5 Film dan Drakor Politik Berlatar 1970-an, Ada Made in Korea

Made in Korea adalah drama politik berlatar tahun 1970-an yang mengikuti konflik antara Baek Ji tae, agen KCIA yang membangun jaringan bisnis ilegal, dan Jang Geon young, jaksa idealis yang berusaha menghentikan sepak terjangnya. Alurnya bergerak melalui penyelidikan, konspirasi politik, dan pertarungan kepentingan yang menempatkan keduanya dalam rivalitas berbahaya.

Drama ini disutradarai oleh Woo Min ho dan dibintangi oleh Hyun Bin, Jung Woo sung, Won Ji an, Seo Eun soo, Cho Yeo jeong, serta Jung Sung il sebagai jajaran utama. Serial ini dijadwalkan tayang mulai 24 Desember 2025 di Disney+ dan Hulu dengan total enam episode, sementara musim keduanya telah diproduksi dan direncanakan rilis pada paruh kedua 2026.

Berlatarkan tahun 1979, film Land of Happiness mengikuti proses sidang besar terkait kasus pembunuhan presiden yang mengguncang Korea Selatan pada masa itu. Cerita berfokus pada upaya menyelamatkan seorang terdakwa yang diyakini tidak bersalah, sambil menyoroti intrik politik dan tekanan hukum yang membentuk jalannya persidangan.

Film ini dibintangi Jo Jung Suk, Lee Sun Kyun, dan Yoo Jae Myung, dengan Choo Chang Min sebagai sutradara. Land of Happiness juga meraih Penghargaan Aktor Pendukung Terbaik melalui Yoo Jae Myung di Baeksang Arts Awards 2025.

Film 12.12: The Day mengangkat peristiwa kudeta militer 12 Desember 1979, ketika situasi politik Korea Selatan berada dalam kondisi paling genting setelah pembunuhan presiden. Cerita berpusat pada konflik antara dua kubu militer: satu pihak berusaha merebut kekuasaan lewat cara ilegal, sementara pihak lain mencoba mempertahankan tatanan negara di tengah kekacauan, tekanan politik, dan ancaman kekerasan bersenjata yang menyelimuti Seoul sepanjang malam krisis tersebut.

Film ini dibintangi Hwang Jung Min, Jung Woo Sung, Lee Sung Min, Park Hae Joon, dan Kim Sung Kyun, serta disutradarai oleh Kim Sung Su. 12.12: The Day meraih kesuksesan besar secara komersial dan kritis, termasuk memenangkan Film Terbaik dan Aktor Terbaik (Hwang Jung Min) di Baeksang Arts Awards, serta menjadi salah satu film Korea paling berpengaruh dan laris pada tahun perilisannya.

Film The Man Standing Next berlatar akhir 1970-an dan berfokus pada intrik politik tingkat tinggi menjelang pembunuhan Presiden Park Chung Hee. Cerita mengikuti Kim Gyu Pyeong, direktur KCIA, yang terjebak dalam persaingan kekuasaan, pengkhianatan, dan tekanan moral ketika rahasia negara, skandal internasional, serta gejolak pro-demokrasi mulai mengancam stabilitas rezim yang otoriter.

Film ini disutradarai oleh Woo Min Ho dan dibintangi Lee Byung Hun, Lee Sung Min, Kwak Do Won, serta Lee Hee Joon. The Man Standing Next meraih sambutan kuat dari kritikus dan publik, memenangkan sejumlah penghargaan termasuk Aktor Terbaik dan Film Terbaik di berbagai ajang film Korea, serta dipilih sebagai perwakilan Korea Selatan untuk kategori Film Fitur Internasional Terbaik di Academy Awards ke-93.

Sandglass adalah drama Korea yang berlatar pergolakan politik dan sosial Korea Selatan pada dekade 1970–1980-an. Ceritanya mengikuti persahabatan Park Tae Soo, yang tumbuh menjadi gangster, dan Kang Woo Suk, yang memilih jalan sebagai jaksa berprinsip kuat, di tengah tekanan rezim otoriter dan konflik kekuasaan. Hubungan mereka semakin kompleks dengan kehadiran Yoon Hye Rin, putri pemilik kasino, yang terjebak antara cinta, ambisi, dan realitas politik.

Ditulis oleh Song Ji Na dan disutradarai Kim Jong Hak, Sandglass dibintangi Choi Min Soo, Go Hyun Jung, Park Sang Won, dan Lee Jung Jae. Drama ini meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Daesang (Grand Prize) di Baeksang Arts Awards, Drama Terbaik, Sutradara Terbaik, Skenario Terbaik, serta penghargaan Aktor Terbaik dan Aktor Pendatang Baru Terbaik. Selain itu, Sandglass juga memenangkan penghargaan utama di Korean Broadcasting Awards dan SBS Drama Awards, menjadikannya sebagai salah satu drama paling berpengaruh dalam sejarah televisi Korea.

Deretan film dan drama politik berlatar 1970-an ini menunjukkan bagaimana kisah sejarah bisa dikemas dengan narasi yang menegangkan dan tetap relevan hingga kini. Melalui konflik kekuasaan, dilema moral, dan potret sosial zamannya, karya-karya tersebut tak hanya menghibur, tetapi juga memberi sudut pandang baru tentang periode penting dalam sejarah.