang satu hipotesa kaku, An Yun Su adalah pembunuh. Ia tak pernah membuka kemungkinan bahwa ada pelaku lain, motif berbeda, atau fakta tersembunyi. Pola pikir seperti ini disebut “tunnel vision” atau kacamata kuda, sebuah kesalahan fatal dalam penyelidikan kriminal. Ketika penyidik gagal melihat kemungkinan lain, seluruh proses hukum akan berjalan dalam bias, dan itulah yang menjebak An Yun Su dari awal.
5. Putusan yang dibangun dari bukti tidak mencukupi

Meski bukti yang ada sebenarnya lemah, tidak konsisten, bahkan tampak seperti dipaksakan, pengadilan tetap menggunakannya untuk menyatakan An Yun Su bersalah. Rekonstruksi kejadian tidak klop, tidak ada saksi kunci yang benar-benar menguatkan tuduhan, dan tidak ada jejak kuat yang menghubungkannya pada eksekusi pembunuhan. Namun, bukti lemah tersebut diperlakukan seolah fakta mutlak, sebuah tindakan yang seharusnya tidak terjadi dalam sistem hukum yang sehat.
6. Tidak ada motif yang masuk akal

Dalam kasus pembunuhan domestik, motif biasanya menjadi salah satu poin investigasi terpenting. Namun pada kasus An Yun Su, bahkan penyidik, terutama Baek Dong Hun, tidak pernah bisa menunjukkan motif yang jelas dan logis. Tidak ada friksi rumah tangga besar, tidak ada potensi keuntungan, tidak ada dendam. Kendati demikian, penyelidikan tetap menggiring An Yun Su sebagai pelaku. Mengabaikan ketiadaan motif adalah pelanggaran analitis dalam penyidikan kriminal.
7. Ketergantungan pada bukti tidak valid

Akhirnya, kasus An Yun Su dibangun di atas landasan rapuh, bukti yang tidak valid. Mulai dari penafsiran jejak darah yang dipaksakan, pemaknaan barang bukti yang ambigu, hingga kesimpulan medis yang tidak diuji silang dengan ahli independen. Tanpa verifikasi dan tanpa pengujian ketat, bukti-bukti itu tetap dipakai hingga akhirnya mengantar An Yun Su pada vonis seumur hidup, vonis yang kemudian terbukti keliru ketika Mo Eun mengakui keterlibatannya.
Jika tujuh kekeliruan ini tidak terjadi, hidup An Yun Su mungkin tidak akan berubah menjadi tragedi panjang penuh luka. The Price of Confession memperlihatkan betapa cepatnya sistem yang tidak objektif dapat menghancurkan hidup seseorang. Kasus Yun Su menjadi pengingat bahwa kebenaran tidak boleh dikejar dengan prasangka, dan keadilan tidak boleh dijatuhkan melalui asumsi, melainkan melalui penyelidikan yang menyeluruh, adil, dan bebas bias.


















