Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kritik terhadap Film Korea The Great Flood

still cut film Korea The Great Flood
still cut film Korea The Great Flood (instagram.com/netflixkr)
Intinya sih...
  • Alur cerita terlalu rumit dan sulit diikuti
  • Pergeseran genre yang terasa tidak mulus
  • Pengembangan karakter pendukung kurang kuat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sejak perilisannya, The Great Flood langsung memicu perdebatan di kalangan penonton. Film ini dipuji karena visualnya yang megah dan keberaniannya keluar dari formula film bencana Korea yang sudah mapan. Namun, pujian tersebut datang beriringan dengan kekecewaan, terutama dari penonton yang berharap tontonan bencana yang lugas, emosional, dan mudah diikuti.

Alih-alih memenuhi ekspektasi tersebut, The Great Flood justru mengambil jalur yang lebih eksperimental. Film ini sarat gagasan besar, simbol, dan pergeseran genre yang tidak semua penonton siap menerimanya. Dari sinilah berbagai kritik bermunculan. Berikut lima kritik utama yang paling sering diarahkan pada The Great Flood.

1. Alur cerita terlalu rumit dan sulit diikuti

still cut film Korea The Great Flood
still cut film Korea The Great Flood (instagram.com/netflixkr)

Kritik paling dominan terhadap The Great Flood adalah struktur ceritanya yang terasa berbelit-belit. Film ini cenderung menahan informasi penting dan lebih memilih memberi petunjuk samar daripada penjelasan langsung. Penonton dipaksa menyusun sendiri potongan-potongan cerita tanpa panduan yang cukup jelas.

Masalah ini semakin terasa ketika narasi mulai bergeser dari bencana fisik ke konsep sci-fi yang abstrak. Bagi sebagian penonton, pergeseran tersebut membuat fokus cerita kabur. Alih-alih larut dalam emosi, penonton justru sibuk mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

2. Pergeseran genre yang terasa tidak mulus

still cut film Korea The Great Flood
still cut film Korea The Great Flood (instagram.com/netflixkr)

Di paruh awal, The Great Flood tampil meyakinkan sebagai film bencana dengan tensi tinggi dan atmosfer mencekam. Namun seiring berjalannya waktu, film ini berubah arah menjadi drama sci-fi filosofis yang penuh simbol dan refleksi eksistensial.

Perubahan ini terjadi cukup mendadak tanpa transisi yang memadai. Banyak penonton merasa seperti sedang menonton dua film berbeda dalam satu durasi. Bukannya terasa inovatif, pergeseran genre ini justru dinilai memecah fokus dan merusak ritme cerita yang sebelumnya sudah terbangun dengan baik.

3. Pengembangan karakter pendukung kurang kuat

still cut film Korea The Great Flood
still cut film Korea The Great Flood (instagram.com/netflixkr)

Meski karakter utama mendapatkan porsi emosional yang besar, karakter pendukung dalam The Great Flood kerap terasa datar dan fungsional. Mereka hadir untuk menggerakkan cerita, tetapi jarang diberi latar belakang atau motivasi yang cukup kuat untuk membuat penonton peduli.

Akibatnya, konflik yang melibatkan karakter-karakter ini terasa kurang berdampak. Ketika tragedi atau pengorbanan terjadi, emosi yang seharusnya kuat justru terasa hambar karena penonton belum sempat terikat secara emosional dengan mereka.

4. Terlalu mengandalkan simbol tanpa penjelasan

still cut film Korea The Great Flood
still cut film Korea The Great Flood (instagram.com/netflixkr)

The Great Flood dipenuhi simbol visual dan metafora yang tersebar di sepanjang film. Mulai dari detail kecil hingga struktur cerita secara keseluruhan, semuanya seolah mengandung makna tersembunyi. Sayangnya, film ini jarang memberi konteks yang cukup untuk membantu penonton memahami simbol-simbol tersebut.

Bagi sebagian penonton, pendekatan ini terasa terlalu pretensius dan melelahkan. Simbol yang seharusnya memperkaya makna justru menjadi penghalang karena tidak diimbangi dengan narasi yang lebih komunikatif. Akibatnya, film terasa lebih seperti teka-teki daripada cerita yang mengalir alami.

5. Ending yang terasa menggantung dan tidak memuaskan

still cut film Korea The Great Flood
still cut film Korea The Great Flood (instagram.com/netflixkr)

Pilihan ending terbuka menjadi salah satu sumber kekecewaan terbesar. Setelah perjalanan panjang yang penuh tekanan, penonton berharap mendapat resolusi emosional atau logis. Namun, The Great Flood justru menutup cerita dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Bagi penonton yang mengharapkan klimaks yang tegas dan penutup yang jelas, ending ini terasa antiklimaks. Alih-alih memberikan kelegaan, film ini meninggalkan rasa tidak tuntas yang bagi sebagian orang sulit diterima.

Pada akhirnya, kritik terhadap The Great Flood bukan semata karena film ini buruk secara teknis. Justru sebaliknya, film ini dinilai terlalu ambisius. Ia mencoba merangkul terlalu banyak ide, yakni bencana, sci-fi, filsafat, dan drama kemanusiaan, dalam satu paket yang padat.

Bagi sebagian penonton, keberanian ini patut diapresiasi sebagai upaya keluar dari zona aman. Namun bagi penonton lain, ambisi tersebut justru menjadi kelemahan utama karena membuat cerita kehilangan fokus. The Great Flood pun akhirnya menjadi film yang membelah opini, dikagumi karena visinya, tetapi dikritik karena eksekusinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Korea

See More

7 Fakta yang Membuat Do Gi Patah Hati di Episode 10 Taxi Driver 3

23 Des 2025, 12:51 WIBKorea