5 Tanda Inherited Violence pada Karakter Seok Cheol di The Nice Guy

- Keluarga sebagai akar kekerasan
- Loyalitas yang tak wajar
- Sulit percaya bisa memiliki hubungan asmara yang sehat
Dalam drama The Nice Guy, Park Seok Cheol (Lee Dong Wook) bukan pria yang tumbuh tanpa alasan sebagai preman. Lahir sebagai cucu dari keluarga gangster generasi ketiga, ia tumbuh di lingkungan yang mengagungkan kekuasaan lewat kekerasan.
Di balik wajah dinginnya, ada jiwa yang terus memberontak terhadap takdir yang diwariskan kepadanya. Inherited violence menjadi benang merah perjalanan hidupnya. Berikut tanda inherited violence pada karakter Seok Cheol di drama Korea The Nice Guy.
1. Keluarga sebagai akar kekerasan

Park Seok Cheol tidak pernah meminta untuk lahir di keluarga gangster. Namun sejak kecil, ia melihat bagaimana kekuasaan ayah dan kakeknya dibangun di atas darah dan intimidasi.
Nilai-nilai keluarga mereka bukan tentang kasih sayang yang umum, melainkan tentang kesetiaan tanpa pertanyaan dan kekuatan tanpa kompromi. Kekerasan bukan hanya dilegitimasi, tapi dianggap bukti cinta dan kehormatan.
2. Loyalitas yang tak wajar

Dalam dunia Seok Cheol, loyalitas profesi adalah segalanya. Namun loyalitas yang ia tahu bukan tentang kepercayaan, melainkan tentang mengorbankan diri demi kekuasaan. Seperti melenyapkan pihak-pihak yang mengancam tim.
Ketika hatinya menolak, tekanan sosial dan emosional membuatnya tak berani menolak langsung. Warisan kekerasan mengajarkan bahwa keberanian adalah soal siapa yang bisa menekan pelatuk lebih dulu. Dan jika ia tidak melakukannya, maka ia dianggap pengkhianat.
3. Sulit percaya bisa memiliki hubungan asmara yang sehat

Saat Seok Cheol bertemu kembali dengan Kang Mi Young (Lee Sung Kyung), cinta dari masa lalunya, harapan kecil dalam dirinya mulai menyala. Namun cinta dalam dirinya tak pernah tumbuh di tempat yang sehat.
Begitu kisahnya punya kesempatan kedua, ia justru merasa dirinya rusak karena masa lalu yang penuh kekerasan. Dalam banyak adegan, kita melihat ia mencintai dengan penuh ragu-ragu dan tidak secara terang-terangan dalam menyatakan perasaan.
4. Bermimpi dengan cara yang tak biasa

Seok Cheol juga punya mimpi yang sederhana, tapi mustahil di mata orang-orang sekitarnya. Ia diam-diam berharap menjadi penulis dan penyair, tapi setiap kali ia menulis, dunia lamanya menariknya kembali.
Ini terjadi dalam bentuk ancaman atau telepon yang mendadak membawanya ke kasus baru. Sekalinya ingin menekuni dunia menulis, karyanya turut mengeksplorasi kekerasan yang membuat pembacanya takut.
5. Hidupnya hanya mewarisi atau jadi pengkhianat

Seok Cheol kemudian dihadapkan pada keputusan besar. Menuruti perintah untuk melenyapkan musuh atau melanggar perintah demi keluar dari lingkaran setan. Kondisi ini membuatnya tidak punya pilihan atas diri sendiri.
Ini bukan hanya tentang satu nyawa, tapi tentang rantai kekerasan yang akan terus berlangsung jika ia tetap tunduk. Warisan kekerasan tidak berhenti di satu generasi. Semua itu menular lewat ketakutan, dendam, dan pembenaran.
Park Seok Cheol di drakor The Nice Guy adalah gambaran seseorang yang tumbuh dalam lingkaran yang toksik. Namun masih memiliki keberanian untuk mempertanyakan, bahkan melawannya. Inherited violence dalam dirinya bukan hanya konflik lahiriah, tapi juga pergulatan batin yang sulit dihindari.