Apakah Ending Heroes Next Door Sudah Adil untuk Semua Karakter?

- Choi Kang berdamai dengan masa lalunya, tetap hidup dengan trauma namun diberi kesempatan untuk kembali hidup sebagai warga biasa.
- Tim pahlawan tetangga menang tanpa sorak-sorai, konsisten dengan tema drama dan tidak memaksa mereka jadi legenda.
- Sullivan menerima hukuman tanpa pengadilan, konsekuensi dari pilihan-pilihannya sendiri yang tidak dibenarkan secara hukum.
Setelah perjalanan panjang, Heroes Next Door (2025) akhirnya menutup ceritanya. Ending-nya terasa tenang, nyaris hangat, seolah ingin memberi ruang napas bagi para karakter setelah semua kekacauan. Namun justru di situlah muncul pertanyaan besar: apakah akhir ini benar-benar adil untuk semua karakter? Atau hanya adil bagi sebagian, sementara yang lain harus menelan konsekuensi paling pahit?
Drama ini sejak awal memang tidak menawarkan dunia hitam-putih. Maka wajar jika ending-nya pun memancing diskusi, antara rasa lega, getir, dan sedikit kehilangan. Untuk menjawabnya, yuk lihat satu per satu nasib karakter kunci yang terlibat dalam pusaran tragedi kota metropolitan Kiyun dalam drakor Heroes Next Door berikut ini.
1. Choi Kang telah berdamai dengan masa lalunya

Bagi Choi Kang, ending ini bisa dibilang “adil dengan cara yang sunyi”. Ia selamat, keluarganya aman, dan ia tidak kehilangan siapa pun secara fisik. Namun luka emosional dan beban masa lalunya jelas belum benar-benar hilang. Ia tetap harus hidup dengan kenangan sebagai mantan pasukan khusus yang pernah bersentuhan langsung dengan kekerasan dan kematian.
Keadilan untuk Choi Kang bukan hadir dalam bentuk kemenangan besar, melainkan kesempatan untuk kembali hidup sebagai warga biasa. Ending ini adil, tapi realistis, tidak menghapus trauma, hanya memberi ruang untuk berdamai perlahan.
2. Tim pahlawan tetangga menang tanpa sorak-sorai

Tim pahlawan tetangga mendapatkan akhir yang relatif hangat. Mereka tetap bersama, komunitas Kota Kiyun kembali stabil, dan ikatan di antara mereka justru makin kuat. Namun kemenangan mereka tidak dirayakan sebagai heroisme besar-besaran.
Ini bentuk keadilan yang konsisten dengan tema drama, mereka bukan pahlawan yang mencari pengakuan, melainkan orang-orang biasa yang memilih peduli. Ending ini adil karena tidak memaksa mereka jadi legenda, tapi membiarkan mereka tetap menjadi tetangga.
3. Sullivan menerima hukuman tanpa pengadilan

Sullivan adalah karakter yang paling memicu perdebatan soal keadilan. Ia kehilangan putrinya, dikhianati sistem, lalu memilih jalan teror dan balas dendam. Di akhir cerita, ia tidak diadili secara hukum, melainkan mengakhiri hidupnya sendiri.
Apakah ini adil? Secara hukum, tentu tidak ideal. Namun secara naratif, ending Sullivan terasa sebagai konsekuensi dari pilihan-pilihannya sendiri. Ia tidak dibenarkan, tapi juga tidak sepenuhnya diposisikan sebagai monster. Keadilan yang ia terima bukan dari negara, melainkan dari keputusan tragis yang ia ambil sendiri.
4. Para pejabat korup dihukum, tapi tidak sepenuhnya terbuka

Sebagian pejabat yang terlibat akhirnya ditangkap dan dijatuhkan dari jabatannya. Ini memberi kepuasan moral bagi penonton. Namun di sisi lain, kebenaran penuh tentang kasus pengeboman dan keterlibatan sistem militer tidak sepenuhnya dibuka ke publik.
Ini membuat keadilan terasa setengah matang. Ada hukuman, tapi tidak ada transparansi total. Ending ini seolah mengingatkan bahwa dalam dunia nyata, keadilan sering datang dengan kompromi.
5. Kebebasan untuk warga Kiyun

Warga Kota Kiyun mungkin adalah pihak yang paling jarang dibahas, tapi justru paling terdampak. Mereka pernah hidup dalam teror, kehilangan rasa aman, dan harus menerima kenyataan bahwa kota mereka dijadikan medan konflik kekuasaan. Ending memberi mereka stabilitas, tapi tidak benar-benar memulihkan trauma. Ini bentuk keadilan yang minimal, cukup untuk bertahan hidup, tapi tidak cukup untuk menghapus luka kolektif yang mereka terima selama ini.
Jadi, apakah ending Heroes Next Door sudah adil untuk semua karakter? Jawabannya mungkin bukan “ya” atau “tidak”, melainkan seadil yang bisa dicapai dalam dunia yang tidak sempurna. Drama ini memilih keadilan yang realistis, ada yang selamat, ada yang jatuh, ada yang dihukum, dan ada yang hanya bisa menerima.
Alih-alih memberi kepuasan mutlak, Heroes Next Door menutup ceritanya dengan refleksi, bahwa keadilan tidak selalu datang dengan kemenangan telak, dan terkadang, bertahan hidup dan tetap peduli satu sama lain sudah menjadi bentuk keadilan itu sendiri.















