Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Kritik Sosial di Balik Drakor The Defects, Bukan Sekadar Thriller!

still cuts drama The Defects (dok. ENA/The Defects)
still cuts drama The Defects (dok. ENA/The Defects)
Intinya sih...
  • Sistem adopsi rawan dimanipulasi, seperti yang dilakukan Kim Se Hee dalam bisnis jual-beli anak.
  • Kesenjangan sosial memungkinkan orang kaya "memesan" anak sempurna, sementara orang lemah dieksploitasi.
  • Teknologi genetika digunakan untuk menciptakan anak baru yang memenuhi standar, mengkritik sistem kesehatan dan obsesi terhadap kesempurnaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Drama The Defects (2025) nggak cuma menyuguhkan aksi dan ketegangan. Lewat kisah Kim Se Hee (Yum Jung Ah), direktur rumah sakit yang menjalankan jaringan adopsi ilegal berkedok program refund anak, drama ini juga menyentil banyak isu sosial yang bikin penonton ikutan mikir.

Mulai dari sistem adopsi yang rawan disalahgunakan, teknologi genetika yang tak manusiawi, sampai trauma anak yang diabaikan, semuanya dikemas secara tajam dalam narasi thriller yang menggugah. Berikut beberapa kritik sosial yang terselip di balik cerita kelam drama ini!

1. Sistem adopsi bisa dengan mudah dimanipulasi. Nggak semua yayasan bertujuan mulia, seperti yang dilakukan Kim Se Hee dalam bisnis jual-beli anak

still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)
still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)

2. Kesenjangan sosial bikin orang kaya bisa dengan mudah "memesan" anak sempurna, sementara orang lemah diposisikan sebagai objek eksploitasi

still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)
still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)

3. Teknologi genetika malah jadi alat seleksi kejam. Alih-alih membantu, hasil DNA digunakan untuk menciptakan anak baru yang memenuhi standar

still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)
still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)

4. Rumah sakit yang harusnya jadi tempat penyembuhan justru digunakan untuk kejahatan. Ini mengkritik sistem kesehatan yang bisa disusupi kekuasaan

still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)
still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)

5. Anak-anak yang tak sesuai standar langsung dicap gagal. Drama ini menyindir bagaimana obsesi terhadap kesempurnaan bisa berujung pada diskriminasi

still cuts drama The Defects (dok. ENA/The Defects)
still cuts drama The Defects (dok. ENA/The Defects)

6. Kepentingan orang dewasa sering mengabaikan trauma anak. Nggak ada ruang bagi anak-anak untuk memproses luka batin mereka

still cuts drama The Defects (dok. ENA/The Defects)
still cuts drama The Defects (dok. ENA/The Defects)

7. Status anak adopsi nggak seharusnya jadi alasan untuk memperlakukan mereka seperti barang sewaan. Orang tua tetap harus menyayangi tanpa syarat

still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)
still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)

8. Anak dalam drama ini lebih sering dipandang sebagai "aset berharga" daripada individu. Padahal, mereka butuh kasih sayang, bukan hanya status sosia

still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)
still cuts drama The Defects (instagram.com/channel.ena.d)

Lewat cerita yang menggugah dan penuh misteri ini, The Defects berhasil menyoroti berbagai realita pahit soal dunia adopsi, kekuasaan, dan sistem sosial yang timpang. Nggak heran kalau drama ini bukan cuma bikin tegang, tapi juga mengundang banyak perenungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Inaf Mei
EditorInaf Mei
Follow Us