6 Dampak Pengakuan Hyeon Jun bagi Jeong Sin di Nice to Not Meet You

- Wi Jeong Sin merasa dipermalukan secara diam-diam oleh Lim Hyeon Jun, membuatnya merasa posisinya timpang sejak awal.
- Wi Jeong Sin merasa telah membodohi dirinya sendiri dengan mudah percaya pada identitas anonim, menimbulkan beban mental dan penyesalan.
- Wi Jeong Sin mengalami gangguan fokus dan semangat dalam bekerja, serta terus dihantui oleh wajah dan kata-kata Lim Hyeon Jun.
Pengakuan Lim Hyeon Jun (Lee Jung Jae) menjadi salah satu momen paling mengguncang bagi Wi Jeong Sin (Lim Ji Yeon) dalam drakor Nice to Not Meet You. Setelah sekian lama berkomunikasi intens melalui akun Onion dengan akun bernama Melomaster, Wi Jeong Sin akhirnya mengetahui bahwa orang yang selama ini menjadi tempatnya berbagi cerita adalah Lim Hyeon Jun sendiri. Bukan hanya itu, Lim Hyeon Jun juga mengakui bahwa ia memiliki perasaan terhadap Wi Jeong Sin, meski selama ini memilih bersembunyi di balik identitas palsu.
Alih-alih memberi kelegaan, pengakuan itu justru membawa badai emosi yang sulit diredam. Wi Jeong Sin tidak hanya harus memproses rasa cintanya, tetapi juga rasa dikhianati, malu, dan takut akan masa depan. Ada enam dampak pengakuan Hyeon Jun bagi Jeong Sin di Nice to Not Meet You yang perlahan menggerogoti hati dan pikirannya.
1. Merasa dipermalukan secara diam-diam oleh Lim Hyeon Jun

Hal pertama yang paling menyakitkan bagi Wi Jeong Sin adalah perasaan bahwa dirinya telah dipermalukan tanpa ia sadari. Selama ini ia begitu jujur sebagai Soulishere, membuka sisi rapuhnya kepada Melomaster, tanpa mengetahui bahwa lawan bicaranya adalah artis terkenal yang ia liput. Kesadaran bahwa semua itu terjadi di bawah kendali Lim Hyeon Jun membuatnya merasa posisinya timpang sejak awal.
Wi Jeong Sin merasa seolah-olah dirinya menjadi objek permainan emosi. Meski Lim Hyeon Jun mengaku tulus, rasa malu itu tetap membekas. Ia bertanya-tanya apakah dirinya terlihat naif, mudah percaya, dan terlalu polos di mata Lim Hyeon Jun. Perasaan dipermalukan ini menghantui harga dirinya sebagai perempuan sekaligus sebagai wartawan profesional.
2. Merasa telah membodohi dirinya sendiri

Selain merasa dipermalukan, Wi Jeong Sin juga menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa telah membodohi dirinya dengan begitu mudah percaya pada identitas anonim. Setiap pesan, setiap curhat, dan setiap tawa yang ia bagikan kini terasa seperti kesalahan besar. Ia menyesal karena terlalu larut dalam kenyamanan dunia maya tanpa mempertanyakan kebenarannya.
Rasa bersalah ini berkembang menjadi beban mental. Wi Jeong Sin kerap mengulang kembali percakapan mereka di kepalanya, mencari tanda-tanda yang seharusnya ia sadari sejak awal. Namun, penyesalan itu tidak mengubah apa pun, justru membuatnya semakin tenggelam dalam rasa kecewa terhadap dirinya sendiri.
3. Menyesal telah mengakui perasaannya pada orang yang keliru

Dampak berikutnya adalah rasa malu dan penyesalan karena telah mengakui perasaannya secara terbuka. Sebagai Soulishere, WI Jeong Sin pernah jujur mengungkapkan perasaan terdalamnya, sesuatu yang jarang ia lakukan di dunia nyata. Ketika ia tahu bahwa semua pengakuan itu ditujukan kepada orang yang ternyata berbohong tentang identitasnya, rasa sakitnya menjadi berlipat.
Ia merasa telah bertindak bodoh dengan memberikan hatinya pada seseorang yang sejak awal tidak sepenuhnya jujur. Pengakuan perasaan yang seharusnya menjadi momen keberanian justru berubah menjadi sumber luka. Sejak saat itu, Wi Jeong Sin menjadi jauh lebih tertutup dan takut untuk kembali jujur tentang isi hatinya.
4. Mengganggu fokus dan semangatnya dalam bekerja

Sebagai wartawan hiburan, Wi Jeong Sin dituntut untuk selalu fokus, cepat, dan objektif. Namun, pengakuan Lim Hyeon Jun membuat kesehariannya berubah. Ia sering melamun, kehilangan konsentrasi saat menulis artikel, dan merasa lelah secara emosional. Pekerjaan yang dulu menjadi pelarian kini justru terasa berat.
Wi Jeong Sin mulai mempertanyakan profesionalismenya sendiri. Ia takut emosinya memengaruhi cara pandangnya terhadap Lim Hyeon Jun sebagai subjek liputan. Tekanan batin ini membuatnya tidak lagi menikmati pekerjaannya seperti dulu, bahkan sempat kehilangan semangat untuk mengejar kebenaran.
5. Wajah dan kata-kata Lim Hyeon Jun terus menghantui pikirannya

Setelah pengakuan itu, Lim Hyeon Jun tidak pernah benar-benar pergi dari pikiran Wi Jeong Sin. Wajahnya, suaranya, dan kata-katanya terus muncul tanpa diminta. Bahkan dalam momen-momen sunyi, Wi Jeong Sin mendapati dirinya mengingat percakapan dengan Lim Hyeon Jun sebagai Melomaster.
Kenangan itu terasa kontradiktif. Di satu sisi, ia ingin melupakan. Di sisi lain, hatinya belum sepenuhnya bisa melepaskan. Hal ini membuat emosinya naik turun, antara rindu, marah, dan kecewa. Pikiran yang terus dihantui ini membuatnya sulit menemukan ketenangan.
6. Berhalusinasi dan membayangkan hal-hal buruk jika mereka berpacaran

Dampak paling mengkhawatirkan adalah munculnya imajinasi negatif tentang masa depan. Wi Jeong Sin mulai membayangkan berbagai skenario buruk jika ia benar-benar menjalin hubungan dengan Lim Hyeon Jun. Ia membayangkan dirinya diseret dalam skandal, kehilangan karier, disakiti secara emosional, atau kembali dibohongi.
Bayangan-bayangan ini berkembang menjadi semacam halusinasi emosional yang menakutkan. Alih-alih melihat cinta sebagai sesuatu yang indah, Wi Jeong Sin justru melihatnya sebagai sumber bencana. Ketakutan ini membuatnya semakin ragu untuk memercayai Lim Hyeon Jun, meski pengakuannya terdengar tulus.
Pada akhirnya, dampak pengakuan Hyeon Jun bagi Jeong Sin di Nice to Not Meet You bukan hanya membuka rahasia, tetapi juga membuka luka baru. Dalam Nice to Not Meet You, momen ini menjadi titik krusial yang memperlihatkan betapa cinta yang dibangun di atas kebohongan selalu meninggalkan bekas yang dalam. Wi Jeong Sin harus memilih antara melindungi hatinya atau memberi kesempatan pada perasaan yang belum sepenuhnya mati.



















