4 Kesulitan Juri Memilih Pemenang di Blind Test Culinary Class Wars 2

Babak blind test Culinary Class Wars season 2 menjadi salah satu momen paling krusial sekaligus menegangkan sepanjang kompetisi. Pada tahap ini, identitas peserta benar-benar dihilangkan dari penilaian. Tidak ada reputasi masa lalu dan tidak ada cerita personal yang memengaruhi keputusan. Hanya ada sepiring masakan dan dua juri, Baek Jong Won dan Anh Sung Jae dengan standar yang semakin tinggi.
Sebanyak 19 chef sendok putih dan 19 chef sendok hitam dipertemukan dalam format head to head. Setiap pasangan duel memaksa kedua juri untuk memberikan suara bulat kepada satu masakan agar bisa melaju ke babak berikutnya. Artinya, jika salah satu juri ragu atau tidak sepakat, situasi bisa menjadi sangat rumit. Sistem ini membuat babak blind test terasa jauh lebih berat dibandingkan tantangan sebelumnya, bahkan bagi juri sekalipun.
Kesulitan memilih pemenang bukan terjadi tanpa alasan. Berikut kesulitan utama yang membuat Baek Jong Won dan Anh Sung Jae berkali-kali terlihat berpikir panjang sebelum menentukan pilihan.
1. Para peserta memiliki teknik memasak yang sama-sama mahir

Di babak blind test season 2, hampir tidak ada masakan dengan kesalahan teknis yang mencolok. Tingkat kematangan protein presisi, saus dimasak dengan konsistensi yang tepat, dan tekstur elemen pendukung terasa matang secara konsep.
Biasanya, juri bisa langsung menyingkirkan satu masakan karena overcooked, underseasoned, atau tidak seimbang. Namun, di babak ini, kedua hidangan sering kali berada di level teknis yang setara, membuat juri harus menilai hingga ke detail paling kecil dan bahkan berulang kali.
2. Masakan yang disajikan memiliki tonjolan yang saling bertolak belakang

Banyak duel mempertemukan dua pendekatan ekstrem yang sama-sama valid. Satu chef memilih jalur klasik dengan rasa bersih dan nyaman, sementara lawannya tampil lebih progresif dengan teknik modern dan eksplorasi rasa yang berani.
Masalahnya, kedua pendekatan ini tidak bisa dibandingkan secara hitam-putih. Juri harus menilai apakah keberanian layak diapresiasi lebih tinggi dibanding konsistensi, atau sebaliknya. Ketika keduanya dieksekusi dengan baik, pilihan menjadi semakin dilematis.
3. Para peserta sama-sama mampu menyampaikan tujuan mereka dalam masakan

Meski berada dalam format blind test, setiap hidangan tetap “berbicara”. Dari komposisi rasa, tekstur, hingga cara elemen disusun di piring, juri bisa menangkap arah dan maksud sang chef.
Nyaris tidak ada masakan yang terasa bingung atau kehilangan identitas. Ketika tujuan masakan jelas dan dieksekusi dengan konsisten, juri tidak bisa menjatuhkan nilai hanya karena perbedaan selera pribadi.
4. Ekspektasi juri tentang rasa dan tekstur sama-sama terpenuhi

Baek Jong Won dan Anh Sung Jae dikenal sangat sensitif terhadap keseimbangan rasa dan kenyamanan tekstur. Di babak blind test, banyak masakan yang berhasil memenuhi standar tersebut tanpa menyisakan rasa mengganggu di lidah.
Tidak terlalu asin, tidak berlebihan manis, tekstur pas, dan aftertaste bersih. Ketika dua masakan sama-sama “enak” di level tinggi, menentukan pemenang terasa seperti memilih berdasarkan selisih yang nyaris tidak terlihat.
Situasi ini membuat kedua juri beberapa kali terlihat ragu, berdiskusi lebih lama, bahkan harus benar-benar menimbang filosofi memasak dari dua hidangan yang disajikan. Babak blind test bukan lagi soal siapa yang lebih hebat secara umum, melainkan siapa yang sedikit lebih unggul di satu aspek kecil yang mungkin luput dari perhatian penonton awam. Tentunya, siapa yang jadi pemenang di babak ini akan membuat babak-babak berikutnya di Culinary Class Wars 2 semakin seru untuk ditonton.



















